Silsilah Ilahi
“Inilah daftar nenek moyang Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham”. (Matius 1 : 1)
Di Indonesia, khususnya bagi beberapa suku, silsilah itu sangat penting. Contohnya: suku Batak dengan Marga-nya, suku Minahasa dengan Fam-nya, warga keturunan China dengan She-nya. Demikian juga beberapa suku lain di Indonesia, seperti: Maluku, Papua, dan Flores, dan lain-lain. Bangsa Israel juga mempunyai silsilah atau daftar keturunan yang sangat penting, seperti yang kita baca dalam perikop ini. Bangsa Israel setelah pembuangan ke Babel sangat menjaga sekali “darah biru” mereka. Mereka mencatat siapa ayah mereka, siapa kakek mereka dan seterusnya. Silsilah mereka sangat penting karena mereka harus tahu apakah mereka benar-benar keturunan Yakub atau tidak.
Daud, meskipun memiliki catatan negatif, dianggap sebagai raja ideal, dan melalui garis keturunannya akan lahirlah harapan Israel dalam diri Mesias, Sang Pembebas. Dan kita pun mendapati munculnya beberapa nama perempuan istimewa dalam daftar silsilah ini: Tamar, Rahab, Rut, istri Uria, dan Maria. Mengapa mereka istimewa? Maria jelas. Rut perempuan asing. Tamar dan istri Uria (Betsyeba) memiliki masa lalu yang kelam. Matius menulis silsilah Yesus apa adanya, tanpa menyembunyikan fakta, tapi menulis silsilah lengkap dengan orang-orang yang “benar” dan juga orang-orang yang “berdosa”.
Mungkin ada di antara kita yang memiliki silsilah yang “kurang bagus”. Mungkin ada di antara kita yang (mohon maaf) adalah anak di luar pernikahan, sehingga tidak jelas siapa orang tua kita. Atau mungkin ada di antara kita yang orang tua kita bercerai atau pun seorang penjahat atau koruptor. Memang hal itu tidak akan dapat dihapus begitu saja. Tetapi ada 1 hal yang dapat kita lakukan, yaitu mencoba mengabaikan apa yang sudah lalu, dan berusaha sebaik-baiknya agar hidup kita boleh menjadi teladan yang baik bagi generasi selanjutnya. Di samping itu, kita pun perlu mendidik generasi di bawah kita untuk dapat menjaga hidup mereka sehingga silsilah generasi-generasi selanjutnya tetap baik. Sudahkah kita melakukannya?
Ingatlah bahwa karya Allah dalam sejarah mengatasi kelemahan manusia dalam pergumulannya. Melalui kita pun—dalam pergumulan dan bahkan kegagalan kita—Allah dapat menguntai karya damai sejahtera ketika kita berserah kepada-Nya.
Kiranya kita menjadi “rajutan” yang indah dalam ”kain” sejarah yang sedang dipintal oleh-Nya.
Artikel oleh: Antonius Mulyanto
December 22, 2015
Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Matthew (Renungan Alkitabiah dari Injil Matius) Sebarkan
Tulis Komentar Anda