Kekasih Sejati


Kisah kasih sepasang pemuda-pemudi selalu menarik minat banyak orang. Ingatlah bahwa hamper setiap bangsa atau suku bangsa memiliki sebuah cerita yang sangat melegenda mengenai kisah kasih pemuda-pemudi:

· Di Inggris ada kisah “Romeo and Juliet”

· Di Betawi ada kisah “Rojali dan Juleha”

· Di China ada kisah “Sanpek-Engtay”

· Di Jawa Barat ada kisah “Sangkuriang-Dayang Sumbi”

Di Alkitab pun sebenarnya ada banyak kisah kasih yang tidak kalah menarik, umpamanya:

· Yakub & Rahel,

· Ishak & Ribka,

· Simson & Delilah,

· Hosea & Gomer, dll

Pastilah bukan kebetulan jika Roh Kudus menampilkan kisah-kisah tersebut, tetapi supaya umat Tuhan mendapatkan pedoman yang memadai mengenai hubungan kasih muda-mudi Kristen yang berkenan kepada Tuhan. Fakta bahwa banyak bahkan semakin banyak bacaan dan tontonan yang menyesatkan justru semakin meneguhkan betapa kita membutuhkan pedoman Alkitab yang jelas.

Sesungguhnya,

HUBUNGAN KASIH MUDA-MUDI ITU

BAGAIKAN BATU SENTUHAN YG SANGAT KRUSIAL

bagi MASA DEPAN KELUARGA

· Jika dijjejaki secara keliru, itu dapat menjadi batu sandungan yang menjerumuskan seseorang ke dalam lingkaran setan.

· Jika dijejaki secara benar, itu dapat menjadi batu lompatan yang membawa pasangan kekasih semakin dekat dan terbuka kepada perwujudan rencana Allah yang besar dan indah bagi keluarganya.

Berdasarkan kisah dramatis Simson & Delilah, mari kita simak beberapa pedoman penting yang bisa jadi menyentakkan hati sebagian umat Tuhan.

ORANG PERCAYA TIDAK MUTLAK HARUS MENIKAH

William Jennings Brians, suatu kali, menelpon ayah dari kekasihnya karena ingin segera melamarnya. Mengingat calom mertuanya adalah seorang missionary yang sangat rohani, William mengutip satu ayat Firman Tuhan dari Amsal 18:22, “Siapa mendapat istri, mendapat sesuatu yang baik, dan ia dikenan Tuhan.” Akan tetapi, sungguh di luar dugaan, sang ‘camer ‘ balas mengutip satu ayat Firman Tuhan dari 1 Kor 7:38, “Orang yang kawin dengan gadisnya berbuat baik, tetapi orang yang tidak kawin dengan gadisnya berbuat lebih baik.”

Kebenaran penting yang diungkapkan dan dipraktekkan Paulus di atas seakan tenggelam dalam propaganda roman picisan dari dunia ini. Itulah sebabnya, kita perlu menggemakannya kembali. Saya setuju dengan pendapat William H. Robertson bahwa Simson memiliki banyak kemiripan dengan Yohanes Pembaptis, kecuali dalam hubungan dengan wanita.

· Keduanya dikandung secara mujizat di rahim seorang ibu yang mandul (Hak 13:3 bnd Luk 1:7).

· Keduanya diurapi oleh Roh Kudus sejak dari dalam kandungan (Hak 13:4-5 bnd Luk 1:15)

· Keduanya dipersembahkan oleh orang tuanya sebagai orang nazir sejak kelahirannya (Hak 13:
24-25 bnd Luk 1:67-80).

Apa yang kemudian membedakan citra yang mereka bangun?

· Yohanes Pembaptis menjaga kekudusan dirinya, bahkan sama sekali tidak berhubungan kasih dengan wanita karena Dia berkeyakinan bahwa itulah kehendak Tuhan bagi dirinya (Luk 1:80).

· Simson mengumbar hawa nafsunya, sehingga menikah terburu-buru bahkan tetap menjalin hubungan di luar batas dengan wanita-wanita lain (Lih Hak 14:1-4 bnd Hak 16:1 bnd ay 4).

Tidak mengherankan jika Yohanes Pembaptis menjadi nazir Allah yang semakin berwibawa dan penuh urapan Roh Kudus. Sementara itu, Simson terus berpindah-pindah dari pelukan gadis Filistin di Timna, perempuan Sundal di Gaza (Hak 16:1) dan akhirnya Delila dari Lembak Sorek (Hak 16:4).

Walaupun tidak diungkapkan secara eksplisit, besar kemungkinannya, Simson akan mempunyai kehidupan dan pelayanan yang lebih baik jika dia menjauhkan diri dari wanita dan tidak menikah. Demikianlah juga, beberapa umat Tuhan akan lebih dapat menikmati masa depannya jika dia tidak menikah atau menikah lagi dan tetap menjaga kekudusan hidupnya.

Itulah pedoman yg pertama mengenai hubungan pria-wanita Kristen. Dan inilah pedoman kedua:

SETIAP ORANG PERCAYA YANG MAU MENIKAH

HARUS MENGAWALINYA DENGAN BENIH CINTA YANG SEJATI

D. Sheunemann di dalam bukunya, “Romantika Kehidupan Kaum Muda” mengungkapkan ada tiga pintu untuk memasuki pernikahan:

1. Pintu pernikahan formal,

2. Pintu seks, dan

3. Pintu cinta.

Pintu pernikahan formal lebih menekankan prakarsa orangtua dalam menjodohkan anak-anaknya. Pintu ini, umumnya, sekarg ditolak oleh kaum muda karena dianggap sudah kuno dan tidak relevan. Sayangnya, karena pengaruh berbagai bacaan dan tontonan, kaum muda cenderung memilih pintu seks, seperti yang ditempuh oleh Simson.

Seperti juga Simson, pasangan-pasangan yang menempuh jalur seksualitas memiliki ciri-ciri yang menonjol, antara lain:

· Mereka mudah untuk “jadian”, tetapi mudah juga untuk putus (Hak 14:1-2 bnd 19-20)

· Mereka cenderung hanyut oleh hawa nafsu, sehingga tidak lagi menjaga batas-batas kontak fisik (Hak 16:1).

· Mereka mudah “mengobral” apa yang sebenarnya sangat berharga, mulai dari janji, keluarga, kekudusan, iman bahkan kehadiran Tuhan sendiri (Hak 16:4-21).

Telusurilah kisah kasih Simson dan Delila. Begitu mudahnya Simson mengobral janji, meninggalkan keluarganya, menanggalkan kekudusannya, melupakan pelayanan, bahkan Tuhan sendiri. Akan tetapi, renungkanlah betapa tragis akibatnya,

Sesudah itu dibujuknya Simson tidur di pangkuannya, lalu dipanggilnya seseorang dan disuruhnya mencukur ketujuh rambut jalinnya, sehingga mulailah Simson ditundukkan oleh perempun itu, sebab kekuatannya telah lenyap daripadanya.

Lalu berserulah perempun itu: “Orang Filistin menyergap engkau, Simson!” Maka terjagalah ia dari tidurnya serta katanya: “Seperti yang sudah-sudah, aku akan bebas dan akan meronta lepas.” Tetapi tidaklah diketahuinya, bahwa Tuhan telah meninggalkan dia.

Orang Filistin itu menangkap dia, mencungkil kedua matanya dan membawanya ke Gaza. Di situ, ia dibelenggu dengan dua rantai tembaga dan pekerjaannnya di penjara ialah menggiling (Hak 16:19-21).

Itulah yang terjadi jika satu pasangan menempuh jalur seksualitas. Mula pertama, hubungan sepertinya begitu menggairahkan, tetapi akhirnya mereka saling mempermainkan dan mengkhianati satu sama lain.

Oleh karena itu, hai pemuda-pemudi, jangan pernah menempuh jalur yang berbahaya ini. Hai para orang tua, janganlah jemu untuk mendoakan dan menasihatkan agar anak-anak saudara-saudari tidak sampai tersesat ke jalur yang dapat merusak masa depan mereka.

Apakah itu berarti pemuda-pemudi Kristen tidak boleh berpacaran? Kejam banget, seru beberapa pemuda di dalam hati. Tidak! Saya tidak mengatakan demikian! Pemuda-pemudi Kristen boleh bahkan sehat untuk berpacaran asalkan:

1. Mereka telah memastikan bahwa Allah tidak memanggilnya untuk membujang atau melajang di dalam kekudusan bagi pelayanan-pelayanan khusus yang Dia telah tetapkan.

2. Mereka telah, sedang dan akan terus memastikan bahwa hubungan yang terjalin akan dilandasi dan diisi oleh cinta yang sejati.

Jika ada pemuda-pemudi atau orang tua yang sedang bertanya bagaimana kita memastikan adanya cinta yang sejati di antara sepasang kekasih, ikutilah 10 daftar pengujian berikut ini:

1. UJIAN IMAN. Apakah keduanya seiman dan setelah berhubungan mereka lebih dekat kepada Tuhan, bukan hanya satu kepada yang lain?

2. UJIAN KEKUATAN. Apakah hubungan yang terjalin membangkitkan kekuatan yangbaru dan energi yang positif kepada masing-masing?

3. UJIAN SALING BERBAGI. Apakah Anda merasa lebih bahagia dan selalu rindu untuk juga membahagiakan pasangan Saudara?

4. UJIAN RASA HORMAT? Apakah Anda dan pasangan Anda sungguh-sungguh saling menghormati? Apakah Anda bangga dengan pasangan Anda?

5. UJIAN KEBIASAAN. Apakah Anda dan pasangan Anda hanya sekedar saling mencintai ataukah juga saling menyukai dan menerima segala kebiasaan hidup dan kekurangan masing-masing?

6. UJIAN WAKTU. Apakah cinta Saudara telah melewati waktu yg cukup panjang untuk

saling mengenal? Apakah Anda telah melewati waktu senang maupun susah tanpa

mengganggu kebersamaan?

7. UJIAN PERPISAHAN. Apakah Anda dan pasangan merasakan kebahagiaan yang lular

biasa saat bersama? Dan merasa sedih sat berpisah, namun tetap dapat memba-

ngun komunikasi yang baik?

8. UJIAN MEMBERI. Cinta dan pernikahan menuntut kita untuk banyak memberi bukan

mendapatkan sesuatu. Apakah ada kesukaan satu kepada yang lain untuk saling

memberi yang terbaik? Apakah kesukaan untuk mem

beri itu dapat dipertahankan secara stabil?

9. UJIAN PERTUMBUHAN. Apakah cinta Anda maupun pasangan bertumbuh secara dinamis? Apakah cinta yang terbangun semakin lama semakin matang? Apakah cirri-ciri cinta yang kristiani dan dewasa semakin bertumbuh?

10. UJIAN SEKS. Apakah Anda dapat saling menikmati kebersamaan meskipun tanpa disertai pemuasan kebutuhan fisik? Jika pertemuan selalu menjurus kepada percumbuan, maka Anda dan pasangan belum memiliki kedewasaan dan cinta yang sejati?

Kiranya ke-10 daftar pengujian di atas dapat memberikan cukup landasan untuk umat Tuhan menilai apakah pa-sangannya atau pasangan anaknya seorang kekasih yang sejati untuk Tuhan.

Ingatlah betapa jauh Simson tergelicincir ketika menjejaki hubungan kasihnya secara salah. Dia yang seorang nazir Allah, bukan hanya dicungkil matanya dan dipenjarakan, tetapi juga disuruh untuk melawak di hadapan musuh. Memang, di dalam anugerah-Nya yang besar, Allah menjawab doanya, sehingga memperoleh kekuatan untuk merubuhkan tiang-tiang, sekaligus gedung pertunjukan dan membinasakan semua raja dan orang Filistin yang hadir. Camkanlah bahwa kita tidak boleh mencobai Tuhan. Lebih bijaksana jika kita memastikan lebih dahulu sebelum melangkah jauh, bahwa pilihan kita sungguh seorangkekasih yang sejati, sehingga bersamanya kita dapat mewujudkan rencana Allah yang indah dan besar bagi masa depan keluarga kita.

Artikel oleh: September 30, 2009  Tags:   Kategori : Artikel, Umum  Sebarkan 

Satu komentar

  1. Ratna Dewi - April 20, 2010

    Saya ingin belajar tentang poin 4 & 5 dari artikel diatas untuk kerinduan saya dalam menemukan cinta saya. amen

Tulis Komentar Anda