Semangat Pura-Pura!

Artikel oleh:

Semangat

“Pergilah, carilah Anak itu dengan teliti. Dan kalau kalian menemukan Dia, beritahukanlah kepadaku, supaya aku juga pergi menyembah Dia.” (Matius 2 : 8)

Herodes yang diceritakan di sini adalah Herodes Agung. Herodes dilahirkan pada tahun 73 SM. Ia seorang yang pandai dan cakap, mahir dalam taktik perang, berbakat dalam bidang politik.  Ia merenovasi Bait Allah menjadi sangat megah, ia membangun kuil untuk kaisar Agustus, ia membangun gelanggang olah raga, teater dan konsorsium. Ia juga memperkokoh benteng pertahanan.

Namun, di sisi lain Herodes mempunyai karakter yang buruk. Ia seorang yang suka menjilat dan mengkhianat demi memperoleh kekuasaan. Dan yang paling mengerikan dalam sejarah, ia dikenal sebagai seorang raja pembunuh. Ia membunuh semua anggota keluarga besarnya karena curiga mereka bersekongkol merebut tahtanya. Isterinya, anaknya, iparnya, pamannya semua ia bunuh, karena kuatir tahtanya direbut. Bahkan 5 hari sebelum meninggal ia membunuh anak sulungnya, Anti Pater, karena ketahuan merasa senang karena ia setelah ayahnya meninggal ia yang akan memimpin kerajaan. Oleh karena itu ada yang mengatakan bahwa lebih baik menjadi babi Herodes dari pada menjadi anaknya.

Respon Herodes terhadap Natal mengingatkan kita bahwa pada dasarnya ada orang yang menolak kehadiran Kristus dalam hatinya.  Ia menolak Kristus dan ia menolak orang-orang yang Tuhan pakai untuk mengarahkan hidupnya kepada Allah. Inilah semangat hidup “herodes” yang ada dalam diri orang-orang Masa kini.  Ia ingin mengatur sendiri hidupnya, ke arah yang ia mau. Ia melawan segala sesuatu yang ingin memimpin hidupnya kepada kebenaran. Ia menolak kebenaran dan akhirnya ia menolak Allah sendiri. Ia ingin hidupnya dibawah kendalinya sendiri.

Yang lebih mengerikan lagi adalah semangat kepura-puraan Herodes. Pura-pura ingin menyembah Yesus, tetapi jauh di lubuk hatinya ia punya maksud hati yang tetap jahat.  Dalam lingkungan kekristenan pun ada orang yang mempunyai semangat “pura-pura,“  Tetap datang gereja, ikut melayani, jadi panitia, tetapi semua itu hanya pura-pura karena dosa tetap dijalani.

 

Orang yang punya semangat “pura-pura” merupakan biang masalah di gereja; sumber keributan di persekutuan.

 

December 23, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Matthew (Renungan Alkitabiah dari Injil Matius)  belum ada komentar

Silsilah Ilahi

Artikel oleh:

Silsilah Ilahi

“Inilah daftar nenek moyang Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham”. (Matius 1 : 1)

 

Di Indonesia, khususnya bagi beberapa suku, silsilah itu sangat penting. Contohnya: suku Batak dengan Marga-nya, suku Minahasa dengan Fam-nya, warga keturunan China dengan She-nya. Demikian juga beberapa suku lain di Indonesia, seperti: Maluku, Papua, dan Flores, dan lain-lain.  Bangsa Israel juga mempunyai silsilah atau daftar keturunan yang sangat penting, seperti yang kita baca dalam perikop ini.  Bangsa Israel setelah pembuangan ke Babel sangat menjaga sekali “darah biru” mereka. Mereka mencatat siapa ayah mereka, siapa kakek mereka dan seterusnya. Silsilah mereka sangat penting karena mereka harus tahu apakah mereka benar-benar keturunan Yakub atau tidak.

Daud, meskipun memiliki catatan negatif, dianggap sebagai raja ideal, dan melalui garis keturunannya akan lahirlah harapan Israel dalam diri Mesias, Sang Pembebas.  Dan kita pun mendapati munculnya beberapa nama perempuan istimewa dalam daftar silsilah ini: Tamar, Rahab, Rut, istri Uria, dan Maria. Mengapa mereka istimewa? Maria jelas. Rut perempuan asing. Tamar dan istri Uria (Betsyeba) memiliki masa lalu yang kelam. Matius menulis silsilah Yesus apa adanya, tanpa menyembunyikan fakta, tapi menulis silsilah lengkap dengan orang-orang yang “benar” dan juga orang-orang yang “berdosa”.

Mungkin ada di antara kita yang memiliki silsilah yang “kurang bagus”. Mungkin ada di antara kita yang (mohon maaf) adalah anak di luar pernikahan, sehingga tidak jelas siapa orang tua kita. Atau mungkin ada di antara kita yang orang tua kita bercerai atau pun seorang penjahat atau koruptor. Memang hal itu tidak akan dapat dihapus begitu saja. Tetapi ada 1 hal yang dapat kita lakukan, yaitu mencoba mengabaikan apa yang sudah lalu, dan berusaha sebaik-baiknya agar hidup kita boleh menjadi teladan yang baik bagi generasi selanjutnya. Di samping itu, kita pun perlu mendidik generasi di bawah kita untuk dapat menjaga hidup mereka sehingga silsilah generasi-generasi selanjutnya tetap baik. Sudahkah kita melakukannya?

Ingatlah bahwa karya Allah dalam sejarah mengatasi kelemahan manusia dalam pergumulannya. Melalui kita pun—dalam pergumulan dan bahkan kegagalan kita—Allah dapat menguntai karya damai sejahtera ketika kita berserah kepada-Nya.

 

Kiranya kita menjadi “rajutan” yang indah dalam ”kain” sejarah yang sedang dipintal oleh-Nya.

 

December 22, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Matthew (Renungan Alkitabiah dari Injil Matius)  belum ada komentar

Alasan Untuk Bersyukur

Artikel oleh:

Alasan Bersyukur

“Allah Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku” (Habakuk 3:19)

            Ada cerita tentang dua anak yang bernama Ceria dan Murung. Seperti namanya, Ceria sifatnya periang dan selalu tersenyum. Sebaliknya, Murung suka mengeluh dan selalu cemberut. Suatu kali Murung mendapat hadiah telepon genggam dari orangtuanya. Ia senang sekali, tetapi tidak lama wajahnya murung lagi. Ia khawatir teman-temannya meminjam telepon genggamnya itu dan merusakkannya. Bukannya mendatangkan kegembiraan, hadiah itu malah menjadi beban buatnya.

Pada saat bersamaan, Ceria juga mendapat hadiah dari orangtuanya, yaitu kotoran kuda. Ketika menerima hadiah itu, Ceria kaget sekali, tetapi segera ia berpikir, “Ah, masa Ayah dan Ibu hanya memberi kotoran kuda, pasti ada sesuatu yang baik di balik ini.” Ia lalu menghampiri ayah dan ibunya. “Ayah dan Ibu sangat mengasihi saya, jadi tidak mungkin hanya memberi kotoran kuda. Ini pasti sebuah tanda, bahwa Ayah Ibu sudah membelikan seekor kuda buat saya,” kata Ceria seraya tersenyum dan memeluk mereka.

Cerah atau suramnya kehidupan kerap tidak tergantung pada kondisi di luar diri kita, tetapi pada bagaimana kita memandang dan menyikapinya. Habakuk hidup dalam masyarakat yang keras hati dan penuh dengan kejahatan (Habakuk 1:2-4). Walaupun demikian, ia tetap berpegang teguh pada imannya. Ia tidak membiarkan dirinya tenggelam dalam kesusahan. Sebaliknya, ia mengarahkan diri pada kasih dan kuasa Tuhan, karenanya ia tetap dapat bersyukur.

Sekarang ini, kita mungkin tengah berada dalam kondisi yang sulit, tetapi sesungguhnya dalam keadaan demikian pun kita tetap dapat memilih untuk bersyukur.

 

Dalam keadaan apapun, selalu ada alasan untuk bersyukur.

 

November 25, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Habakkuk (Renungan Alkitabiah dari Kitab Habakuk)  belum ada komentar

Jangan Serakah!

Artikel oleh:

Jangan Serakah

“Celakalah orang yang menggaruk bagi dirinya apa yang bukan miliknya–berapa lama lagi? –dan yang memuati dirinya dengan barang gadaian”. (Habakuk 2 : 6)

 

Pada zaman Israel, konsep bahwa yang kuat yang menang telah menjadi konsep umum, setiap bangsa melakukannya. Kalau satu bangsa menaklukan bangsa lain maka seluruh harta di tempat itu menjadi milik si penjarah. Demikian juga setiap manusia yang berada dibawah penaklukkan mereka diperlakukan sesuka mereka. Jika semua bangsa melakukan hal ini, mengapa kita tidak.

Disini Alkitab justru menyatakan ketidakberesan dari sifat manusia berdosa dan Tuhan mengatakan satu kalimat tegas ‘Celakalah’ orang yang melakukan hal itu Ay 6, 9).   Ayat ini menunjukkan bahwa mereka bukan sekedar berbuat sesuatu ditengah dunia ini melainkan mereka sedang berhadapan dengan tuntutan keadilan Allah yang tidak bisa dipermainkan. Banyak orang dirugikan karena keserakahan mereka tetapi jangan lupa Alkitab juga menyatakan, sebagaimana engkau menjarah maka engkaupun akan dijarah seperti itu. Keserakahan akan menghasilkan dampak kehancuran bagi orang serakah tersebut. Seorang yang serakah, untuk mendapatkan keuntungan memakai cara yang begitu liar dan mencari kekayaan dengan cara yang tidak benar. Ditengah dunia ini, keserakahan masih tetap menjadi format manusia berdosa. Disini seolah-olah Allah diam namun sesungguhnya suatu saat kelak mereka akan berhadapan dengan keadilan Tuhan.

Kondisi pada zaman Habakuk tetap masih relevan untuk masa kini. Mengapa? Karena problem keserakahan sampai hari ini tidak pernah selesai. Manusia semakin modern justru menjadi manusia yang semakin hari semakin serakah dan tidak pernah puas, makanya banyak terjadi korupsi di berbagai bidang. Semua itu karena keserakahan!  Hari-hari ini manusia bukan semakin canggih di dalam kebenaran melainkan semakin canggih dalam kejahatan. Namun, satu prinsip yang Alkitab tegaskan dimana pembalasan merupakan hak Tuhan.

 

Jangan serakah, sebab pada waktunya, cepat atau lambat, Allah akan menyatakan hukumanNya bagi mereka yang serakah!

 

November 24, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Habakkuk (Renungan Alkitabiah dari Kitab Habakuk)  belum ada komentar

Pegang JanjiNya

Artikel oleh:

Pegang Janji-Nya

“Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, Sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh.” (Habakuk 2 : 3)

 

Pernahkah Saudara mendaki gunung? Dari petualangan seorang pendaki, kita dapat belajar banyak hal. Pendaki gunung itu memiliki visi untuk dapat menaklukkan puncak sebuah gunung. Jika gunungnya semakin tinggi, maka akan semakin menantang. Meski belum tahu jalan-jalan yang harus ditempuh untuk sampai ke puncak tetapi mereka tetap saja menjalani petualangan itu bahkan menikmatinya… alasannya karena mereka percaya bahwa suatu saat mereka pasti akan sampai di puncak. Kalau tidak percaya tentu mereka tidak akan meneruskan perjalanan itu. Dan mereka melakukannya karena itu merupakan tantangan dalam hidup mereka… mereka harus bisa sampai di puncak atau tidak naik sama sekali.

Sama halnya dalam kehidupan ini, sejak lahir Tuhan telah menetapkan kita untuk menjadi seorang pemenang. Tuhan memberikan visi-visi pada kita. Tetapi sering kali kita menyerah karena merasa tidak mampu, tidak layak untuk menerima berkat itu, dll.  Kita hanya memandang keterbatasan diri sendiri tetapi tidak melihat kebesaran Tuhan yang ada di dalam kita. Atau terkadang kita jemu menunggu janji-janji yang diberikan Tuhan. Karena terlalu lama, kita merasa bahwa janji itu tidak akan digenapi. Padahal Tuhan berkata, “Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah.” (Mazmur 12:7).

Saat ini mungkin Tuhan memberikan janji yang kelihatannya terlalu besar dan dahsyat bagi kita, baik dalam hal keuangan, keluarga, bisnis, dll. Tetapi kalau Tuhan yang memberikan janji mengapa kita bingung. Mari kita jalani saja petualangan kita bersama Tuhan. Dia yang berjanji tentu Dia juga yang akan menggenapi. Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.” (2 Timotius 2:13). Dia adalah Allah yang sungguh sangat baik. Allah hanya meminta kita mau bekerja sama dengan Dia. Biarkanlah Tuhan melakukan bagian-Nya dan kita melakukan bagian kita.

 

Bagian kita adalah beriman dan bertindak sesuai dengan tuntunan-Nya, sampai janji-Nya digenapi dalam hidup kita.

 

November 23, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Habakkuk (Renungan Alkitabiah dari Kitab Habakuk)  belum ada komentar

Pembentukan Tuhan

Artikel oleh:

Pembentukan Tuhan

“Itulah sebabnya hukum kehilangan kekuatannya dan tidak pernah muncul keadilan, sebab orang fasik mengepung orang benar; itulah sebabnya keadilan muncul terbalik” (Habakuk 1 : 4)

 

Keluhan nabi Habakuk yang mempertanyakan di manakah keadilan Tuhan?  Sepertinya mewakili keluhan banyak orang dewasa ini   Bahkan banyak dari kita juga seakan-akan putus asa, seperti Habakuk yang protes kepada Tuhan, “Berapa lama lagi, Tuhan, aku berteriak, tetapi tidak Kau dengar, aku berseru kepada-Mu: Penindasan! Tetapi tidak Kau tolong?”  Kita sudah berdoa dengan sungguh-sungguh, tetapi sepertinya Tuhan tidak mendengar dan tidak menolong kita.

Daud juga pernah berseru kepada Tuhan, “Berapa lama lagi, Tuhan, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku?” (Mazmur 13 : 1).  Memang sulit untuk menyadari betapa besar kasih Tuhan pada kita di saat kita sedang mengalami penderitaan.

Gugatan Habakuk bukan dijawab Allah, justru Allah mendemonstarsikan kenyataan yang sangat menakutkan dan tidak terbayangkan, tetapi yang luar biasa adalah ketika pada bagian akhir Habakuk berkata: “Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, ladang-ladang tidak menghasilkan, namun aku akan bersorak sorai, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkanku”

Habakuk bukan lagi melihat apa yang dilihat mata, tetapi apa yang hanya bisa ditangkap oleh iman yang kokoh   Dia menyadari bahwa Allah adalah Allah yang penuh cinta kasih, setia dan adil.  Ayub yang mengalami penderitaan hebat, berkata; Tuhan sanggup melakukan segala sesuatu, tidak ada rencana-Nya yang gagal.  Daud berkata, “bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu” (Mazmur 119 : 71).

 

 Tuhan seringkali membentuk kita melalui masalah dan penderitaan.

November 14, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Habakkuk (Renungan Alkitabiah dari Kitab Habakuk)  belum ada komentar

Yang Allah Menghukum

Artikel oleh:

Yang Allah

“Celakalah kota penumpah darah itu! Seluruhnya dusta belaka, penuh dengan perampasan, dan tidak henti-hentinya penerkaman!”

(Nahum 3 : 7)

 

Kota Niniwe  pernah mengalami kebangunan rohani saat Nabi Yunus datang ke sana dan menyampaikan firman Tuhan.   Pemandangan ini bisa dilihat saat kebangunan rohani terjadi: orang-orang bertekuk lutut, yang muda memuji Tuhan, yang tua bersaksi di mana-mana tentang kasih Tuhan, pendeknya pemandangan indah ini menggetarkan setiap pelancong yang mengunjungi Niniwe.  Seratus tahun kemudian, di kota yang sama, begitu masuk dari pintu gerbang sepuluh meter saja, telinga kita akan gerah mendengar suara orang-orang mengumpat dan berkata-kata jorok. Masuk sedikit lagi, kita akan melihat rumah-rumah dengan hiasan gemerlapan dan beberapa gadis dengan busana super minim yang menggoda.  Rumah-rumah ibadah telah dijual dan dijadikan tempat perjudian dan tempat dugem.  Kira-kira seperti itulah keadaan yang terjadi dengan Niniwe.

Kota itu, 100 tahun lalu, mengalami zaman keemasan dalam kehidupan moral dan kerohanian. Sayang, generasi berikutnya sepertinya tidak mengenal arti kebangunan rohani, karena firman Tuhan datang kembali melalui Nabi Nahum bahwa Allah akan menghukum Niniwe.  Ya, Niniwe telah kembali menjadi kota yang jahat, penuh dengan dosa.  Kejahatan penduduk kota Niniwe yang luar biasa (3:1, 4, 19) membuat rencana hukuman Allah kali ini tidak ditunda lagi. Keadilan Allah membuat Allah tidak ragu-ragu untuk menjatuhkan hukuman. Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang Ia janjikan (baik berkat maupun hukuman) dan Dia setia memegang janji-Nya.

Saudara masih  ingat dengan “zaman keemasan” yang pernah terjadi dalam kehidupan Saudara? Ketika cinta kasih Anda menggebu-gebu kepada Allah?  Saat itu terjadi kebangunan rohani yang dahsyat dalam kehidupan Anda. Lalu, bagaimana sekarang? Bersamaan dengan berlalunya sang waktu, apakah Anda masih mengalami zaman keemasan itu ataukah telah berubah bahkan tidak bergairah lagi dengan perkara-perkara rohani? Bila itu terjadi, Allah akan berurusan dengan Anda!  Bila hati kita mulai terpaut dengan perkara-perkara dunia, sulit bagi kita untuk menjaga kehidupan kerohanian kita.

 

Jangan biarkan perkara-perkara lain lebih menarik perhatian kita daripada perkara-perkara rohani!

November 13, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Nahum (Renungan Akitabiah dari Kitab Nahum)  belum ada komentar

Allah Yang Pembalas

Artikel oleh:

Allah Yang Pembalas

“Lihat, Aku akan menjadi lawanmu, demikianlah firman Tuhan semesta alam” (Nahum 2 : 13a)

 

Ada tiga tokoh yang berperan dalam perikop ini, yakni, Niniwe yang diserang, para penyerang, dan Tuhan.  Niniwe adalah fokus kitab ini (1:1).  Siapakah Niniwe? Mereka adalah penentang Tuhan (1:9), yang mengganggu umat Tuhan (1:13)!  Niniwe masa kini dapat mewakili semua manusia dan gerakan yang menganggap diri berkuasa, sehingga bertindak sesukanya, bahkan menganiaya umat Tuhan!

Dari ayat-ayat ini, kita dapat membaca bahwa Niniwe adalah kota yang megah dan menakutkan, tetapi ternyata mereka hanyalah manusia biasa.  Bahkan ayat 7-10 menguraikan kedahsyatan kondisi kota yang telah kalah. Niniwe ditinggalkan oleh para penduduknya yang selama ini mengandalkannya. Kekayaan yang berlimpah-limpah justru menjadi kesenangan musuh yang menang (Ay. 9). Tanah, hati dan muka mereka sudah hancur.  Sekalipun dalam ayat 11-12 mempertegas bahwa Niniwe adalah bangsa yang ganas, yang memangsa seenaknya dan tanpa takut, namun ayat 13 menegaskan bahwa Tuhanlah yang bertindak melawan mereka. Penindas umat Allah kelihatan kuat, tetapi ketika Tuhan bertindak, mereka tidak dapat bertahan, dan mereka akan kehilangan segala-galanya.

Adalah penting untuk diamati bahwa bukan Israel yang mengalahkan Niniwe. Hal itu penting karena Tuhanlah pemilik hak membalas (Rom 12:19). Tentu, ada kalanya Israel dipakai Tuhan sebagai alat untuk menghukum, tetapi pada saat itu pun Israel bertindak atas perintah Tuhan, bukan atas inisiatif sendiri. Ketika kita berbicara tentang hukuman Allah terhadap musuh, kita harus selalu mengingat bahwa musuh yang sebenarnya dalam PB adalah Iblis. Makanya, kita berdoa untuk musuh manusiawi supaya mereka sadar dan bertobat; karena anugerah Allah dimuliakan ketika ada pertobatan.

Jadi, hukuman Allah atas musuh-musuh umatNya bukan agar kita menjadi senang atas kejatuhan sesama, melainkan supaya kita diberdayakan di hadapan kuasa yang kelihatan mapan dan terlalu kuat untuk kita sambil menaikan doa permohonan supaya musuh-musuh umatNya dapat mengenal dan mengalami sentuhan kasih Allah.

 

Segala dosa dan ketidakbenaran akan menerima balasan yang setimpal dari Tuhan!

November 12, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Nahum (Renungan Akitabiah dari Kitab Nahum)  belum ada komentar

Allah Yang Cemburu

Artikel oleh:

Allah Yang Cemburu

“TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. (Nahum 1 : 3)

 

Israel adalah bangsa pilihan Allah. Lalu mengapa Allah berurusan dengan kota Niniwe? Dari sini kita belajar bahwa segala ciptaan tidak pernah luput dari pemantauan Allah. Segala ciptaan bergantung pada Allah.  Mengapa Allah ingin menghancurkan Niniwe? Asyur melawan dan hendak menghancurkan Israel, dan bukan hanya itu saja, tetapi juga melawan Allah (1:9,11). Asyur mencemooh hukum dan tatanan moral yang Allah tetapkan (2:13, 3:4). Asyur adalah bangsa yang kaya, tetapi tidak puas akan apa yang mereka miliki; Asyur serakah dan rakus (Yes. 14:24-25).

Dalam ayat 2 disebutkan bahwa Allah adalah Allah yang cemburu dan pembalas dan penuh kehangatan amarah. Allah yang mempunyai sifat cemburu menunjukkan bahwa Allah adalah Allah yang berpribadi, tetapi kecemburuan Allah berbeda dengan kecemburuan manusia. Kecemburuan Allah menunjukkan kehormatan dan kemuliaan-Nya. Kecemburuan Allah itu muncul untuk mempertahankan nama-Nya yang kudus (Yeh. 39:25). Sifat cemburu kudus ini adalah salah satu atribut Allah. Kita jangan pernah menggeser kekudusan dan kehormatan Allah dengan yang lainnya. Biarlah kita selalu mengevaluasi diri kita apakah kita telah membuat Allah cemburu.

Allah yang cemburu juga adalah Allah yang baik (ay. 7). Allah adalah pribadi yang baik. Kebaikan adalah atribut moral Allah.  Untuk memahami kebaikan Allah, kita perlu mengertinya dari sisi kebenaran, kesucian, keadilan, dan kemurahan Allah. Yang jelas, tujuan semua karya-Nya bagi kita adalah mendatangkan damai sejahtera.

Nahum menulis bahwa Allah adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan (ay. 7). Allah mengenal orang-orang yang berlindung pada-Nya dan Allah juga memberi diri-Nya dikenal. Karena itu, kita harus menghargai hubungan kita dengan Allah. Kita harus menjadikan Allah sebagai kekasih yang utama, lebih dari segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini.

 

Apabila kita telah membuat Allah cemburu, marilah kita segera bertobat, karena tidak ada seorang pun yang tahan terhadap geram-Nya.

 

November 11, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Nahum (Renungan Akitabiah dari Kitab Nahum)  belum ada komentar

Pemimpin Sejati

Artikel oleh:

Pemimpin Sejati

“Gembalakanlah umatMu dengan tongkatMu, kambing domba milikMu sendiri…” (Mikha 7 : 14a)

 

Dalam pasal ini, nabi Mikha berdoa agar Tuhan sendiri yang menjadi Pemimpin; atau menjadi Gembala atas umatNya, sebab tidak ada seorang pun dari bangsa Israel  yang berlaku  jujur dan saleh (Ay 2). Para pejabat bertindak sewenang-wenang dan tidak peduli pada kebenaran. Uang begitu berkuasa sehingga hukum diputarbalikkan dengan seenaknya.  Ada krisis kepercayaan dimana teman bisa menjadi lawan.  Kejahatan akhirnya  masuk pula dalam kehidupan rumah tangga. Tidak ada sikap saling menghargai dalam relasi antara anakdan orang tua atau menantu dengan mertuanya.  Menghadapi situasi seperti ini, nabi Mikha hanya berserah diri pada campur tangan Allah dan percaya bahwa Allah bertindak menolong umatNya (Ay 7).

Pelajaran rohaninya : Pertama, untuk  tidak putus asa dan kecewa menghadapi situasi seperti apapun. Jika saudara putus asa dan kecewa, karena ketidakadilan, karena pemimpin yang tidak adil, atau pemimpin yang korup, karena kesewenang-wenangan, karena tekanan hidup yang berat, maka datanglah pada Tuhan dan andalkan Dia. Jangan kita mudah menyimpang dari jalan Tuhan. Kita tidak lagi  taat pada Firman Allah. Kita lebih mengandalkan manusia daripada berserah diri pada kuasa Allah. Akibatnya, semakin jauh kita dari Tuhan, semakin dalam kita kehilangan damai sejahtera Allah.  Hal kedua, bahwa  Nabi Mikha dalam doanya meminta agar Tuhan memperlihatkan keajaiban-keajaibanNya (Ay 15).  Doa seperti inilah yang perlu kita miliki dan kita praktekkan saat kita berdoa kepada Allah. Doa yang meyakini bahwa Allah dalam Yesus Kristus, Tuhan kita adalah Allah Mahakuasa yang sampai hari ini mampu melakukan perkara-perkara yang ajaib; perkara-perkara yang besar; perkara-perkara yang mustahil; perkara-perkara yang luar biasa.

Jika hidup kita mengalami kemerosotan iman, kekecewaaan dan kehilangan damai sejahtera Tuhan, maka jangan berkecil hati; jangan katakan sudah terlambat;  jangan bilang: saya tidak bisa berubah atau hidup saya tidak ada harapan. Sebab, selalu tersedia pengampunan Allah; selalu terbuka kesempatan baru untuk mengalami pemulihan dan kekuatan yang baru dari Tuhan.  Mari kita bertobat dan memberi diri diperbaharui Roh Kudus.

 

Hanya Tuhan Yesus pemimpin yang tak pernah salah!

November 10, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Micah (Renungan Alkitabiah dari Kitab Mikah)  belum ada komentar