Lakukan Yang Benar!

Artikel oleh:

Lakukan Yang Benar

“Aku akan mencurahkan geram-Ku atasmu dan menyemburkan api murka-Ku kepadamu dan menyerahkan engkau ke dalam tangan orang-orang dungu, yang menimbulkan kemusnahan.” (Yehezkiel 21:31)

 

Terkadang dalam perjalanan kehidupan, kita sering tidak menyadari bahwa kejahatan dan dosa yang kita lakukan mendatangkan kemarahan Allah. Alkitab mencatatnya, “Maka Aku mencurahkan geram-Ku atas mereka dan membinasakan mereka dengan api kemurkaan-Ku; kelakuan mereka Kutimpakan atas kepala mereka, demikianlah firman Tuhan ALLAH” (Yehezkiel 22:31). Ayat ini memberikan sebuah pengertian bahwa apa yang kita tabur, itulah yang akan kita tuai.  Demikian halnya dengan apa yang telah dilakukan oleh orang-orang Amon (Yeh. 21:28-32; Yer. 49:1-6).

Dari beberapa bagian kitab-kitab ini, kita akan melihat murka Allah kepada bani Amon.

Pertama, Allah akan memusnahkan mereka. Setiap dosa mempunyai konsekuensi yang harus diterima. Sama dengan orang-orang Amon, Allah juga sungguh sangat marah kepada mereka, karena mereka telah berbuat sesuka hati mereka, yaitu membunuh (membelah perut) perempuan-perempuan hamil di Gilead (Am. 1:13). Hal ini mereka lakukan untuk mempertahankan kekuasaan dan memperluas daerah mereka sendiri. Inilah yang mengakibatkan Allah sangat murka kepada bani Amon.

Kedua, Allah mengutuk mereka menjadi Gomora. Gomora menjadi padang jeruju dan tempat penggalian garam dan tempat sunyi sepi sampai selama-lamanya (Zef. 2:8-11). Tuhan mengutuk bani Amon karena dosa kecongkakan dalam kehidupan mereka. Kecongkakan yang telah mereka lakukan adalah dengan mencela dan membesarkan diri sendiri terhadap umat Tuhan. Demikian pula semua orang, baik laki-laki dan perempuan, hidup dalam kecongkakan dan menjadikan harta benda mereka menjadi segalanya dalam kehidupan mereka (Yer. 49:3-4). Oleh karena itu, Allah menghukum mereka, dan melenyapkan para allah yang mereka sembah.

 

Lakukan apa yang benar di mata Tuhan dan berjuang untuk menjadikan Allah yang terutama dalam perjalanan kehidupan kita di dalam dunia ini.

 

August 7, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Ezekiel (Renungan Alkitabiah dari Kitab Yehezkiel)  belum ada komentar

Sadarlah Sungguh-Sungguh!

Artikel oleh:

Sadarlah

“Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah Tuhan, pada masa Aku, oleh karena nama-Ku, tidak memperlakukan kamu selaras dengan tingkah lakumu yang jahat dan busuk, hai kaum Israel, demikianlah firman Tuhan Allah.” (Yehezkiel 20 : 44)

 

Meskipun kita berulang kali jatuh dalam dosa, Dia tidak memperlakukan kita selaras dengan seluruh pelanggaran yang telah kita perbuat, melainkan Dia tetap mencurahkan anugerah-Nya kepada kita. Respons kita yang sepantasnya adalah mengasihi Dia dan tidak lagi mengulangi perbuatan dosa yang Allah tidak sukai..

Manusia yang berdosa, termasuk kita, cenderung tidak mematuhi perintah Allah. Walaupun umat Israel telah dipilih dari antara segala bangsa untuk menjadi umat Allah, namun dari generasi ke generasi, bangsa Israel menyembah ilah-ilah lain dan tidak hidup sesuai dengan kehendak Allah. Mereka melakukan praktek ibadah yang mendukakan hati Allah.  Sekalipun demikian, Allah memperlakukan umat Israel tidak selaras dengan kejahatan mereka karena Allah itu begitu baik. Allah tidak membiarkan umat-Nya terus-menerus hidup dalam dosa, melainkan Dia memberikan anugerah sehingga umat-Nya tidak terus menerus menyembah ilah-ilah asing (20:32).

Allah berkata tentang masa mendatang saat Dia akan bertindak sebagai Seorang Hakim yang memisahkan umat-Nya yang sejati dengan kaum pemberontak (20:38). Allah juga telah menjanjikan suatu masa saat umat-Nya beribadah kepada Dia dengan sepenuh hati (20:40-44).

Allah tidak pernah berubah. Sampai saat ini pun, Allah begitu baik dan kebaikan-Nya tidak pernah berubah.  Dia memperlakukan kita melampaui segala kejahatan kita. Puncak dari pernyataan kasih dan kebaikan Allah adalah karya salib, karena Kristus telah mati untuk kita saat kita masih dalam keadaan berdosa (Roma 5:8). Allah yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia selalu memberikan anugerah-Nya yang terbaik bagi kita semua. Oleh karena itu, pertanyaan yang perlu kita ajukan sekarang adalah, “Apakah respon kita?”.

 

Sadarlah sungguh-sungguh dan lakukanlah segala sesuatu yang benar dan memuliakan nama Tuhan! Jangan lagi hidup dalam perhambaan dosa!

 

August 6, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Ezekiel (Renungan Alkitabiah dari Kitab Yehezkiel)  belum ada komentar

Menjadi Orang Benar!

Artikel oleh:

Dahulukan Tuhan

“Segala durhaka yang dibuatnya tidak akan diingat-ingat lagi terhadap dia; ia akan hidup karena kebenaran yang dilakukannya. “ (Yehezkiel 18 : 22)

 

Kita sering mendengar perkataan, “Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali”. Kalimat ini sudah sering digunakan untuk melegitimasi ketidakdisiplinan kita, atau sifat ‘jam karet’. Kalimat lain, ‘Buat saja apa yang kita mau setiap hari saja, toh ada pengakuan dosa di gereja pada hari minggu’. Kalimat ini pun sudah sering digunakan untuk melegitimasi hobi kita melakukan perbuatan yang salah.  Masih banyak kalimat lainnya, yang sudah dijadikan alat legitimasi. Nah, ternyata itu sudah menjadi semacam pola dalam perilaku beriman kita. Karena kita tahu, Tuhan itu pengasih dan pengampun, dan pasti mengampuni setiap orang yang mengaku dosanya dengan jujur dan tulus, jadi lakukan saja perbuatan dosa, toh nanti juga diampuni Tuhan. Bukankah hal tersebut adalah paham yang keliru? Bahkan, Tuhan sendiri tentunya tidak senang dengan cara hidup seperti itu.

Ayat bacaan kita menunjukkan bahwa pengampunan dosa itu dikerjakan Tuhan kepada orang yang sejak semulanya fasik, lalu karena mengenal Tuhan, berbalik kepadaNya. Bukan kepada orang-orang yang sudah diselamatkan, atau telah dibenarkan oleh Tuhan, tetapi selalu berulang-ulang berbuat pelanggaran dihadapan Tuhan. Seperti kita tidak suka atau benci jika ditipu, Tuhan juga tidak mau ditipu. Ia juga tidak mau kita berdusta dalam hal apa sekalipun, dan sekecil apa pun.  Allah merindukan agar kita berbalik dari kesalahan dan menikmati hidup dalam kehendak-Nya. Namun, tidak jarang bahwa kita menolak kerinduan hati Allah tersebut, padahal inilah yang seharusnya kita lakukan: Bertobat dan hidup hanya bagi Allah.

Jangan biarkan hidup kita ditipu oleh iblis, sehingga kita lebih condong melakukan apa kata iblis dari pada apa kata Tuhan!

Tetaplah menjadi orang benar; berpikiran benar dan lakukanlah yang benar!

 

August 5, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Ezekiel (Renungan Alkitabiah dari Kitab Yehezkiel)  belum ada komentar

Pertolongan Yang Sejati

Artikel oleh:

Pertologan Sejati

“Pada suatu kali raja Zedekia menyuruh Yukhal bin Selemya dan imam Zefanya bin Maaseya kepada Yeremia untuk meminta: “Berdoalah hendaknya untuk kami kepada TUHAN, Allah kita!” (Yeremia 37 : 3)

 

Bebas dari kesulitan dan penderitaan bukanlah indikator (tanda) bahwa kita sudah hidup benar di hadapan Allah.  Orang Israel merasa gembira ketika tentara Mesir datang membantu mereka yang sedang dikepung oleh orang Babel (orang Kasdim). Mereka memang telah meminta bantuan orang Mesir untuk mengusir orang Babel. Ketika tentara Mesir tiba, orang Babel langsung pergi dari Yerusalem. Orang Israel yakin bahwa pertolongan mereka telah tiba. Mereka merasa bahwa saat pembebasan dari orang Babel telah menjadi kenyataan. Bahkan, mereka menganggap nubuatan Yeremia salah karena Yeremia bernubuat bahwa orang Babel akan menaklukkan, menghancurkan dan menawan orang Israel.

Orang Israel pada saat itu memiliki pandangan hidup yang sekuler. Pertama, mereka beranggapan bahwa mereka bisa mendapatkan pertolongan dengan bersandar kepada kekuatan manusia. Kedua, mereka berpikir bahwa dengan terbebas dari orang Babel, mereka menemukan penyelesaian masalah mereka; padahal masalah mereka bukan sekedar masalah politik luar negeri atau peperangan, tetapi masalah hubungan dengan Allah yang tidak beres. Jadi, sekalipun orang Babel sudah pergi, permasalahan terbesar mereka tetap ada, yakni ketidaktaatan mereka kepada Allah. Kekuatan manusia, walaupun sangat kuat, tidaklah dapat menyelesaikan masalah tersebut. Mesir bukanlah jawaban bagi masalah kerohanian orang Israel.

Sebenarnya, pertobatan kepada Allah, menghormati Firman Allah, mengikuti dan menaati suara Allah, serta menjalani kehidupan dalam kebenaran dan keadilan, itulah yang menjadi sumber pertolongan dan pemulihan kita.

 

Hidup dalam kebenaran itulah kemerdekaan yang sejati. Bersandar pada Tuhan itulah pertolongan yang sejati.

 

July 31, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Jeremiah (Renungan Alkitabiah dari Kitab Yeremia)  belum ada komentar

Kitalah Orang Merdeka!

Artikel oleh:

Merdeka

“Firman yang datang dari TUHAN kepada Yeremia, sesudah raja Zedekia mengikat perjanjian dengan segenap rakyat yang ada di Yerusalem untuk memaklumkan pembebasan..” (Yeremia 34 : 8)

 

Pada zaman kini, kita semua telah sepakat bahwa perbudakan atau perhambaan sungguh-sungguh bertentangan dengan hakikat kemanusiaan kita yang mulia yang diciptakan Tuhan. Perbudakan atau perhambaan sebab itu dilarang oleh undang-undang, deklarasi bangsa-bangsa, dan ajaran–ajaran agama. Namun pada zaman dahulu, termasuk zaman penulisan Alkitab, kita paham bahwa perbudakan masih merupakan praktek kehidupan yang lazim atau dianggap biasa. Para leluhur Israel seperti Abraham, Ishak dan Yakub juga memiliki para budak atau hamba (beberapa budak perempuannya bahkan dinikahi mereka). Umat Israel pernah menjadi bangsa budak di Mesir. Di zaman Perjanjian Baru kita tahu bahwa sebagian anggota jemaat Kristen juga berasal dari kalangan budak dan sebagian lagi justru para tuan yang memiliki budak (lihat: Kolose 3:22, 4:1, Efesus 6:5-9).

Namun Alkitab memahami perbudakan bukan hanya dari segi ekonomi dan politik, tetapi juga secara teologis. Manusia bukan hanya bisa diperbudak oleh oleh manusia lain, tetapi terutama telah diperbudak oleh kejahatan dan dosa. Sebab itu pembebasan atau pemerdekaan dalam perspektif Alkitab juga tidak boleh lagi hanya dibatasi dalam arti politik dan ekonomi, tetapi harus dihayati juga secara teologis, yaitu: pembebasan dari dosa dan maut.

Tuhan memanggil kita menjadi orang-orang merdeka (1 Petrus 2:16). Dimana ada Roh Tuhan maka di sana juga ada kemerdekaan (2 Korintus 3:17). Hukum yang diberikan Tuhan kepada kita adalah hukum yang memerdekakan (Yakobus 1:25, 2:12). Ingat juga proklamasi Tuhan sebelum menyampaikan 10 Hukum: Akulah Tuhan, Allahmu, yang memerdekakan engkau dari rumah perbudakan di Mesir! (Keluaran 20:2). Namun ada suatu hal yang sangat menarik menjadi bahan renungan kita: semakin terikat kita kepada Tuhan semakin merdeka pulalah kita. Dengan menjadi hamba Tuhanlah maka kita tidak perlu menjadi hamba apapun atau siapapun lagi.

 

Ingatlah hal ini, bahwa kita adalah orang-orang yang paling merdeka di dunia ini dan juga paling berbahagia

July 30, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Jeremiah (Renungan Alkitabiah dari Kitab Yeremia)  belum ada komentar

Datang Pada Tuhan

Artikel oleh:

Datang Pada Tuhan

“Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui”. (Yeremia 33 : 3)

 

Kehidupan kita itu tidak selalu berjalan seperti yang kita ingin atau harapkan; suka dan duka, berhasil dan gagal, sehat dan sakit datang silih berganti dalam kehidupan kita. Bila kita berada dalam duka, gagal, dan sakit bahkan dalam keterpurukan hidup, kadang kita kehilangan harapan dan jatuh pada keputusasaan.  Adakah harapan bagi kita untuk dipulihkan?

Umat Yehuda berada pada keterpurukan, akibat murka Allah yang menghukum mereka karena dosa dan kejahatan yang telah mereka lakukan. Hukuman itu berupa kekalahan perang melawan serangan Babel serta kehancuran dan kesengsaraan yang mengikutinya (ay. 4, 5, 10).  Namun di tengah keterpurukan itu, ada harapan yang disuarakan Nabi Yeremia mengenai  janji pemulihan Tuhan kepada umat-Nya.  Di tengah kehancuran yang sedang dan masih akan dialami umat sampai bertahun-tahun ke depan, Tuhan berjanji bahwa kelak Tuhan akan memulihkan mereka ketika mereka datang dan berseru kepada Tuhan (ay. 1-3).

Janji pemulihan Tuhan itu meliputi:  Pemulihan fisik, yaitu pemulihan akibat perang yang menyengsarakan umat, yang Tuhan timpakan di dalam murka-Nya kepada kota Yerusalem dan penduduknya (10 – 12). Kelak umat akan mengalami Kesehatan, kesejahteraan, dan keamanan yang melimpah di Yerusalem (6).  Pemulihan rohani: yaitu pemulihan akibat dosa yang menjerat umat pada masa lampau (8). Hasil pemulihan itu menimbulkan sukacita dan sorak sorai umat, serta dipermuliakan Tuhan oleh  segala bangsa .

Firman Tuhan ini menunjukan kepada kita bahwa kasih dan kepedulian Allah kepada umat-Nya tidak akan pernah pudar.  Betapa pun jahat dan najisnya mereka karena pelanggaran dan dosa mereka, sehingga harus dihukum Allah dengan dahsyat, Allah tetap menginginkan pertobatan sehingga Ia bisa mengampuni dan memulihkan mereka.

Keterpurukan dalam hidup ini bisa dialami oleh siapa pun, baik pribadi mau pun keluaga, bahkan gereja Tuhan dan bangsa. Bila kita mengalami keterpurukan, marilah kita introsfeksi diri, mungkinkah keterpurukan itu akibat dosa dan kejahatan kita kepada Tuhan?

 

Datanglah dan berserulah kepada Tuhan dengan pertobatan, sehingga janji pemulihan Tuhan  menjadi milik kita.

 

July 29, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Jeremiah (Renungan Alkitabiah dari Kitab Yeremia)  belum ada komentar

Tuhan Yang Memulihkan

Artikel oleh:

Tuhan Memulihkan

“Beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku akan memulihkan keadaan kemah-kemah Yakub, dan akan mengasihani tempat-tempat tinggalnya, kota itu akan dibangun kembali di atas reruntuhannya, dan puri itu akan berdiri di tempatnya yang asli”. (Yeremia 30:18)

 

Tidak ada pemimpin yang dapat diharapkan untuk memulihkan harkat dan martabat bangsa Israel sebagai negara berdaulat yang diberkati Allah. Mereka  tak dapat berbuat apa-apa sebab berada dalam jajahan bangsa Babel. Semua terjadi karena mereka melakukan apa yang jahat di mata Tuhan, karena lebih suka hidup dalam penyembahan berhala, melakukan perbuatan amoral dan lebih mempercayai nubuat nabi palsu daripada mempercayai Allah Yahweh.

Bangsa Israel tidak mungkin bangkit dengan kekuatannya sendiri. Allah dengan jelas mengatakan bahwa ‘akan datang waktunya’ (3). Penderitaan dan kegentaran akan berakhir jika Allah sendiri yang mengadakan pembaharuan. Artinya pembaharuan itu adalah anugerah Allah sebab mereka adalah bangsa yang berdosa (11). Pembaharuan yang dilakukan Allah adalah pembaharuan yang sejati sebab tujuan utama pembaharuan-Nya bukanlah sekadar membebaskan bangsa Yehuda dari jajahan bangsa lain (8, 9) ataupun memberikan kehidupan yang tenang dan aman (10). Tujuan utama pembaharuan Allah adalah agar umat Israel kembali beribadah kepada Allah (9). Arah pembaharuan sejati adalah mengembalikan manusia ke dalam hubungan yang benar dengan Allah yaitu manusia yang menyembah, memuliakan dan mentaati kehendak-Nya.

Janji pemulihan Allah merupakan kabar baik yang membawa sukacita pengharapan kepada kita; karena Allah sejatinya tidak pernah meninggalkan kita. Tanpa campur tangan Allah, kita akan selamanya hidup dalam permusuhan, sakit penyakit, kesalahan dan mustahil dapat membangun masa depan kita. Namun oleh anugerah Allah, dalam kesetiaanNya, kita mengalami pemulihan-Nya. Waktu Tuhan untuk bertindak membaharui hidup manusia adalah satu kepastian yang tidak perlu diragukan.  Untuk itu, mari kita memberi diri untuk melakukan apa yang dikehendaki Allah sampai Tuhan datang kembali dalam kemuliaan-Nya.

 

Lebih dari siapa pun, Allah adalah Bapa yang baik, yang janji-Nya teguh, sehingga kita dapat sungguh mempercayai setiap firman-Nya.  

 

July 28, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Jeremiah (Renungan Alkitabiah dari Kitab Yeremia)  belum ada komentar

Jangan Menyerah!

Artikel oleh:

Jangan Menyerah

“Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu” (Yeremia 29:7)

 

Allah, melalui nabi Yeremia, meminta umat-Nya dalam pembuangan memiliki sikap yang tidak pantang menyerah, penuh antusias bahkan berdampak baik, walaupun mereka ada dalam pembuangan.  Allah menghendaki situasi atau kondisi dimana mereka berada, tidak mempengaruhi iman mereka kepada Tuhan.  Sebagai keturunan Abraham, bangsa Israel telah dipilih untuk diberkati dan memberkati segala bangsa (bandingkan Kejadian 12:1-3). Memang tujuh puluh tahun di Babel adalah hukuman atas pelanggaran mereka, namun rancangan berkat Allah tetap akan digenapi pada waktu-Nya (ayat 10-14). Tak heran Allah mengutus mereka mengusahakan shalom di tempat yang tidak mereka suka itu (ayat 7). Allah mau mereka hidup normal, bahkan maksimal (ay 4-6), sebagai wujud kesaksian umat pilihan-Nya di tengah bangsa asing. Dalam perspektif surga, bangsa yang dibuang itu sebenarnya juga sedang diutus Allah.

Apakah kita baru pindah rumah, kuliah, atau bekerja di tempat yang tidak kita sukai? Sebagai orang percaya, kita punya dua pilihan sikap. Pertama, kita bisa berkata: “Tempat dan orang-orang yang tak kusukai ini tidak menjanjikan masa depan buatku!” Kedua, kita bisa berkata: “Aku akan lakukan yang terbaik. Allah ada di tempat ini, dan Dia punya rencana atas hidupku, juga atas tempat dan orang-orang yang tidak kusuka ini melalui hidupku.” Sikap mana yang Anda pilih?

Ingatlah bahwa, di tangan Allah tertulis rencana-Nya yang penuh berkat dan masa depan yang cerah serta penuh harapan bagi orang percaya dan mengandalkan Dia. Jadi dimana pun kita berada, itu bukanlah hal penting; sebab yang terpenting adalah siapa yang memegang hidup kita dan merancang masa depan hidup kita.

 

Pastikan Anda tetap percaya dan memegang janji Tuhan dan tidak menyimpang dari kebenaran-Nya, maka pastilah masa depan yang indah dan mulia menjadi milik kita.

 

July 27, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Jeremiah (Renungan Alkitabiah dari Kitab Yeremia)  belum ada komentar

Berserulah Kepada Tuhan!

Artikel oleh:

Berseru

“Maka mereka mengambil Yeremia dan memasukkannya ke dalam perigi…, mereka menurunkan Yeremia dengan tali.  Di perigi itu tidak ada air, hanya lumpur, lalu terperosoklah Yeremia ke dalam lumpur itu.” (Yeremia 38:6). 

 

Mungkin kita berkata dalam hati, “Menjadi orang percaya ternyata tidak mudah, acapkali kita diperhadapkan pada masalah atau kesesakan.”  Tapi bukan hanya orang Kristen saja yang punya masalah, semua orang tanpa terkecuali, pasti punya masalah.  Jadi kita tidak mengalaminya sendiri!  Karena itu, stop mengasihani diri sendiri karena ada satu hal yang pasti, yaitu jaminan pemeliharaan Tuhan bagi anak-anakNya.  Pemazmur berkata, “Kemalangan orang benar banyak, tetapi Tuhan melepaskan dia dari semuanya itu;”(Mazmur 34:20).  Tuhan selalu punya cara ajaib untuk menolong dan menyediakan jalan keluar bagi setiap permasalahan.  Masalah tidak hanya dialami orang Kristen awam, tapi bisa terjadi dalam kehidupan pelayan Tuhan atau orang-orang yang terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan.

Yeremia, meskipun sebagai nabi Tuhan, pun mengalami masa-masa yang sulit.  Ketika menyampaikan nubuat yang diperintahkan Tuhan kepadanya, Yeremia dibenci dan dianiaya.  Dalam keadaan demikian, sudah tentu sebagai manusia Yeremia merasa takut dan nyaris putus asa.  Tetapi Yeremia tidak berteriak-teriak minta tolong kepada manusia.  Alkitab mencatat Yeremia berseru kepada Tuhan, “Ya Tuhan, aku memanggil namaMu dari dasar lobang yang dalam.  Engkau mendengar suaraku!  Janganlah Kaututupi telingaMu terhadap kesahku dan teriak tolongku!”  (Ratapan 3:55-56).

Sungguh, Tuhan itu bukan Tuhan yang tuli, Dia mendengar teriak anak-anakNya yang berada dalam kesesakan.  Maka Tuhan memakai Ebed-Melekh untuk menyelamatkan Yeremia.  Orang Etiopia itu melapor kepada raja bahwa Yeremia telah dimasukkan dalam perigi (Yeremia 38:7-9).  Lalu raja menyuruh Ebed-Malekh untuk membebaskan Yeremia, “Bawalah tiga orang dari sini dan angkatlah nabi Yeremia dari perigi itu sebelum ia mati!”  (Yeremia 38:10).

Bila saat ini kita sedang dalam ‘perigi masalah’ dan sepertinya tidak ada harapan, berserulah kepada Tuhan, Dia pasti akan memberikan jalan keluar yang terbaik.

 

Bila menghadapi masalah, maka berseru kepada Tuhan adalah langkah iman yang tepat bagi kita.

 

July 26, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Jeremiah (Renungan Alkitabiah dari Kitab Yeremia)  belum ada komentar

TIGA MODEL KESETIAAN ORANG KRISTEN

Artikel oleh:

2 Timotius 2: 3 – 7

Soldier

By: Pdt. Rudy Suwardi

Pada awal abad 20, sebuah surat kabar di London memuat sebuah iklan yang isinya: “Diperlukan orang-orang yang mau bergabung dalam sebuah ekspedisi yang berbahaya. Gaji kecil, amat sangat dingin, berbulan-bulan dalam kegelapan, senantiasa berhadapan dengan bahaya. Diragukan akan kembali dengan selamat. Penghargaan dan pengakuan tersedia apabila sukses.”  Ribuan orang menanggapi iklan itu. Bp/Ibu terkejut? Ternyata iklan itu dipasang oleh seorang penjelajah Kutub Utara yang sangat terkenal, Sir Ernest Shackleton. Nama itulah yang membuat ribuan orang tertarik menanggapi  iklan tersebut,.

Warren Wiersbe, seorang penulis dan dosen Kristen dalam bukunya “Be Faithful” membuat analogi dari iklan tersebut. Katanya, apabila Yesus memasang iklan untuk mencari pengerja, isinya mungkin akan berbunyi: “Diperlukan laki-laki dan perempuan untuk tugas yang sulit, membantu membangun gereja-Ku. Engkau akan sering salah dimengerti, bahkan juga oleh mereka yang bekerja sama denganmu. Engkau akan senantiasa menghadapi serangan dari musuh yang tidak kelihatan. Engkau mungkin tidak akan melihat hasil dari pekerjaanmu. Engkau tidak akan menerima upah secara penuh sampai seluruh pekerjaanmu selesai. Engkau mungkin harus membayar harga dengan keluargamu, ambisimu, bahkan hidupmu.”

Meskipun iklannya berbunyi demikian, Yesus menerima banyak aplikasi/lamaran dari orang-orang yang bersedia menyerahkan diri mereka. Yesus tentu saja seorang Tuan/Majikan yang paling hebat bagi pekerja. Selain itu tugas membantu membangun gereja Tuhan dan memuridkan semua bangsa adalah tantangan yang paling besar bagi setiap orang percaya yang harus ditanggapi dengan menyerahkan hidupnya.

Timotius adalah seorang pemuda yang menanggapi panggilan Kristus untuk memuridkan bangsa-bangsa. Ia adalah salah seorang asisten yang istimewa bagi Paulus. Bersama-sama dengan Titus, Timotius menjalankan tugas-tugas yang sangat sulit di gereja-gereja yang dibangun oleh Paulus. Timotius menghadapi kesukaran, hambatan dan juga oposisi dalam melaksanakan penginjilan di Efesus.

Itulah sebabnya, dalam Surat Yang Kedua Kepada Timotius, Paulus memberikan banyak nasehat dan dorongan agar Timotius tetap kuat dan setia di tengah-tengah kesukaran dan penderitaan. Paulus berpesan agar Timotius jangan mudah menyerah.

Pada ayat-ayat yang sudah kita baca pagi ini, Paulus mendorong Timotius untuk tetap setia dengan mengikuti teladan dari orang-orang yang berasal dari tiga profesi sekuler, yaitu prajurit, olahragawan dan petani.

Pelajaran yang dapat ditarik dari tiga profesi tersebut tidak hanya bermanfaat bagi Timotius dan para penginjil pada umumnya, tetapi juga bermanfaat bagi setiap orang yang melayani Tuhan. Bahkan, setiap orang Kristen perlu belajar tentang kesetiaan dari prajurit, olahragawan dan petani.

Karena itulah kotbah pagi ini saya beri judul “Tiga Model Kesetiaan Orang Kristen”  Marilah kita simak satu persatu.

 

1.    DEDIKASI SEORANG PRAJURIT

Model kesetiaan pertama yang akan kita pelajari adalah dedikasi seorang prajurit. Ada tiga karakter yang perlu kita teladani dari seorang Baca selanjutnya »

July 23, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from 2 Timothy (Renungan Alkitabiah dari Kitab 2 Timotius)  belum ada komentar