Menang Atas Pencobaan

Yakobus 1: 2 – 12

Menang atas Pencobaan

By: Pdt. Rudy Suwardi

 

Seseorang bertanya kepada C.S. Lewis, “Mengapa orang benar mengalami penderitaan?” Ia menjawab, “Mengapa tidak? “Hanya mereka saja-lah yang dapat menanggungnya.”

Bp/Ibu, jawaban C.S. Lewis itu sangatlah tepat. Di dalam Alkitab, kita banyak menemukan orang-orang yang dapat mengubah penderitaan menjadi kemenangan. Mereka tidak menjadi korban keadaan, tetapi sebaliknya mereka keluar sebagai  pemenang.

Melalui perikop yang kita baca, Yakobus mengingatkan kepada kita tentang realitas bahwa dalam kehidupan Kristen pun ada ujian dan pencobaan. Tetapi orang-orang Kristen tidak boleh menjadi korban dari keadaan. Orang-orang Kristen harus dapat keluar sebagai pemenang pada saat menghadapai ujian dan pencobaan. Yakobus memberitahukan kepada kita bahwa dalam pencobaan apapun yang kita alami, kita dapat keluar menjadi pemenang dengan  iman kita di dalam Kristus.

Bp/Ibu, ada empat nasihat dari Yakobus agar kita memperoleh kemenangan atas pencobaan:

  1. Anggaplah (ayat 2) – Sikap yang mau bersukacita
  2. Ketahuilah (ayat 3) – Pikiran yang mau mengerti
  3. Biarkanlah (ayat 4) – Kehendak yang mau berserah
  4. Mintalah (ayat 5-8) – Hati yang mau percaya

Marilah kita pelajari satu persatu.

1.   Anggaplah – Sikap Yang Mau Bersukacita

Ayat 2: “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan,”

Pada ayat ini Yakobus mengatakan, bahwa apabila pencobaan datang, kita harus mau menghadapinya, janganlah menyembunyikan kepala kita ke dalam pasir seperti burung unta. Jangan melarikan diri dari keadaan. Perhatikan, Bp/Ibu jangan membuat asumsi bahwa anda akan luput dari pencobaan karena sudah menjadi orang Kristen. Kenyataannya adalah sebaliknya, Iblis melawan orang-orang Kristen, dunia juga berseberangan dengan orang Kristen. Karena itu hidup orang Kristen dipenuhi dengan pertempuran!

Yakobus dalam ayat ini mengatakan, bahwa kita akan menghadapi berbagai-bagai pencobaan. Ada pencobaan yang terjadi pada diri kita karena kita adalah manusia. Misalnya, sakit-penyakit, kecelakaan, kekecewaan  atau kematian.

Pencobaan juga terjadi karena kita adalah orang-orang Kristen. Banyak orang Kristen yang dikucilkan dari keluarganya hanya karena mereka bertobat dan menjadi pengikut Kristus. Selain itu masih banyak orang Kristen di dunia ini yang mengalami penganiayaan karena iman mereka. Menurut Christian World Report, di China, 1100 orang dieksekusi setiap bulannya hanya karena mereka menjadi Kristen. Di beberapa negara Timur Tengah, orang-orang yang bertobat dan menjadi Kristen otomatis mendapat hukuman mati.

Pencobaan lain dialami oleh orang-orang pada zaman modern ini dalam bentuk ancaman dari para teroris.  Di Sydney, serangan teroris terjadi di sebuah café. Di Paris  teroris menyerang kantor penerbitan majalah dan menewaskan 12 orang. Mereka juga menyerang sebuah supermarket dan menewaskan 4 orang. Dan mereka juga menyerang polisi disana.   Di Pakistan, teroris menyerbu sekolah dan menewaskan 132 anak-anak di sekolah .

Setelah kita mengetahui berbagai jenis pencobaan yang ada, pertanyaannya adalah, bagaimana Bp/Ibu memberi respon ketika pencobaan itu datang dalam hidup anda? Yakobus memberi nasihat: “anggaplah sebagai suatu kebahagiaan.” Artinya Bp/Ibu  harus menerima pencobaan itu dengan sikap yang mau bersukacita. Kontradiktif bukan?  Bp/Ibu jatuh ke dalam kesulitan, tetapi anda harus menerima keadaan dengan bersukacita.

Bukan hanya Yakobus, tetapi Rasul Petrus juga memberi nasehat untuk bersukacita dalam pencobaan pada 1 Petrus 4:12-14 ”(12) Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu.(13) Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya.”

Warren Wiersbe, seorang Theolog dari Amerika, melakukan pengamatan terhadap berbagai pencobaan dalam kehidupan manusia. Ia menganalogikan pencobaan-pencobaan yang beraneka ragam itu seperti benang-benang yang beraneka warna yang digunakan oleh penenun untuk membuat sebuah permadani yang indah. Tuhan mengatur dan memadukan warna-warna dan pengalaman dalam kehidupan manusia. Hasil akhirnya adalah sesuatu yang indah untuk kemuliaan Tuhan.

Bagaimana cara Bp/Ibu memberikan tanggapan yang baik di tengah-tengah pencobaan yang dialami?

  • Evaluasi sasaran-sasaran hidup anda dan urutan prioritasnya.
  • Utamakan lebih dahulu hal-hal yang paling penting.
  • Utamakan karakter daripada kenyamanan. Jika anda melakukan hal sebaliknya, yaitu mengutamakan kenyamanan, maka pencobaan akan membuat anda bersedih.
  • Utamakan hal-hal yang rohani daripada hal-hal jasmani atau materi. Jika anda melakukan hal sebaliknya, yaitu mengutamakan hal-hal yang jasmani atau materi, maka anda tidak akan dapat menganggap pencobaan sebagai suatu sukacita
  • Hiduplah untuk masa depan, bukan hanya untuk masa kini. Jika anda hidup hanya untuk masa kini, maka pencobaan akan membuat anda menjadi lebih pahit, bukan menjadi lebih baik.

Ayub 23:10 mengatakan “Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas.”

Pada waktu pencobaan datang, jangan berpura-pura, jangan mengabaikannya, tetapi lihatlah masalah itu dengan mata iman. Penerawangan kita dengan mata iman akan menentukan hasilnya. Kalau kita ingin mengakhiri masalah itu dengan sukacita, maka mulailah menghadapinya dengan sukacita!

Jadi langkah pertama mengubah pencobaan menjadi kemenangan adalah “Segera bersyukur kepada Tuhan dan perlihatkan sikap bersukacita”

Tetapi bagaimana mungkin kita dapat bersukacita di tengah-tengah pencobaan? Jawabannya terletak pada ayat 3.

 

2.   Ketahuilah – Pikiran yang Mau Mengerti

Ayat 3: “sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.”

Apa yang perlu diketahui oleh orang percaya supaya lebih mudah menghadapi pencobaan dan menarik manfaat dari pencobaan itu?

Iman selalu diuji agar iman kita bertambah teguh. Tuhan menguji kita untuk memunculkan hal-hal yang terbaik dari diri kita. Ujian diberikan untuk kebaikan kita, bukan untuk melawan kita.

1 Pet 1:7 mengatakan: “Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu–yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api–sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.”

Bp/Ibu, pencobaan yang anda alami adalah ujian terhadap iman anda. Tujuannya ialah untuk membuktikan apakah kalian sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan atau tidak. Emas yang dapat rusak pun, diuji dengan api. Nah, iman Bp/Ibu sekalian adalah lebih berharga dari emas, jadi harus diuji juga supaya menjadi teguh. Dengan demikian Bp/Ibu sekalian akan dipuji dan dihormati serta ditinggikan pada hari Yesus Kristus datang kembali.

Pencobaan-pencobaan dipakai untuk membuat kita lebih dewasa. Bagaimana Tuhan meng-eja kedewasaan?  Kesabaran, ketekunan dan kemampuan untuk tetap bergerak maju meskipun sulit untuk tetap bergerak maju.

Satu-satunya cara Tuhan dapat mengembangkan ketekunan/ketabahan dan karakter dalam hidup kita adalah melalui pencobaan. Ketabahan tidak dapat dikembangkan dengan hanya membaca Firman, berdoa atau mendengar kotbah. Pada waktu kita mengalami pencobaan, ketika kita percaya kepada Tuhan dan taat kepada-Nya, maka hasilnya adalah ketabahan/ketekunan dan karakter.

Kita tahu apa yang dihasilkan oleh pencobaan dalam hidup kita. Pada akhirnya pencobaan akan membawa kemuliaan bagi Tuhan. Karena itu kita dapat menghadapi pencobaan itu dengan sikap yang positif.

Agar kita benar-benar dapat menarik manfaat dari pencobaan yang kita alami, kita juga harus mengikuti nasihat yang dijumpai pada ayat 4.

 

3.   Biarkanlah – Kehendak yang Mau Berserah

Ayat 4: “Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.”

Tuhan tidak dapat dan tidak akan membangun karakter kita tanpa kerja sama kita. Tuhan adalah seorang Gentleman, sehingga Ia tidak akan memaksa. Ia tidak akan mendorong, mendesak , menarik ataupun menyeret kita melawan kehendak kita sendiri.  Jika kita menolak Dia, konsekuensi alamiahnya adalah kita akan mendapat hukuman dari Tuhan. Tetapi, ketika kita tunduk kepada-Nya, barulah Dia dapat melaksanakan pekerjaan-Nya.

Sasaran Tuhan bagi hidup kita adalah kedewasaan. Akan sangat tragis jika anak-anak kita yang masih kecil tetap saja menjadi balita. Kita menikmati saat-saat melihat anak-anak kita tumbuh melalui berbagai tahap kehidupan, mulai merangkak, mulai berjalan atau mulai bicara. Ada saat-saat dimana kita ingin melindungi anak-anak kita dari berbagai bahaya. Tetapi kita tidak dapat. Banyak orang Kristen membuat kesalahan karena mereka mencoba melindungi diri mereka dari pencobaan. Hasilnya adalah mereka tidak pernah tumbuh menjadi dewasa. Karena mereka seperti keledai yang selalu jatuh ke dalam lubang yang sama.

Tuhan mempunyai 3 maksud yang dikerjakan-Nya di dalam kehidupan  kita.

Lihat Ef 2:8-10: “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. (10) Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.

  • Bagi Kita – Pekerjaan Tuhan yang pertama di dalam kehidupan manusia adalah keselamatan. Yesus sudah menyelesaikan pekerjaan-Nya di atas kayu salib
  • Di dalam kita – kita adalah buatan tangan Tuhan atau secara harafiah kita adalah karya agung dari Tuhan.  Tuhan bekerja di dalam diri manusia untuk menguduskannya.  Tuhan membangun karakter kita agar menjadi semakin serupa dengan Yesus.
  • Melalui kita – Pekerjaan Tuhan melalui kita adalah pelayanan. Ia telah membuat kita menjadi ciptaan baru supaya kita dapat melakukan hal-hal yang baik yang sudah direncanakan-Nya bagi kita sejak dahulu kala.

Tuhan tidak bekerja di dalam diri kita tanpa persetujuan kita. Kita harus menyerahkan kehendak kita kepada-Nya! Jika kita menghadapi pencobaan tanpa kehendak yang berserah, kita akan tetap menjadi anak-anak yang belum dewasa.

Ujian Tuhan akan menentukan tingkatan kita semua.  Bukan kekayaan materi yang akan membuat kita melewati pencobaan dalam hidup, tetapi kekayaan rohani.

Seringkali kita ingin segera menyingkirkan kesulitan yang kita alami. Tetapi ada kalanya kita harus menanggung pencobaan dengan sabar. Jangan mengeluh, jangan bersungut-sungut, tetapi dengan sabar kita harus menanggung pencobaan itu.

Kadang-kadang Tuhan menggunakan pencobaan untuk mengajukan pertanyaan: “Mana yang lebih engkau kasihi – hal ini atau Aku?”

Membiarkan ketekunan agar beroleh buah yang matang tidaklah mudah. Diperlukan hikmat agar kita dapat melihat nilai dari pencobaan itu. Hal ini membawa kita kepada nasehat ke 4, yang dapat kita temukan pada ayat 5 – 8.

 

4.   Mintalah – Hati Yang Mau Percaya

Ayat 5-8: “(5) Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, –yang memberikannya kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit, maka hal itu akan diberikan kepadanya. (6) Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. (7) Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan. (8) Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya.”

Bp/Ibu, ketika pencobaan hidup yang tidak terduga berada di pintu masuk, bagaimanah anda menanggapinya? Bagaimana anda berdoa? Apa yang harus anda minta dari Tuhan? Yakobus memberikan jawaban pada ayat 5: “Berdoa meminta HIKMAT.”

Kita perlu membedakan hikmat dengan pengetahuan. Pengetahuan adalah informasi, fakta dan yang sejenisnya. Sedangkan hikmat adalah kemampuan atau wawasan untuk menggunakan semua informasi atau fakta tersebut dengan cara yang tepat.

Pengetahuan dapat kita peroleh melalui Firman. Kita harus mempelajari Alkitab dengan sungguh-sungguh jika kita ingin mengetahui kehendak Tuhan. Tetapi hikmat untuk memakai Firman-Nya dengan benar dapat kita terima melalui doa.

Mengapa kita memerlukan hikmat ketika kita mengalami pencobaan?  Kita memerlukan hikmat supaya kita tidak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan oleh Tuhan kepada kita untuk bertumbuh menjadi dewasa. Hikmat membantu kita menggunakan keadaan untuk kebaikan kita dan untuk kemuliaan Tuhan.

Ilustrasi: Pada suatu hari keledai seorang petani jatuh ke dalam sumur. Hewan itu menangis dengan iba selama beberapa jam sementara sang petani memikirkan apa yang harus dilakukan. Akhirnya, sang petani memutuskan untuk mengubur keledai yang sudah tua itu dengan cara menimbun sumur. Ia lalu meminta bantuan para tetangga. Mereka semua membawa sekop untuk menimbun sumur itu dengan tanah/lumpur atau berbagai macam sampah. Pada mulanya, keledai itu menyadari apa yang sedang terjadi dan ia menangis sekuat tenaga. Tetapi kemudian orang banyak menjadi heran karena keledai itu tiba-tiba menjadi tenang. Setelah melemparkan tanah beberapa sekop lagi, petani itu akhirnya melihat ke dalam sumur dan merasa takjub dengan apa yang dilihatnya. Setiap kali tanah dari sekop mengenai punggung keledai, hewan itu melakukan sesuatu yang mengagumkan. Keledai itu  menggoyangkan badan untuk membersihkannya dari tanah yang mengenai punggungnya. Setiap kali ia menggoyangkan badannya, tanah itu turun dan keledai itu melangkah naik ke atas tanah. Tidak lama kemudian, setiap orang merasa kagum, karena melihat keledai itu melompati dinding sumur dan melangkah keluar dari sumur itu.

Bp/Ibu, pelajaran dari kisah ini adalah bahwa kehidupan akan terus menimbuni diri anda dengan tanah/lumpur atau segala macam kotoran. Rahasia untuk keluar dari sumur pencobaan adalah menggoyangkan badan dan melangkah naik ke atas kotoran tersebut. Setiap kesulitan adalah suatu batu loncatan. Kita dapat keluar dari sumur yang paling dalam hanya dengan tidak berhenti, jangan pernah menyerah! Goyangkan dan ambil langkah untuk naik! Jangan menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan Tuhan kepada anda untuk membuktikan diri-Nya di dalam hidup kita.

Yakobus memberitahukan kepada kita apa yang harus diminta dalam doa – yaitu hikmat. Ia juga memberitahukan kepada kita bagaimana harus berdoa dalam ayat 6: “meminta dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang.”  Ketika kita melakukannya, maka ayat 5 mengatakan, Tuhan berjanji untuk menjawab “dengan murah hati, kepada semua orang , dengan tidak membangkit-bangkit.”

Bp/Ibu, jangan takut – Tuhan sangat ingin menjawab doa anda. Jangan ragu – Tuhan setia dengan janji-Nya.

Kesimpulan:

Jadi apa untungnya buat saya apabila saya mengikuti nasehat Yakobus?

Ayat 12 mengatakan: “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.”

Ketika seorang Kristen menanggung pencobaan, ada kompensasi yang akan diperolehnya, baik untuk masa kini maupun untuk masa yang akan datang.

  • Sekarang – kita akan memperoleh karakter, ketabahan, kesabaran, ketekunan.
  • Masa yang akan datang – sebuah mahkota kehidupan.

Tuhan tidak menolong kita dengan cara menyingkirkan pencobaan dari hidup kita, tetapi Ia bahkan mengijinkan pencobaan terjadi dalam hidup kita agar kita bertumbuh dewasa.

Apa yang memotivasi anda untuk bertindak menanggapi pencobaan sesuai dengan nasihat Yakobus?  Yakobus menyebut  tanggapan itu adalah Kasih (ayat 12).

  • Kasih memotivasi sikap yang bersuka cita – Kita mengsihi Tuhan, Tuhan mengasihi kita dan tidak akan mencelakakan kita.
  • Kasih memotivasi pikiran yang mau mengerti – Tuhan mengajar kita melalui pencobaan, dan kita bertumbuh.
  • Kasih memotivasi kehendak yang mau berserah – Ketika kasih berkuasa, kita dapat berserah dan taat.
  • Kasih memotivasi hati yang mau percaya – kasih dan kepercayaan adalah seiring. Ketika anda mengasihi, anda percaya dan minta pertolongan.

Tuhan ingin agar kita bertumbuh dewasa melalui pencobaan-pencobaan yang terjadi dalam hidup kita.

Bagaimanakah kita menanggapi pencobaan yang datang ke dalam hidup kita?

 

Hari ini kita sudah belajar cara menanggapi pencobaan itu agar keluar sebagai pemenang, yaitu “Dalam kasih kepada Kristus – anggaplah, ketahuilah, biarkanlah, dan mintalah.”

 

 

 

 

 

Artikel oleh: February 4, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from James (Renungan Alkitabiah dar Kitab Yakobus)  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda