Ciri Gereja Perkotaan/Traits of a City Church

Jika anda membayangkan sebuah gereja di perkotaan, pikirkanlah bukan sekedar sebuah gereja yang ada dan bersituasi di perkotaan. Melainka sebuah gereja yang benar-benar memiliki pelayanan yang memenuhi kebutuhan orang kota, bergaya perkotaan dan bermanagemen perkotaan.

GSJA sedang mengembangkan pelayanan perkotaan. Untuk mencapai ke arah tersebut dibutuhkan perubahan pandangan tentang pelayanan gereja dari model lama ke model baru. Mungkin anda tidak sepakat degan pembedaan model lama dan baru, tetapi mugkin anda juga menyadari mesti adanya perubahan.

Untuk itu kami ingin mengundang anda memberikan komentar anda tentang ciri-ciri yang bagaimana yang disebut dengan pelayanan perkotaan sesungguhnya. Anda dapat mulai dari pendetanya, lokasinya, model kebaktiannya, investasinya, dsb. Perubahan-perubahan apa yang sebaiknya dilakukan oleh GSJA secara umum demi kebaikan masa depanya.

Selama memberi komentar dan pandangan anda! Tuhan memberkati!

(You might be willing to comment in english, please do not hesitate to do so, as long as you understand the issue being discussed and you have your own idea about what is needed to plant a city church which is indeed contextualized in city setting, please give your comments, thanks!)

Artikel oleh: April 19, 2010  Tags:   Kategori : Artikel  Sebarkan 

8 Komentar

  1. Ferry Tabaleku - April 19, 2010

    Pdt:
    Mempunyai kemampuan komunikasi yang baik, termasuk pengetahuan yang luas tentang Firman Tuhan dan science serta leadership yang baik dan mempunyai karunia khusus.Paling utama adalah sikap hatinya dalam pelayanannya.

    Lokasi:
    Cukup strategis, dapat dijangkau dengan kenderaan pribadi seperti mobil sendiri dan dilalui oleh kenderaan umum, dan berada dikawasan pemukiman yang cukup berada.

    Model kebaktian:
    Di tata sedemikian rupa seperti entertaiment, tapi kehadiran Roh Allah dapat rasakan, dan menyentuh setiap jemaat yang hadir. Ini berarti worship leaders,back singers dan musiciannya sudah prof/terlatih.

    Investasinya:

    Gedung/ruang yang full AC, dengan kursi yang sesuai, dan alat-alat musik yang lengkap (full band)dan sound system yang baik, serta ruang SM juga teratur.

    Saran saya jika mau membuka gereja perkotaan maka :
    Dipersiapkan satu paket/team dalam pelayanan: antara 1.Team Penggembalaan,Team Musician-soundman, team SM, dan team doa

    Dan yang tak kala penting adalah ada kantor gereja sudah diperlengkapi dengan berbagai keperluan kantor.

    Demikianlah komen saya, harap bisa bermanfaat bagi GSJA

  2. timothy andi Kurniawan - April 20, 2010

    idem sama Om ferry aja yah рџ™‚

  3. roberto hutapea - April 24, 2010

    sangat setuju dengan pst. ferry..

    saat ini saya juga sedang merintis gereja perkotaan yang dicanangkan oleh dmn..tapi dalam prakteknya jauh dari “kriteria perkotaan”..ya kita berharap kedepan visi ini akan lebih di pertajam, dan digarap dengan sungguh-sungguh….ibaratnya kalau mau dari balikpapan ke jakarta pake perahu layar….tetap semangatssss

  4. Hendra Mulyana - April 26, 2010

    CIRI GEREJA PERKOTAAN (CGP) didasarkan pada CIRI MASYARAKAT KOTA (CMK):

    (1) CMK: Kehidupan keagamaan kurang dibanding dengan masyarakat pedesaan. Di pedesaan orang rela berjalan berjam-jam untuk hadir dalam kebaktian yang bersahaja dan seringkali pertemuan ibadah adalah satu-satunya aktivitas yang paling dinanti di tengah-tengah kegiatan sehari-hari yang biasa-biasa saja, namun di kota hal seperti itu sangat jarang ditemukan.
    CGK: Kegiatan ibadah perlu dibuat sedemikian menarik ‘tanpa mengabaikan’ bahwa tujuan pokok dari kegiatan ibadah adalah mempersembahkan korban-korban rohani secara vertikal (menyenangkan Tuhan) karena jika kegiatan ibadah motivasinya menyimpang menjadi menyenangkan hati diri sendiri akan mengurangi berkat dari ibadah tersebut. Misalnya di lingkungan luar ada aktivitas-aktivitas yang menarik seperti konser musik, pertandingan sepakbola atau tempat-tempat rekreasi dan hiburan; maka aktivitas ibadah harus dibuat tidak kurang menariknya sebelum mereka dibawa menjadi lebih tertarik karena hadirat Tuhan yang ada di dalamnya. Pemanfaatan maksimal dari teknologi dan seni musik, interior, teknologi dan seni display dan soundsystem, keramahan dari usher, kemampuan komunikasi massa dari Worship Leader dan Pembicara sangat diperlukan sebelum jemaat dihantar masuk dalam hadirat Tuhan yang dapat dirasakan. Metode Mobilisasi dengan Pujian dan Penyembahan sangat baik untuk diterapkan dalam ibadah raya. Namun yang perlu ditekankan adalah bahwa Worship Leader perlu membawa jemaat kepada ibadah yang God centered sambil bersama-sama dengan seluruh pengerja menciptakan atmosfir ibadah yang baik. Jika suasana ibadah menjadi menarik baik dari hal-hal yang ‘tidak rohani’ maupun lebih lagi dari hal yang rohani, maka faktor lemahnya kehidupan keagamaan masyarakat kota dapat terimbangi.

    (2) CMK: Individualistik (orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain.); jumlah dan kepadatan penduduk lebih tinggi dari pedesaan.
    CGK: Daya tampung gereja perkotaan diperlukan lebih besar dibanding gereja pedesaan. Dalam gereja perkotaan suasana kekeluargaan dalam ibadah raya akan lebih sulit untuk diwujudkan, hal tersebut baru lebih mungkin diterapkan dalam kebaktian-kebaktian kelompok (pria, wanita, dewasa muda, usia emas, muda remaja, anak-anak) atau komunitas sel (KKA/KTB dsb). Ibadah raya perlu lebih difokuskan untuk ibadah vertikal karena itulah yang lebih dimungkinkan, namun demikian pemimpin ibadah tetap perlu menekankan bahwa mereka semua adalah keluarga Allah dan mendorong untuk jemaat saling menyapa dan mengenal saudara-saudara seiman lainnya (meskipun karena faktor jumlah jemaat yang besar tidak memungkinkan untuk dapat mengenal semua). Jemaat perlu didorong untuk bergabung dengan kelompok-kelompok yang lebih kecil tersebut karena dalam kelompok-kelompok seperti itulah pertumbuhan rohani dapat lebih didukung.

    (3) CMK: Diversifikasi pekerjaan lebih luas dibanding dengan pedesaan yang misalnya kebanyakan petani atau kebanyakan nelayan. Tingkat pendidikan pun mempunyai rentang yang cukup luas dibanding dengan pedesaan yang kebanyakan berpendidikan rendah.
    CGK: Tingkat pendidikan maupun wawasan dari para pemimpin gereja perkotaan harus cukup memadai, tidak seperti di pedesaan yang dapat saja cukup dengan pendidikan SLTP ditambah Sertifikat Teologia 1 tahun (tentu saja kriteria rohani yang alkitabiah selalu tidak dapat dikesampingkan). Namun demikian, Pendeta yang berpendidikan tinggi masih perlu untuk mengimbangi komunikasinya dengan mempertimbangkan bahwa dalam jemaat kota pun banyak mereka yang berpendidikan rendah dan berwawasan sempit yang tidak akrab dengan ‘bahasa yang tinggi’. Fasilitas yang tersedia juga perlu mempertimbangkan tingkat ekonomi jemaat perkotaan, misalnya lahan parkir yang cukup luas (bisa dimiliki sendiri oleh gereja atau fasilitas umum yang melekat pada kompleks bangunan yang digunakan), jalur kendaraan umum dan sarana komuniasi modern (internet, telepon, fax). Sistem manajemen atau administrasi gereja pun perlu ditata dengan baik karena sebagian jemaat yang dilayani mempunyai pendidikan yang cukup tinggi dan cenderung lebih kritis.

    (4) CMK: Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa, sehingga biasanya terjadi urbanisasi. Di kota berkumpul banyak suku dan bahasa (heterogen).
    CGK: Kemungkinan adanya pendatang-pendatang baru di kota lebih besar, karena itu sistem penyambutan pendatang-pendatang baru perlu ditata dengan baik. Kecenderungan kedaerahan tertentu perlu dikurangi namun dapat juga dengan secara seimbang mengangkat aspek kedaerahan dari semua keragaman tersebut bersamaan. Gereja bisa mengadakan aktivitas-aktivitas tambahan yang memberikan kesempatan para jemaat yang beragam tersebut mengobati rasa rindu kampung halaman mereka, misalnya dengan membuat pertemuan yang mengakomodasi seni dan makanan daerah yang beragam tersebut. Gereja juga perlu mempertimbangkan saat-saat mudik massal dalam menyusun program-programnya.

    (5) CMK: Interaksi yang terjadi lebih banyak terjadi berdasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor hubungan pribadi; pembagian waktu dilakukan lebih teliti dan dianggap sangat penting untuk dapat mengejar kebutuhan individu.
    CGK: Pengaturan waktu ibadah dan pemanfaatan waktu yang efektif perlu diperhatikan oleh Gereja Perkotaan dalam melayani masyarakat yang padat dengan aktivitas. Di pedesaan orang mempunyai lebih banyak waktu luang, sementara di kota banyak orang yang merasa dikejar-kejar waktu; karena itu jangan menyuguhkan jam karet dan acara-acara yang hanya membuang-buang waktu. Aktivitas-aktivitas perlu dikemas padat dan mengesankan jika tidak ingin ditinggalkan oleh masyarakat kota. Di kota orang dapat dengan mudah mencari tempat beribadah lain yang lebih baik penataannya.

    (6) CMK: Masyarakat kota sangat mudah dan banyak mendapat pengaruh dari luar.
    CGK: Gereja Perkotaan harus tanggap terhadap isu-isu yang hangat berkembang di masyarakat untuk dapat menetralisir dan mencegah dampak negatifnya sebelum itu merusakkan jemaat. Bentuk-bentuk diskusi dan seminar perlu sering diadakan di samping Pemahaman Alkitab yang terstruktur baku. Gereja Perkotaan perlu menyediakan wadah atau saluran di mana jemaat bisa bertanya dan memperoleh jawaban atas pertanyaan dan kebingungannya di tengah-tengah dunia yang terus berubah, selain juga perlu menjaga serta meningkatkan kehidupan doa jemaat untuk menangkal dampak-dampak berbahaya dari semua itu.

    dilanjutkan… next

  5. Hendra Mulyana - April 29, 2010

    CIRI GEREJA PERKOTAAN (CGP) didasarkan pada UNSUR-UNSUR LINGKUNGAN PERKOTAAN:

    (1) WISMA: Bagian ruang kota yang dipergunakan untuk tempat berlindung terhadap alam sekelilingnya, serta untuk melangsungkan kegiatan-kegiatan sosial dalam keluarga. Di kota yang bertemperatur tinggi, penduduk yang tingkat ekonominya memungkinkan akan mengunakan pendingin udara (AC) di rumahnya. Perumahan yang berbentuk apartemen mungkin dibangun di tengah kota, namun perumahan non apartemen umumnya dibangun di kawasan pinggiran yang udaranya lebih sejuk dibanding di tengah kota dan kelas harga tanahnya lebih rendah.
    CGP: Gedung gereja perkotaan yang berudara panas perlu menggunakan pendingin udara sehingga tidak menjadi tempat yang ingin dihindari karena panasnya ruangan, jadi AC bukanlah kemewahan tetapi kebutuhan. Gedung gereja yang berlokasi lebih dekat ke kawasan pemukiman akan lebih diminati daripada yang berada di pusat kota tetapi jauh dari pemukiman, apalagi jika kondisi lalu lintas di kota tersebut terbilang macet.

    (2) KARYA: Kesempatan Kerja merupakan syarat yang utama bagi eksistensi suatu kota, karena ini merupakan jaminan bagi kehidupan bermasyarakat. Di kota banyak kegiatan yang berjalan hampir 24 jam, dengan demikian jam kerja bervariasi bukan hanya sebatas jam kantor. Jam berangkat dan jam pulang kerja normal akan menjadi jam-jam yang cukup padat lalulintas sehingga mobilitas pada jam-jam tersebut cukup terhambat.
    CGP: Gereja Perkotaan perlu mengatur jadwal kebaktiannya tidak terbatas pada jam ibadah yang umum agar jemaat dengan jadwal kerja yang beragam tersebut dapat semuanya menghadiri salah satu kebaktian yang diadakan; tidak jarang ada gereja perkotaan yang mengadakan 5 kali kebaktian di hari Minggu. Jadwal kegiatan-kegiatan lain di tengah minggu perlu diatur sebelum atau sesudah jam-jam padat lalulintas. Cara menangani orang-orang yang baru datang karena pekerjaan yang baru berpengaruh besar terhadap pertambahan jemaat. Di kota berkumpul banyak orang-orang yang berpendidikan dan berkedudukan tinggi, karena itu penempatan para pemimpin yang melayani di gereja perkotaan perlu memperhatikan juga kualifikasi pendidikan dan wawasan selain dari kualifikasi rohani yang alkitabiah sebagai persyaratan utama.

    (3) MARGA: Ruang perkotaan yang berfungsi untuk menyelenggarakan hubungan antara suatu tempat dengan tempat lainnya didalam kota, serta hubungan antara kota itu dengan kota lain atau daerah lainnya. Ada jalan-jalan yang dilalui oleh kendaraan umum, ada juga jalan-jalan yang hanya bisa dilalui oleh kendaraan pribadi.
    CGP: Lokasi yang ideal dari Gereja Perkotaan adalah jika ada dalam jalur angkutan umum, meskipun di masa-masa belakangan ini pengguna angkutan umum telah banyak yang beralih menggunakan kendaraan pribadi beroda dua yang telah jauh lebih mudah untuk dimniliki. Kenaikan tingkat pemilikan kendaraan pribadi menyebabkan Gereja Perkotaan harus lebih memperhatikan fasilitas parkir kendaraan bermotor, karena jemaat yang datang dengan membawa kendaraan pribadi namun tidak memperoleh tempat parkir akan terpaksa mengubah tempat tujuannya. Lokasi jalan yang melarang parkir di bahu jalan lebih baik untuk dihindari jika tidak mempunyai lahan parkir sendiri yang cukup luas, kecuali jika berlokasi di kompleks bangunan bertingkat yang mempunyai sarana parkir sendiri.

    (4) SUKA: Bagian dari ruang perkotaan untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan fasilitas hiburan, rekreasi, pertamanan, kebudayaan dan kesenian.
    CGP: Karena kota menawarkan begitu banyak hiburan dan rekreasi, Gereja Perkotaan perlu memperhatikan penataan yang apik dari musik, sound system, pencahayaan, dekorasi, display ditambah dengan pelayanan yang penuh keramahan. Cukup banyak gereja-gereja tradisionil di negara-negara Barat yang tidak lagi berfungsi sebagai tempat ibadah salahsatunya adalah karena mengabaikan faktor-faktor ini. Gereja mempertahankan ajarannya sesuai ajaran Alkitab dan ajaran-ajaran para Rasul, namun bukan berarti bahwa gereja harus tetap memelihara tradisi dan budaya kuno yang tidak prinsipil. Warna dan alat musik, bahasa dan teknologi misalnya, terus mengalami perubahan dan perkembangan; pemanfaatannya dan penyesuaian terhadapnya tidaklah selalu berarti menyalahi iman Kristen asal Gereja tetap mengakui peran penting dari kerja Roh Kudus. Salah satu cara lain dalam mengimbangi daya tarik kesenangan duniawi yang ditawarkan kota adalah dengan meningkatkan ikatan kekeluargaan Kristen melalui kelompok-kelompok yang lebih kecil.

    (5) PELENGKAP: Bagian yang penting bagi suatu kota, tetapi belum secara tepat tercakup ke dalam keempat unsur di atas termasuk fasilitas pendidikan dan kesehatan, fasiltias keagamaan, perkuburan kota dan jaringan utilitas kota. Kota kini banyak menawarkan fasilitas seperti jaringan telepon seluler, internet, tv kabel dll.
    CGP: Gereja Perkotaan perlu untuk menjadi tidak ketinggalan dalam mendukung penyediaan sarana pendidikan Kristen yang terjangkau, karena cukup banyak kasus anak-anak Kristen yang terpaksa belajar agama lain di sekolahnya atau bahkan yang bersekolah di sekolah yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan dari agama lain. Setidak-tidaknya jika belum memungkinkan, bekerjasama dengan pihak sekolah dalam menyediakan pendidikan agama bagi pelajar-pelajar yang beragama Kristen. Demikian juga dengan penyediaan rumah duka, karena di lingkungan perkotaan fasilitas seperti ini sangat membantu. Gereja Perkotaan perlu juga merancang pelayanan yang dapat dilakukan melalui jaringan telepon seluler, internet atau bahkan siaran televisi. Usaha-usaha untuk memojokkan keKristenan sangat gencar dilakukan terutama melalui internet, Gereja Perkotaan perlu menetralisir pengaruh dari usaha-usaha tersebut tanpa harus melakukan serangan balik.

    Hanya jika terjadi kebangunan rohani-lah hal-hal tersebut tidak lagi perlu diperhatikan, karena jika Hadirat Tuhan yang kuat menarik orang-orang untuk datang; maka semua rintangan akan tidak lagi sanggup menahan orang-orang untuk datang. Tuhan memberkati!

  6. sonang pardede - May 10, 2010

    usul saya BPP/BPD jadi motor,mentor dan mediator dan mengadakan seminar/training centre secara berkala bagi PI/pelayanan di perkotaan untuk mencapai target dana sasaran BPP/BPD dan gereja-gereja di perkotaan.Seminar dan training terbuka bagi semua pi/pelayanan gsja di perkotaan. HUbungan jangan sebatas donatur dan birokrasi tetapi pementoran itu hal yang urgen.Pdt.Sonang Pardede

  7. hare - July 14, 2010

    Integeritas yang baik, memiliki komitmen yang tinggi artinya tdk mudah menyerah dlm menghadapi tantangan. Dan yang paling penting hidup dengan penuh pengabdian pada Tuhan Yesus baik dalam doa pribadi, membaca alkitab/merenungkannya,dan banyak melakukan penginjilan.Terus jangan lupa mencari gereja yg kuat secara Vininsial dan bisa menjadi patner dalam pengembangan gereja kota tersebut.Terakhir jgn malu meminta petunjuk dr organisasi lain yang memiliki pertumbuhan yg cepat/ signivikan(study banding).

  8. Stule - July 15, 2010

    Ada org berkata pada Saya, bhw Gereja kota itu hrs memiliki Dana yang kuat…..Apakah menurut anda ini benar? Karena Banyak sekali orang membuka Gereja kota tapi pelayanannya seperti pedesaan. Seharusnya hrs dilengkapi dengan semua fasilitas tetapi pada kenyataannya sebaliknya.

Tulis Komentar Anda