MENGARAHKAN ORANG BUTA KEPADA TERANG DUNIA

Terang

Yohanes 9: 1-12

By: Inawaty Suwardi

 

Suatu hari, Bill Cosby, seorang komedian dari Amerika tinggal di hotel yang sama dengan Ray Charles, seorang penyanyi tuna netra.  Ketika melewati kamar Ray, Cosby berhenti sejenak untuk menyapanya. Ia mengetuk pintu dan masuk setelah mendengar Ray berseru: “Masuk.” Cosby masuk ke kamar dan mendengar Ray sedang bercukur dengan alat cukur listrik. Tidak ada penerangan dan kamarnya betul-betul gelap. Tanpa berpikir panjang, Cosby berkata, “Hei, Ray! Mengapa engkau bercukur di dalam gelap?”

Tiba-tiba Cosby tersadar dan berpikir, “Bodoh! Bodoh! Bodoh!” Tetapi Ray yang baik hati berkata, “Aku selalu melakukan segala sesuatu di dalam gelap, bro!”

Kita semua barangkali bersikap sama seperti Cosby. Kita lupa bahwa mereka yang belum percaya adalah buta secara rohani dan mereka hidup setiap hari dalam dunia yang gelap itu. Namun kita berhubungan dengan mereka seakan-akan mereka bisa melihat.

Yohanes sangat suka dengan simbolisme. Dalam kitab Yohanes ini ia sering menggunakan perumpamaan tentang terang dan gelap. Pada Yoh 1: 4-5 ia menyebut Yesus sebagai “Terang manusia” yang “bercahaya di dalam kegelapan, dan kegelapan itu tidak menguasainya.”

Pada Yoh 3:19 Yohanes berkata, “Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.”

Lalu pada Yoh 8:12, sehubungan dengan upacara hari raya Pondok Daun, dimana bangsa Yahudi menyalakan obor pada hari upacara tersebut, Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.”

Dalam bacaan kita Yoh 9:5, ketika Yesus dan murid-murid-Nya berjumpa dengan orang yang buta sejak lahir, Ia berkata,  “Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia.”

Selanjutnya “Terang Dunia” bertindak memberi penglihatan kepada orang buta ini yang sudah hidup dalam kegelapan total selama hidupnya. Sebaliknya, pada akhir dari perikop ini kaum Farisi yang sombong, yang berpikir bahwa diri mereka dapat melihat, dibiarkan berada dalam kegelapan rohani.

Inti dari perikop yang kita baca hari ini adalah:

YESUS ADALAH JURUSELAMAT YANG DAPAT MENCELIKKAN MATA YANG BUTA BAGI KEMULIAAN ALLAH, KARENA ITU KITA HARUS BEKERJA MENGARAHKAN ORANG KEPADA-NYA.

Kita akan membahas empat hal disini: Kebutuhan yang beasar, Juruselamat yang besar, Tujuan yang besar, Urgensi yang besar.

1.   Kebutuhan yang besar: Dunia ini buta secara rohani sejak lahir

Orang buta adalah suatu gambaran tentang setiap manusia sejak kejatuhan, setiap orang dilahirkan buta secara rohani. Orang dalam bacaan kita tidak dapat melihat Yesus secara fisik, sama seperti orang-orang yang belum percaya tidak dapat melihat Yesus secara rohani.

Orang-orang yang terhilang tidak cuma memerlukan informasi lebih supaya dapat membuat keputusan untuk memperoleh keselamatan. Tetapi mereka memerlukan mukjizat penglihatan rohani yang hanya dapat diberikan oleh Tuhan.

Murid-murid Yesus memandang orang buta ini sebagai suatu studi kasus teologis, lihat Yoh 9:2: “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?”

Di balik pertanyaan ini tersirat pandangan umum bangsa Yahudi bahwa selalu ada hubungan langsung antara dosa dan penderitaan.

Memang benar bahwa semua penderitaan di dunia ini adalah akibat dari dosa asal dari Adam dan Hawa.

Selain itu, kadang-kadang ada hubungan langsung antara dosa dan penderitaan seperti dinyatakan dalam Yoh 5:14: Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: “Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.”

Tetapi Alkitab juga jelas menyatakan, bahwa kadang-kadang orang benar dapat mengalami penderitaan meskipun mereka tidak berbuat dosa.

Para murid mengusung pandangan yang popular: karena orang ini buta, maka orang tuanya pasti sudah berdosa sehingga mengalami pencobaan yang sulit.

Alkitab memang mengajarkan juga bahwa anak-anak dapat mengalami penderitaan sebagai akibat dari dosa orang tuanya, mari kita lihat Kel 34:7: “Yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat.”

Kita melihat prinsip ini di sekitar kita. Anak-anak yang lahir dari ibu yang kecanduan narkoba atau miras atau ibu yang kena AIDS, mengalami cacat fisik dan mental. Anak-anak yang memiliki orang tua yang kejam/kasar dalam perkataan maupun secara fisik menderita trauma yang parah.

Tetapi dalam kasus ini, Yesus berkata, orang buta ini bukan menderita karena dosa pribadinya ataupun dosa orangtuanya. Orang ini merupakan gambaran dari semua manusia yang dilahirkan dalam dosa dan dalam kegelapan rohani. Kita perlu memandang semua orang yang tidak mengenal Kristus sebagai  orang-orang yang buta dan miskin secara rohani, sekalipun secara jasmaniah ada orang yang tampak berhasil dan bahagia dalam hidupnya. Untuk orang-orang seperti ini, hanya ada satu solusi, yakni Juruselamat yang besar

2.   Juruselamat yang besar: Yesus Juruselamat yang Mahakuasa, yang dapat mencelikkan mata yang buta.

Pengemis buta ini tidak berinisiatif untuk berseru kepada Yesus agar menyembuhkannya. Yang terjadi adalah, Yesus melihat dia dan meskipun Alkitab tidak mengatakannya, saya yakin, Yesus melihat dia seperti Yesus melihat semua orang yang terhilang, yakni dengan belas kasihan. Karena Yesus datang untuk mencari dan menyelamatkan yang terhilang, Yesus menjangkau orang yang tidak berdaya ini dan memberikan penglihatan kepadanya.

Bayangkan bagaimana perasaan orang ini. Ia bangun tidur pada hari itu seperti ia memulai hari-hari sebelumnya, yakni di dalam kegelapan. Ia berjalan menuju tempat yang ramai dimana ia dapat mengemis. Kita tidak tahu bagaimana murid-murid Yesus mengetahui  bahwa orang ini buta sejak lahir, tetapi mungkin untuk menarik simpati, orang ini selalu berseru sepanjang hari, “Aku buta sejak lahir, tolonglah aku!” Tetapi siang hari hari itu ia dapat melihat untuk pertama kali dalam hidupnya!

Di dalam Alkitab, ada tiga peristiwa dimana Yesus menyembuhkan orang buta.

Pertama, dalam Mat 9:27-31 dikisahkan Yesus menyembuhkan mata dua orang buta. (28) Setelah Yesus masuk ke dalam sebuah rumah, datanglah kedua orang buta itu kepada-Nya dan Yesus berkata kepada mereka: “Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?” Mereka menjawab: “Ya Tuhan, kami percaya.” (29) Lalu Yesus menjamah mata mereka sambil berkata: “Jadilah kepadamu menurut imanmu.”

Ke dua, dalam Mark 8: 22-26 Yesus menyembuhkan seorang buta di Betsaida. (22) Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Betsaida. Di situ orang membawa kepada Yesus seorang buta dan mereka memohon kepada-Nya, supaya Ia menjamah dia. (23) Yesus memegang tangan orang buta itu dan membawa dia ke luar kampung. Lalu Ia meludahi mata orang itu dan meletakkan tangan-Nya atasnya, dan bertanya: “Sudahkah kaulihat sesuatu?”

Ke tiga adalah kisah yang sedang kita bicarakan. Mengapa Yesus menyembuhkan orang ini dengan cara yang tidak biasa, yaitu dengan meludah ke tanah dan mengaduk ludah-Nya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi, dan kemudian menyuruh orang itu untuk membasuh dirinya di kolam Siloam?

Alkitab tidak menjelaskan alasannya, tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa cara ini merujuk pada penciptaan manusia pertama yang dibuat dari debu. Karena itu mukjizat ini membuktikan bahwa Yesus adalah Sang Pencipta.

Cara-cara yang berbeda yang dilakukan Yesus untuk menyembuhkan orang buta juga mengajarkan kepada kita bahwa setiap pribadi itu berbeda. Diperlukan pendekatan individual untuk menangani masing-masing orang secara rohani.

Dalam Perjanjian Lama, tidak ada peristiwa tentang penyembuhan orang buta. Tetapi ada banyak ayat Firman Tuhan yang memperlihatkan bahwa hanya Tuhan yang dapat membuat orang buta dapat melihat, dan Mesias, yang adalah Tuhan, akan melakukan hal ini.

Mzm 146:8 “TUHAN membuka mata orang-orang buta,………………”

Yes 29:18 “Pada waktu itu orang-orang tuli akan mendengar perkataan-perkataan sebuah kitab, dan lepas dari kekelaman dan kegelapan mata orang-orang buta akan melihat.”

Yes 35:5 “Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka.”

Yes 42:6-7 (6) Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa, (7) untuk membuka mata yang buta,……………”

Sangat menarik bahwa dari semua mukjizat yang dibuat oleh Yesus, kategori yang paling banyak adalah memberi penglihatan. Para pemimpin Yahudi yang mengetahui Perjanjian Lama, seharusnya dapat menyimpulkan bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan.

Persoalannya adalah, diperlukan Juruselamat yang besar untuk mencelikkan mata yang buta secara jasmani. Mukjizat jasmani yang luar biasa ini sebenarnya merujuk pada mukjizat rohani. Yesus membuka mata rohani yang buta melalui Injil sesuai dengan Firman Tuhan pada 2 Kor 4:6 “Dari dalam gelap akan terbit terang!”, Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus.

Jika anda mempunyai kesempatan untuk memberitakan Injil kepada seseorang, fokuskan pembicaraan  pada Yesus. Orang akan berusaha mengalihkan pembicaraan kepada hal-hal yang sepele, seperti misalnya evolusi manusia, atau mengapa Tuhan mengijinkan terjadinya penderitaan. Kita memang perlu menanggapi sedikit tentang hal-hal itu, tetapi kita harus mengendalikan pembicaraan agar kembali pada pokok masalah siapakah Yesus itu. Ia adalah Juruselamat yang Maha Kuasa yang dapat mencelikkan mata yang buta. Dan selagi anda melakukan pemberitaan, berdoalah agar Tuhan juga mencelikkan mata rohani lawan bicara anda.

Jadi, kisah ini menunjukkan kepada kita akan adanya kebutuhan yang besar, karena dunia ini lahir ke dalam kebutaan rohani. Lalu kita melihat adanya Juruselamat yang besar yang dapat mencelikkan mata yang buta.

 

3.   Tujuan yang besar: Tujuan utama dari Injil adalah memamerkan kemuliaan Allah.

Menanggapi pertanyaan teologis dari para murid, Yesus menjawab pada Yoh 9:3: “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.”

Artinya, penderitaan kita dapat membawa kemuliaan bagi Tuhan dan memamerkan nilai-Nya yang tidak terhingga kepada orang lain. Paulus menjelaskannya dalam 2 Kor 4:17: Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.

Menyembuhkan orang buta memberikan gambaran tentang apa yang terjadi ketika Tuhan menyelamatkan satu jiwa melalui Injil Yesus kristus. Dia memperoleh kemulian dan kita memperoleh berkat. Sukacita kita di dalam apa yang sudah diperbuat-Nya bagi kita menyumbangkan kemuliaan kepada-Nya.

Injil bukanlah semata-mata tentang bagaimana Yesus dapat memberikan kehidupan yang bahagia bagi kita hanya untuk kepentingan diri kita sendiri. Injil adalah tentang bagaimana Tuhan dapat memberikan kehidupan yang bahagia bagi kita supaya kita dapat menyerukan  kemuliaan-Nya pada waktu kita memberitahukan kepada orang lain bagaimana Tuhan memanggil kita keluar dari kegelapan ke dalam terang-Nya yang ajaib (1 Pet 2:9).

Orang buta itu melakukannya. Ia nyata-nyata menjadi manusia baru. Tetangga-tetangganya berpikir bahwa dia ini orang yang lain. Tetapi dia berkata pada Yoh 9:9 “Benar akulah itu.”. Tetangga-tetangganya ingin tahu: “Bagaimana matamu menjadi melek? Orang itu juga tidak mengetahui banyak. Ia memanggil Yesus sebagai “Orang yang disebut Yesus itu.”  Ingatlah ia bahkan belum melihat Yesus dan ia tidak tahu dimana Yesus berada. Pada ayat 17 ia berdebat dengan orang-orang Farisi dan mengatakan bahwa Yesus adalah seorang nabi.

Setelah itu, pada ayat 38, ketika ia melihat Yesus, ia percaya kepada-Nya sebagai Tuhan dan ia sujud menyembah-Nya. Kehidupan orang ini yang telah berubah dan kesaksiannya yang sederhana membawa kemuliaan bagi Tuhan. Demikian juga  kehidupan kita yang telah berubah dan kesaksian lisan kita harus membawa kemuliaan bagi Tuhan.

 

 

4.   Urgensi yang besar: Kita harus bekerja mengarahkan orang kepada Yesus untuk kemuliaan Tuhan selagi masih ada waktu

Yoh 9:4 mengatakan: Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja.

Perhatikan penggunaan kata “kita”, bukan “aku”. Yesus melibatkan para murid di antara orang-orang yang harus mengerjakan pekerjaan Tuhan. Di dalamnya juga termasuk kita semua yang telah menaruh iman percaya kepada Kristus.

Ini adalah pola pikir penuaian yang ditekankan oleh Yesus kepada para murid pada pasal 4, ketika Yesus bercakap-cakap  dengan perempuan Samaria di sumur.  Fokus para murid adalah mengajak Yesus makan agar mereka dapat melanjutkan perjalanan. Tetapi fokus Yesus  dinyatakan dalam Yoh 4:34: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.”  Dan itulah juga yang harus menjadi fokus kita semua yang mengikut Dia.

Perhatikan kata harus dalam Yoh 9:4 Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku……..  Kita juga menemukannya lagi dalam Yoh 4:4 Ia harus melintasi daerah Samaria. Mengapa ? supaya Yesus dapat memberikan air hidup kepada perempuan Samaria dan semua warga kota itu.

Disini kita melihat, meskipun orang-orang Farisi mengancam akan membunuh Yesus dan kematian-Nya tinggal beberapa bulan lagi, Yesus harus mengerjakan pekerjaan Bapa yang mengutus Dia.

Apakah anda merasakan urgensi yang sama dalam hidupmu? Jangan hanya melayani sekedar mengisi waktu luang saja atau karena anda tidak memiliki kegiatan lain. Melayani Tuhan bukan cuma bagi mereka yang berdedikasi super. Melayani Tuhan harus menjadi urgensi bagi semua orang yang telah ditebus dengan darah Anak Domba,

Jika engkau kepunyaan Yesus, engkau adalah anggota dari tubuh-Nya. Setiap bagian memiliki fungsi yang penting agar seluruh tubuh dapat berfungsi dengan baik.

Perhatikan urgensi untuk melakukan pekerjaan Tuhan pada Yoh 9:4: “………………… akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja.”  Yesus merujuk pada kematian. “Malam-Nya” akan segera datang karena Ia akan dikhianati dan diserahkan ke tangan para pendosa.

Malam juga akan datang segera bagi kita semua. Waktu sangat cepat berlalu. Yak 4:14 mengatakan: Sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.

 

 

Penutup

Robert Louis Stevenson, seorang pengarang, melewati masa kecilnya di Skotlandia pada abad 19. Sebagai seorang anak, ia tertarik pada pekerjaan para pemasang lentera yang berjalan kesana kemari membawa tangga dan obor untuk menyalakan lampu jalan supaya ada penerangan pada malam hari.

Pada suatu malam, ia mengamati dari jendela lantai atas dan ia terpesona. Ayahnya bertanya, “Robert, apa yang sedang kau lihat di luar sana? Dengan luapan kegembiraan ia menjawab, “Look at that man! He’s punching holes in the darkness!”   “Lihatlah orang itu! Ia sedang membuat lubang di dalam kegelapan!”

Demikian juga tugas kita di dalam dunia yang gelap. Membuat lubang di dalam kegelapan! Arahkanlah orang-orang buta kepada Terang Dunia yang dapat mencelikkan mata mereka untuk kemuliaan Allah. Ceritakanlah kepada mereka apa yang telah dilakukan Yesus untukmu. Ia dapat memakai mu untuk mengerjakan pekerjaan-Nya sebelum datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja.

 

 

 

 

 

 

 

Artikel oleh: March 23, 2016   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from John (Renungan Alkitabiah dari Injil Yohanes)  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda