Saling Mendukung

Artikel oleh:

Bergandengan

“Tetapi Yeremia dilindungi oleh Ahikam bin Safan, sehingga ia tidak diserahkan ke dalam tangan rakyat untuk dibunuh” (Yeremia 26 : 24)

Di dalam pelayanan, kita tidak dapat berjuang sendiri. Kita membutuhkan rekan-rekan pelayanan yang saling mendukung dan memperhatikan.  Dalam bagian ini kita membaca tentang konspirasi “istana raja” dan “rumah Tuhan” (26:10).  Raja, imam dan nabi bersekongkol untuk membunuh Yeremia karena berita yang ia sampaikan adalah tentang kehancuran Israel, sekalipun Yeremia telah berkali-kali menegaskan bahwa ia adalah utusan Allah. Persekongkolan itu telah membunuh seorang nabi lain yang bernama Uria (26:20-24), tetapi mereka tidak puas sebelum darah Yeremia juga ikut ditumpahkan.

Akan tetapi, kali ini kita mendapatkan kisah dengan nada yang lain. Yeremia menemukan orang-orang yang membela dia dan bahkan melindungi dia (26:16-19, 24). Sekalipun tidak dikenal satu per satu oleh Yeremia, mereka adalah orang-orang yang dapat dia sebut sebagai sahabat, yang menguatkannya di kala ia mengalami tekanan.

Sebenarnya, itulah salah satu kekuatan yang Tuhan berikan kepada kita di dalam pelayanan, yakni perasaan ditopang dan ditemani oleh sahabat-sahabat di kala kita mengalami kesusahan. Tekanan dan kesusahan akan menjadi tidak terpikulkan bila kita merasa berjuang sendiri. Kesepian secara rohani bisa melumpuhkan seluruh daya juang kita (bandingkan dengan pengalaman nabi Elia, 1 Raja-raja 19:9-10).

Oleh karena itu, tidak mengherankan bila Tuhan Yesus mengutus para murid-Nya pergi berdua-dua. Perasaan sebagai satu tubuh yang saling memikul beban akan menguatkan kita di dalam pelayanan dan kehidupan kita. Rekan kerja yang sehati dan keluarga yang saling menopang akan menjadi modal yang berharga sekali dalam menjalankan mandat dan pekerjaan Tuhan di dalam masyarakat yang memusuhi kebenaran Tuhan.

 

Betapa pentingnya dukungan dari orang-orang terdekat untuk membantu kita makin diperkuat dalam iman dan pelayanan kita kepada Tuhan.

July 15, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Jeremiah (Renungan Alkitabiah dari Kitab Yeremia)  belum ada komentar

Buah Yang Baik

Artikel oleh:

Buah

“Keranjang yang satu berisi buah ara yang sangat baik seperti buah ara bungaran, tetapi keranjang yang lain berisi buah ara yang jelek, yang tak dapat dimakan karena jeleknya” (Yeremia 24 : 2)

 

Tuhan berfirman, “Apa yang kau lihat?” Jawab Yeremia, “Buah ara, buah yang baik itu sangat baik dan buah ara yang jelek yang tak dapat dimakan karena jeleknya.” Buah ara adalah buah asli di Palestina dan ada 3 jenis buah ara. Dan jenis buah ara yang dimaksud di sini adalah buah ara bungaran, jenis yang paling digemari karena segar dan enak. Pohon ara dalam Alkitab sering dihubungkan dengan janji-janji Allah lambang kemakmuran dan kesejahteraan.

Dua keranjang buah ara yang Tuhan berikan melambangkan harapan dan hukuman.  Buah ara yang baik melambangkan orang buangan, tapi Allah memberikan kasih karunia-Nya dengan memberi mereka suatu hati yang mengenal Dia dan membawa mereka kepada pertobatan dengan segenap hati. Allah berjanji akan menjadikan mereka umat kepunyaan-Nya. Allah akan memperhatikan dan mengarahkan mata-Nya dan melimpahkan kebaikan. Allah akan mengembalikan mereka pada tanah perjanjian, akan membangun tidak meruntuhkan, akan menanam tidak mencabut (ayat 4-7). Buah ara yang jelek melambangkan raja Zedekia dan para pengikutnya yang masuh tertinggal. Allah akan memberikan hukuman yang mengerikan, Allah akan mencerai-beraikan mereka, mendatangkan kutuk, perang, kelaparan, penyakit, sampai mereka lenyap dari tanah perjanjian.

Mari kita jadi buah ara yang baik. Mungkin saat ini Tuhan mengijinkan kita ada dalam “masa pembuangan”, seolah-olah terasing, banyak kesulitan bahkan penderitaan. Ingatlah, Tuhan memberi kita hati yang mengenal Dia. Dia pasti akan membawa kita mengalami penggenapan janji-janji-Nya. Tuhan selalu memperhatikan dan mengarahkan mata-Nya untuk melimpahkan kebaikan-kebaikan-Nya.  Tuhan akan membangun seluruh aspek kehidupan kita dan tidak akan menghancurkannya.  Kita makin tertanam dan tidak tercabut dari kasih karunia dan anugerah-Nya.

 

Kenali Tuhan makin dalam dan biarlah semua peristiwa dalam hidup kita membawa kita pada pertobatan yang sungguh-sungguh, sehingga menghasilkan buah yang baik.

July 14, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Jeremiah (Renungan Alkitabiah dari Kitab Yeremia)  belum ada komentar

Carilah Telinga Allah!

Artikel oleh:

Telinga

“Engkau telah membujuk aku, ya TUHAN, dan aku telah membiarkan diriku dibujuk; Engkau terlalu kuat bagiku dan Engkau menundukkan aku”. (Yeremia 20 : 7)

 

Yeremia sebagai nabi merasa bahwa tugas pengutusannya terlalu berat. Banyak orang menginginkan kejatuhannya, bahkan sahabat-sahabat pun mengintai dia. Begitu berat beban yang diterima, sampai ia menyampaikan protes kepada Allah. Ia merasa sudah dibujuk Tuhan, sehingga tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Tetapi di lain pihak, ia sangat yakin akan pendampingan Allah. “Tuhan menyertai aku seperti pahlawan yang gagah” (Ay 11). Tidak hanya itu, ia bahkan mengajak orang lain untuk memuji Tuhan sebelum Tuhan sendiri bertindak.

Puncak keluhan Yeremia terjadi ketika ia mengharapkan ibunya melakukan aborsi saat ia masih dalam kandungan dan menyesali mengapa ia keluar dari kandungan ibunya hidup-hidup.  Namun demikian dari keluhan-keluhan Yeremia kita bisa mendapatkan dua pengajaran.

Pertama, segala sesuatu yang dikeluhkan berdasarkan kenyataan. Dia sungguh-sungguh kesakitan dan didera berbagai kesulitan. Bila dibandingkan dengan kehidupan Yeremia, kehidupan kita bagaikan kebun bunga mawar.  Seandainya kita berada dalam posisi Yeremia, kita pun pasti melakukan apa yang ia lakukan.  Yeremia memberikan teladan yang indah buat kita yaitu meskipun banyak mengeluh karena sering mengalami depresi dan tekanan mental, ia tetap setia kepada Allah. Ia tetap memberitakan firman-Nya meskipun ia tahu bahwa mereka tidak akan mendengarkan, bahkan akan semakin mengalami kesulitan dan kesakitan. Yeremia tetap berkomitmen kepada Allah walaupun masalah menggunung.

Kedua, ketika Yeremia mengeluh, Allah mendengarkan. Allah tidak menjadi marah atau kehilangan kesabaran sehingga menganggap sepi keluhannya.

Dengan melihat situasi dan kondisi bangsa kita saat ini, bisa berpotensi untuk menyebabkan orang Kristen mengalami apa yang dialami oleh Yeremia. Karena itu, ketika kita mengalami kepedihan dan kesakitan, carilah telinga Allah. Ketika sesama kita yang mengalami kepedihan dan kesakitan, jadilah telinga Allah bagi mereka.

 

Hanya Tuhan satu-satunya tempat pertolongan kita, ketika menghadapi kesukaran dan kepedihan hidup.

 

July 13, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Jeremiah (Renungan Alkitabiah dari Kitab Yeremia)  belum ada komentar

Bejana Yang Dibentuk

Artikel oleh:

Bejana

“Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya”. (Yeremia 18 : 4)

 

Di dalam tulisan nabi Yeremia, Allah digambarkan sebagai tukang periuk yang membentuk bangsa Israel dengan ketelatenan. Allah telaten mengerjakan perbuatan tangan-Nya atas bangsa Israel karena Dia sangat mengasihi mereka. Ketelatenan bukan hanya sekedar keluwesan dan kelembutan, tetapi di dalamnya terkandung juga ketegasan dan disiplin. Ketelatenan selalu melibatkan proses, dan apabila kita berbicara mengenai proses, maka diperlukan waktu yang tidak sebentar. Ketelatenan selalu membawa kita pada proses yang panjang dan tidak mudah. Tetapi itulah yang dilakukan oleh Tuhan yang senantiasa membentuk umat-Nya berulang kali.

Sikap telaten itu hanya lahir dari cinta kasih yang murni. Karena kasih Allah yang besar terhadap umat Israel sehingga melahirkan ketelatenan-Nya atas mereka. Sikap telaten Allah menimbulkan dampak ganda bagi kita. Yang pertama adalah perasaan “aman” dan “nyaman” karena kita dengan yakin merasa bahwa toh Tuhan tidak membuang kita manakala kita melakukan dosa, karena selalu ada pengampunan bagi kita. Tetapi ketelatenan itu dapat juga menggelisahkan hati kita. Apabila Allah demikian bersabar dan telaten terhadap kita, bukankah itu berarti bahwa kita senantiasa berada di dalam tangan-Nya untuk senantiasa pula dibentuk berulang kali oleh-Nya? Hal ini menggelisahkan kita karena Allah tidak pernah selesai berurusan dengan kita.

Oleh karena itu, jangan pernah  berkata bahwa kita telah menjadi bentukan terbaik dari Tuhan sehingga kita tidak perlu lagi berurusan dengan-Nya. Ingatlah, bahwa seumur hidup kita adalah masa yang senantiasa menjadi proses pembentukan sang Penjunan terhadap kita.  Ketika kita menyadari bahwa kita senantiasa berada dalam proses pembentukan yang tak berkesudahan, maka kita pun dapat memahami bahwa orang lain pun merupakan bejana-bejana yang juga sedang dibentuk oleh Tuhan. Dunia ini mengalami banyak masalah hanya karena satu orang merasa dirinya lebih baik daripada orang lain, merasa lebih matang dan benar sedangkan orang lain selalu salah. Jauhkan kita dari pemikiran seperti itu!

 

Setiap kita adalah bejana-bejana di tangan sang Penjunan; yang akan terus mengalami pembentukan seumur hidup!

 

July 12, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Jeremiah (Renungan Alkitabiah dari Kitab Yeremia)  belum ada komentar

Andalkan Tuhan!

Artikel oleh:

Andalkan Tuhan

“Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan (Yeremia 17:5)

 

Dalam perjalanan hidup ini, tentunya kita sering kali melewati hari-hari yang berat, yang makin sarat dengan ujian, tantangan, penderitaan dan goncangan.  Sungguh, perjalanan hidup yang begitu melelahkan.  Itulah sebabnya Pemazmur menasihati,  “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.”  (Mazmur 90:12).  Tidak perlu meratapi nasib dan larut dalam penyesalan.  Waktu tak bisa diputar kembali, akan terus melaju dan melaju.

Hari-hari yang telah kita lewati kemarin biarlah menjadi pengalaman yang berharga dan koreksi bagi kita.  Mungkin selama ini kita telah mengabaikan Tuhan dan lebih memilih mengandalkan manusia atau kekuatan sendiri dalam segala hal.  Mengandalkan diri sendiri sama artinya mengandalkan apa yang ada pada diri sendiri:  uang, deposito, kekayaan, status, pendidikan, jabatan dan sebagainya.  Kita merasa bahwa segala yang kita raih ini adalah semata-mata hasil dari jerih lelah sendiri, bukan karena Tuhan.  Namun, siapakah kita ini sehingga kita begitu membanggakan diri dengan apa yang kita miliki?  Daud berkata,  “…kita ini debu.  Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga;  apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi.”  (Mazmur 103:14-16).  Kita harus sadar bahwa segala hal yang melekat pada diri kita ini tidak akan mampu menolong dan melepaskan kita dari goncangan-goncangan yang ada di dunia ini, sebab kita ini hanyalah debu!  Seberapa kuatkah kita, sehingga dalam segala perkara kita mengandalkan diri sendiri?  Umur, kekuatan, kemampuan atau pun kepintaran kita adalah terbatas, bersifat fana dan pada akhirnya akan lenyap.

Jadi, di dalam diri manusia tidak ada satu pun yang dapat diandalkan.  Karena itu jangan sekali-kali berharap kepada kekuatan diri sendiri atau pun kekuatan sesama manusia, kita pasti akan kecewa! tertulis:  “Jangan berharap pada manusia, sebab ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?”  (Yesaya 2:22).

 

Andalkan Tuhan dalam hidup, maka kemenangan dan kebahagiaan sejati menjadi milik kita!

 

July 11, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Jeremiah (Renungan Alkitabiah dari Kitab Yeremia)  belum ada komentar

Makanan Rohani

Artikel oleh:

Makanan Rohani 

“Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya;  firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku” (Yeremia 15:16)

           Setiap manusia pasti mengalami rasa lapar dalam hidupnya.  Jika rasa lapar itu sudah semakin kuat, biasanya tubuh kita gemetar, lemas, dan tidak bisa konsentrasi dalam berpikir maupun bekerja.  Bahkan, jika sudah sangat lapar, apapun makanannya pasti terasa lezat, sehingga terkadang kita sudah tidak perduli dengan kondisi makanan yang kita makan.

Di zaman sekarang ini, banyak orang menjadi koruptor, perampok, pencuri, pembunuh, dan perbuatan kriminal lainnya. Semua itu mereka lakukan dengan berbagai alasan, dan alasan paling banyak adalah untuk mengisi perutnya dan juga keluarganya. Tentu apa yang mereka lakukan itu semuanya salah dan tidak berkenan dihadapan Tuhan. Namun dari semua itu, kita bisa melihat betapa pentingnya makanan bagi kehidupan manusia. Karena melalui makanan, manusia akan mengalami pertumbuhan dan memiliki sumber energi sehingga mampu melakukan aktifitas dan bekerja dengan baik, dan tentunya bisa bertahan hidup.

Kehidupan rohani juga seperti itu, kita membutuhkan makanan rohani.  Menjadi pertanyaan yakni:  berapa sering kita merasa lapar terhadap makanan rohani?  Berapa kali kita membaca Alkitab dalam sehari?   Tidak sedikit orang Kristen yang mengaku jarang sekali baca Alkitab, hanya kalau sempat saja, atau kalau tidak sibuk, tidak lelah dan alasan-alasan yang lain.  Banyak orang yang mengaku sebagai orang percaya, namun sangat jarang mengisi hidupnya dengan makanan rohani. Mereka terlena dan terlalu sibuk dengan kegiatan maupun pekerjaannya setiap hari. Mereka beranggapan bahwa pekerjaan dan mencari uang itu lebih penting dibandingkan membaca alkitab, mendengar firman, dan aktivitas rohani lainnya.

Perhatikan apa yang dikatakan Tuhan Yesus,  “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”  (Matius 4:4).  Hal ini menunjukkan bahwa firman Tuhan itu harus menjadi bagian penting dalam kehidupan kita orang percaya.

 

Firman Tuhan itu haruslah menjadi kebutuhan utama kita setiap hari supaya tubuh rohani kita tetap kuat!

 

July 10, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Jeremiah (Renungan Alkitabiah dari Kitab Yeremia)  belum ada komentar

Konferensi Wanita Terpuji Se-Indonesia

Artikel oleh:

KONFERENSI WANITA TERPUJI SE-INDONESIA

Gdg Kenanga, Jakarta, 15-17 Juni 2015

 

Oleh Pdt Erta Mulyanto

dkwn dan pembina

Konferensi Wanita Terpuji Se- Indonesia telah dilaksanakan pada tgl. 15-17 Juni 2015. Puji Tuhan walaupun baru pertama kalinya Departement Kaum Wanita mengadakan Acara Konferensi, sungguh Tuhan bekerja sangan luar biasa. Departemen sudah membentuk panitia dari awal tahuh dan semua panitia mempersiapkan pelaksanaan acara ini dengan sebaik-baiknya. Sungguh Tuhan kita luar biasa, dari target kami kehadiran sekitar 700 orang diluar dugaan kehadiran sekitar 900 orang lebih dan peserta seminar yang mendaftar sekitar 821 orang.

 opening

Peserta Konferensi yang hadir dari seluruh Indonesia :

Pdt Erta Mulyanto 2

opening 2 Baca selanjutnya »

July 7, 2015   Kategori : Umum  belum ada komentar

Dilarang Tinggi Hati!

Artikel oleh:

Dilarang Tinggi Hati

“Dengarlah, pasanglah telingamu, janganlah kamu tinggi hati, sebab TUHAN telah berfirman”. (Yeremia 13 : 15)

 

Sejak dahulu sampai sekarang Allah tidak suka terhadap orang yang tinggi hati.  Maka, tidaklah heran bahwa dalam Alkitab, termasuk dalam pasal ini, Tuhan menegur orang yang tinggi hati.  Tinggi hati nampak dari sikap yang tidak mau ditegor, gampang tersinggung dan mudah marah. Sikap merupakan ungkapan dari pikiran, oleh karenanya Allah mengajarkan pada kita untuk selalu memelihara dan mengelola pikiran kita.  Filipi  4:8 “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu”.

Sikap yang tidak terkendali akan melahirkan emosi, dan terefleksi dalam setiap tindakan kita yang sangat tidak menyenangkan bagi orang lain. Segala tindakan kita yang penuh emosi itu akan menyebabkan kesesakan dan menjadi batu sandungan bagi orang lain. Mungkin sulit bagi kita mengerti akibat sikap kita bagi orang lain. Namun lambat atau cepat kita akan menuai tindakan kita yang semakin tidak kondusif. Mungkin kita akan menyalahkan respon lingkungan terhadap sikap kita. Akibatnya kita akan merasa sendirian, menganggap orang lain bodoh, kolot dan tidak dapat diajak maju.  Perasaan seperti ini akan semakin kuat mencengkeram kita, dan semakin hari tindakan kita semakin menjadi ‘kebenaran’ bagi diri kita sendiri.

Apabila ini terjadi, kita akan menuai kebiasaan yang selalu merendahkan orang disekeliling kita yang tidak bisa menerima sikap kita; kita tidak bisa lagi menerima ide dan pikiran orang lain, mudah marah dan tersinggung. Apapun yang orang lain lakukan, selalu salah. Apabila kondisi ini berlarut-larut, maka akan membentuk karakter kita.  Jadi, pada hakekatnya, karakter itu adalah buah dari pikiran kita. Jelaslah bahwa tinggi hati bukan ciri-ciri orang beriman, karena tinggi hati bukanlah kasih.  Boleh saja kita mengatakan bahwa kita percaya kepada Yesus Kristus, tetapi kalau kita tidak mau mengasihi Allah dan sesama kita, masihkah kita layakkah disebut sebagai anak Tuhan?

 

Tidak ada pilihan lain bagi kita, selain menjaga pikiran kita setiap saat, selaras dengan kehendak Allah.

 

July 2, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Jeremiah (Renungan Alkitabiah dari Kitab Yeremia)  belum ada komentar

Pernyataan tentang Keputusan Mahkamah Agung tentang Pernikahan Sesama Jenis

Artikel oleh:

Pernyataan Mengenai  Keputusan Mahkamah Agung  

tentang Pernikahan Sesama Jenis

 

by  GEORGE O. WOOD    on 26 June 2015

(diterjemahkan  oleh Antonius Mulyanto)

 Adam dan Hawa

Hari ini adalah hari yang Menyedihkan  bagi  Amerika.

Di Obergefell v. Hodge, secara mayoritas 5-4 Mahkamah Agung memutuskan:

Amandemen Keempat belas mewajibkan suatu Negara Bagian untuk meresmikan pernikahan di antara dua orang yang sama jenis kelaminnya dan mengakui pernikahan di antara dua orang sesama jenis  ketika pernikahan mereka resmi secara hukum dan dilakukan di luar negara bagian.

Sebagai seorang hamba Tuhan Kristen dan Ketua Umum Gereja Sidang Jemaat Allah di Amerika, Saya sangat prihatin terhadap pemberian definisi baru tentang pernikahan oleh Mahkamah Agung dan efek-efek negatif yang dapat ditimbulkan dalam kebebasan beragama.

Baca selanjutnya »

July 1, 2015   Kategori : Umum  belum ada komentar

Dukung dan Doakanlah

Artikel oleh:

Ketum, BPP dan segenap keluarga besar GSJA di Indonesia mengungkapkan SIMPATHY TERDALAM atas meninggalnya Pdt Forman Samosir, Medan, pada hari Minggu tanggal 28 Juni 2015.

forman 3

Kami berdoa kiranhya Tuhan melimpahkan penghiburan dan kekuatan baru bagi segenap keluarrga dan jemaat. Sampai bertemu kembali di Surga yang Mulia.

forman 2

June 30, 2015   Kategori : Berita Dukacita, Berita Terkini  belum ada komentar