SABAR, TUHAN SEDANG BEKERJA

Kisah Para Rasul 7: 20 – 34

Sabar, Tuhan sedang bekerja

By:Pdt. Rudy Suwardi

 

Rosi adalah seorang anak tunggal yang berusia 4 tahun dalam keluarga. Ia sangat merindukan seorang adik sehingga selalu merengek kepada ibunya, kapan ia akan mendapat seorang adik. Suatu pagi, Rosi berkata kepada ibunya, “Bunda, jika kita berdua bersama-sama berdoa dengan suara keras, Tuhan mungkin mau mendengar kita.” Maka mereka berdoa bersama-sama. Begitu selesai berdoa, Rosi bertanya, “Apa kata Tuhan?” Ibunya menjelaskan, bukan demikian cara Tuhan bekerja; kadang-kadang kita perlu menunggu lama untuk mendapatkan suatu jawaban. Rosi agak jengkel: “Bunda, apakah kita berdoa kepada mesin penjawab telepon?” Rosi ingin mendapat  jawaban langsung dari Tuhan. Rosi tidak mau menunggu. Ia tidak mau berbicara dengan mesin penjawab telepon. Ia tidak mau Tuhan menjawabnya nanti. Ia ingin mendapat jawaban saat itu juga. Rosi tidak sabar karena Tuhan tidak cepat menjawab.

Sdr, ketidaksabaran tidak hanya dialami oleh seorang anak yang berusia 4 tahun. Apakah anda sependapat, bahwa kita seringkali jengkel dan frustrasi karena kita sedang terburu-buru, sedangkan Tuhan tidak? Kita mudah bersikap tidak sabar dengan  Tuhan. Bahkan tokoh-tokoh Alkitab juga mengalami ketidaksabaran. Salah satu tokoh yang tidak sabar dengan Tuhan adalah Musa.

Musa adalah nabi besar, ia adalah pemimpin yang membebaskan bangsa Israel dari Mesir; Musa adalah pahlawan iman yang menjadi panutan bagi kita semua, tetapi ia juga mengalami ketidaksabaran dengan Tuhan.

Kita akan menyimak suatu kejadian yang dicatat dalam Kisah Para Rasul  pasal 7, tentang seorang martir Kristen yang pertama, yang bernama Stefanus. Menurut pasal 6, Stefanus telah menjadi seorang penginjil yang sangat berpengaruh dan ayat 8 mengatakan “Dan Stefanus, yang penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak.”

Sekelompok orang Yahudi yang tidak suka dengan pemberitaan tentang Kristus oleh Stefanus tidak sanggup melawan hikmat dan kebenaran yang disampaikannya, sehingga mereka mulai menyebarkan fitnah tentang Stefanus dan pada akhirnya mereka membawa Stefanus ke hadapan Mahkamah Agama di Yerusalem.

Pasal 7 adalah pembelaan Stefanus tentang imannya. Salah satu kisah yang diceritakan oleh Stefanus pada saat pembelaan dirinya adalah tentang Musa yang dipakai oleh Tuhan untuk membebaskan bangsa Yahudi dari perbudakan oleh bangsa Mesir.

Musa dilahirkan pada masa yang sulit. Bangsa Israel sudah tinggal dengan tenang dan damai di Mesir selama beratus-ratus tahun. Tetapi kemudian Firaun naik tahta dan memandang bangsa Israel sebagai suatu ancaman bagi bangsa Mesir. Firaun takut bangsa Israel akan mengambil alih kekuasaaan karena jumlahnya besar.

Karena itu Firaun memutuskan untuk mengurangi risiko itu dengan mengurangi jumlah prajurit bangsa Israel yang mungkin akan menyerang mereka. Salah satu cara yang dilakukannya adalah dengan perintah untuk membuang setiap bayi laki-laki yang baru lahir ke Sungai Nil. Ketika Musa lahir, ibunya, Yokebed, memiliki gagasan untruk menyelamatkannya. Musa dihanyutkan di Sungai Nil di dalam sebuah peti pandan. Yokebed percaya bahwa Tuhan akan menyelamatkan anaknya. Imannya dihargai, sehingga Tuhan mengatur agar putri Firaun menemukan bayi itu, mengasihinya dan membesarkannya. Sebagai tambahan, Yokebed juga ditunjuk menjadi pengasuhnya.

Selama 40 tahun berikutnya, Musa dibesarkan di istana Mesir. Kis 7:22 mengatakan “Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya.”  Selain itu, ibunya yang juga mengasuhnya membuat Musa tahu bahwa ia adalah orang Israel, dan bahwa Tuhan telah berjanji kepada bangsa Israel.

Salah satu janji-Nya kepada Abraham 400 tahun sebelumnya adalah bahwa keturunan Abraham akan menjadi budak, tetapi Tuhan akan membebaskan mereka dari perbudakan. Karena itu Musa tahu, melalui pengajaran dari ibunya, bahwa Tuhan dengan mukjizatnya telah menyelamatkan Musa dari kematian dan ia juga pasti tahu bahwa Tuhan telah menyelamatkan dirinya dengan satu alasan. Mungkin ia adalah orang yang akan memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir.

Sdr, Musa memang seorang pahlawan iman, ia adalah salah satu tokoh Alkitab yang paling besar dalam Perjanjian Lama. Namun ketika kita mempelajari tentang Musa, kita akan tahu bahwa ia adalah seorang manusia biasa juga. Ia juga mempunyai  persoalan yang sama dengan kita. Ia bukalah Superman. Ia pada dasarnya adalah manusia normal yang diberdayakan oleh Tuhan untuk suatu pelayanan yang hanya dapat dilakukan dengan pertolongan Tuhan.

Saya percaya bahwa Tuhan mengijinkan kita untuk melihat kelemahan-kelemahan dari tokoh-tokoh yang dipakai-Nya dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan besar bagi kemuliaan Tuhan, supaya kita juga dapat dipakai Tuhan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan besar untuk kemuliaan-Nya!

Kembali ke kisah Musa pada pasal 7.  Musa tahu perlakuan yang diterima oleh bangsa Yahudi. Saya yakin, Musa mendengarnya dari Firaun atau pemimpin-pemimpin lainnya di Mesir dan mungkin menyaksikan perlakuan itu pada banyak kesempatan. Mungkin Musa sudah berdoa kepada Tuhan untuk memperlihatkan kepadanya apa yang dapat diperbuatnya, tetapi sampai saat itu, Tuhan masih membisu.

Semakin hari kemarahan di dalam dirinya semakin bertumpuk. Frustrasinya semakin besar karena ia tidak dapat berbuat apa-apa sampai akhirnya ia bosan menunggu. Ia memutuskan bahwa sudah saatnya ia bertindak. Ia mencari pembenaran: Tuhan sudah menyelamatkan dirinya untuk membebaskan bangsa Israel dari bangsa Mesir. Tetapi Tuhan tidak bertindak secepat yang aku pikirkan.

Marilah kita lihat Kis 7:23-24 “(23) Pada waktu ia berumur empat puluh tahun, timbullah keinginan dalam hatinya untuk mengunjungi saudara-saudaranya, yaitu orang-orang Israel. (24) Ketika itu ia melihat seorang dianiaya oleh seorang Mesir, lalu ia menolong dan membela orang itu dengan membunuh orang Mesir itu.” 

Kitab Keluaran menceritakan bahwa Musa menoleh kesana sini dan ketika dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnya orang Mesir itu dan disembunyikannya mayatnya dalam pasir. Ayat berikutnya menjelaskan kepada kita mengapa Musa melakukan hal itu. Kis 7:25 mengatakan; “Pada sangkanya saudara-saudaranya akan mengerti, bahwa Allah memakai dia untuk menyelamatkan mereka, tetapi mereka tidak mengerti.”

Hal yang menarik adalah, bahwa Musa tahu, pada usia 40, ia adalah orang yang akan membebaskan bangsanya. Persoalannya adalah tidak ada orang lain yang tahu!  Mereka bahkan mengolok-olok dia, bukan?

Marilah kita baca ayat 26-29” (26) Pada keesokan harinya ia muncul pula ketika dua orang Israel sedang berkelahi, lalu ia berusaha mendamaikan mereka, katanya: Saudara-saudara! Bukankah kamu ini bersaudara? Mengapakah kamu saling menganiaya? (27) Tetapi orang yang berbuat salah kepada temannya itu menolak Musa dan berkata: Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami? (28) Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti kemarin engkau membunuh orang Mesir itu? (29) Mendengar perkataan itu, larilah Musa dan hidup sebagai pendatang di tanah Midian. Di situ ia memperanakkan dua orang anak laki-laki.”

Sdr, Bangsa Israel tidak mau mengikut Musa. Selain itu sudah menjadi rahasia umum di antara mereka bahwa Musa telah membunuh pengawas bangsa Mesir. Karena itu ia lari ke padang gurun dan menjalani 40 tahun berikutnya di pengasingan. Ibrani 11 mengatakan bahwa keputusan Musa untuk memilih bangsanya sendiri, bukan bangsa  Mesir dimana ia dibesarkan adalah keputusan yang berdasarkan iman. Tetapi iman Musa di sini dikotori oleh ketidaksabaran yang harus dibayar mahal. Ada beberapa pelajaran yang kita peroleh dari kisah ini.

I.        Ketidak sabaran dengan Tuhan dapat menyebabkan kita melakukan hal-hal yang bodoh.

Ketika Musa melihat pengawas bangsa Mesir sedang memukuli saudaranya, orang Israel, ia menjadi sangat marah. Dan kita tahu dari kisah hidup Musa, bahwa kemarahan adalah salah satu hal yang harus diatasinya dalam beberapa kejadian.

Sdr,  kita akan melihat 3 jenis akibat dari ketidaksabaran.

  1. Ketidaksabaran dapat menimbulkan kemarahan yang tidak terkendali.

Musa memutuskan untuk menyelesaikan masalah dengan tangannya sendiri. Ia tidak membiarkan Tuhan untuk melakukan keadilan sesuai dengan waktunya Tuhan.  Musa tahu bahwa apa yang diperbuatnya adalah salah dan ia mencoba menguburkan buktinya. Yak 1:20 mengatakan: “sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.”

Orang-orang Kristen juga seringkali bertindak bodoh ketika mereka marah. Ada orang-orang Kristen yang marah karena ada suatu keadaan tertentu di gereja. Umpamanya ada satu keluarga jemaat yang tidak menyukai satu anggota gereja yang sering minum sampai mabuk. Keluarga itu merasa malu atas dampaknya pada reputasi gereja. Mereka memberi usulan supaya orang itu ditegur atau diberi sanksi. Tetapi tidak ada seorangpun tampaknya yang akan melakukan sesuatu. Para mitra tidak melakukan apa-apa. Bapak/Ibu Gembala juga tidak berbuat apa-apa. Dan, Tuhan, tampaknya juga tidak melakukan apa-apa.

Karena itu mereka memutuskan untuk melakukan sesuatu. Mereka merasa bahwa persoalannya harus diselesaikan dengan cara mereka. Karena itu ia menoleh kesana kesini untuk memastikan tidak ada orang yang melihat. Mereka mulai melakukan bisik-bisik kepada jemaat di gereja. Mereka membicarakan pemabuk itu. Mereka menyebar fitnah dan melakukan pembunuhan karakter, supaya pemabuk itu tersingkirka.

Hal serupa terjadi di banyak gereja, bahkan pola pemikiran seperti ini juga ditemukan dalam jemaat Galatia. Paulus menulis dalam Gal 5:14-15: “(14) Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!” (16) Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.”

Mereka saling menyerang satu sama lain; mereka saling menghancurkan satu sama lain untuk memaksakan kehendak mereka. Semuanya terjadi karena ketidaksabaran telah menimbulkan kemarahan yang tidak terkendali.

2.   Ketidak sabaran dapat membuat kita berpikir bahwa Tuhan memerlukan bantuan-ku !

Ketika kita tidak mendapat jawaban doa yang kita inginkan, kita cenderung berpikir bahwa Tuhan tidak akan melakukan apa-apa. Persoalan Musa adalah bahwa ia membuat kesalahan karena ia berpikir Tuhan tidak akan bertindak sehingga ia harus melakukannya sendiri.

Abraham juga bergumul dengan kesabaran untuk mendapatkan keturunan. Tetapi Sarah tidak sabar. Ia berpikir Tuhan memerlukan bantuannya sehingga ia memberikan Hagar kepada Abraham sehingga lahirlah Ismail. Kita tahu akibat dari ketidaksabaran Abraham dan Sarah adalah situasi konflik di Timur Tengah yang masih berlangsung sampai saat ini.

Ada satu ilustrasi yang menggambarkan bahwa Tuhan tidak memerlukan bantuan kita: E-mail dari Tuhan.

“Aku adalah Tuhan. Hari ini aku akan menangani semua persoalanmu. Ingatlah bahwa aku tidak memerlukan bantuanmu. Jika kebetulan engkau menghadapi suatu situasi yang tidak dapat engkau tangani, jangan berusaha menyelesaikannya sendiri. Masukkanlah ke dalam kotak SYHDOT (Sesuatu Yang Harus Diselesaikan Oleh Tuhan). Masalah itu akan diselesaikan pada waktu-Ku, bukan pada waktumu.”

Sdr, tentu saja, kita tahu bahwa Tuhan tidak mengirim email tersebut. Tetapi ilustrasi itu menggambarkan dengan tepat bahwa persoalan-persoalan yang kita hadapi harus kita percayakan kepada Tuhan untuk dijawab pada waktu Tuhan yang tepat.

Sdr, kita sudah membahas bahwa ketidaksabaran dapat menimbulkan kemarahan yang tidak terkendali. Selanjutnya ketidak sabaran dapat membuat kita berpikir bahwa Tuhan memerlukan bantuanku, dan ketiga,

3.   Ketidaksabaran dapat menyebabkan kita mengeluh atau bersungut-sungut

Kondisi ini banyak kita jumpai dalam Perjanjian Lama. Lihat Yak 5:9a “Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan, supaya kamu jangan dihukum………..”

Sdr, ketika kita menderita, ada kecenderungan alami dalam diri kita untuk mengeluh atau bersungut-sungut dan mulai menyerang orang lain. Tuhan menilai sungut-sungut atau keluhan sebagai dosa yang serius karena keluhan atau sungut-sungut adalah pertanda bahwa Sdr tidak sungguh-sungguh percaya kepada-Nya. Ketidaksabaran kita adalah suatu indikasi bahwa kita sungguh-sungguh tidak percaya bahwa Dia akan memelihara kita, dan kita tidak percaya bahwa Dia pada akhirnya akan memberikan yang terbaik bagi kita.

Itu sebabnya Flp 2:14 mengatakan: “Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan.”

Ketika kita melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, kita dapat mengalami masalah. Dan karena Musa tidak sabar dengan waktu Tuhan, ia harus menjalani hidupnya selama 40 tahun di padang gurun. Kemarahan dan tindakannya yang terburu-buru harus dibayar mahal. Ketidaksabaran dengan Tuhan akan berakibat sama bagi kita. Satu hal yang harus diingat adalah: ketidaksabaran dengan Tuhan akan menyebabkan kita melakukan hal-hal yang bodoh.

Pertanyaannya adalah: Apa yang dapat mengobati ketidaksabaran?

II.        Obat untuk ketidaksabaran dengan Tuhan dapat dirangkum dalam satu kata – TUNGGU!

Tuhan ingin agar orang-orang pada zaman ini mau menantikan Dia.

Selanjutnya kita akan melihat 3 alasan mengapa kita harus bersabar

1.   Kesabaran adalah ketabahan karena tahu bahwa Tuhan memegang kendali

Kesabaran selalu membawa gagasan untuk menunggu dan sepertinya kita tidak suka untuk menunggu, terutama ketika kita sedang berada dalam penderitaan. Tetapi penantian akan membuahkan hasil.

Yak 5: 7-8 : “(7) Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi. (8) Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat!”

Bersabarlah. Nantikanlah Tuhan. Mzm 27:14 mengatakan : “Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!”

Tetapi ada kalanya kita sulit untuk bersabar. Seringkali ketidaksabaran kita dapat membuat kita bertindak terburu-buru. Tindakan kita yang terburu-buru dapat mencelakakan kita.

Ilustrasi: Anda sedang membuat kue coklat. Putramu yang berusia 5 tahun pertama kalinya melihat anda membuat kue. Anda mungkin mulai dengan menuang tepung. “Uuoo,” katanya, “kering dan berantakan.” Anda berkata, “Tunggu saja.” Lalu anda menuangkan soda kue dan susu. Sekarang adonan benar-benar kelihatan tidak menarik. “Aku tidak mau makan itu!” kata putramu. “Sabarlah,” anda berkata kepada putramu.

Lalu anda memasukkan telur mentah. “Itu kotor,” serunya. Anda tersenyum dan berkata sekali lagi, “Tunggu saja, kamu akan tahu.” Karena anda tahu ia akan terheran-heran, setelah semua bahan sudah dimasukkan dan diaduk lalu dipanggang di dalam oven, ia akan mencicipi kue coklat yang lezat.

Pelajaran rohaninya sangat jelas bukan? Seringkali dalam kehidupan, kita menghadapi “rentangan yang kering” yang tidak ada rasa seperti tepung. Kita juga bertemu dengan pengalaman-pengalaman yang asam seperti susu dan hal-hal lain seperti telur, tetapi setelah kita melewati oven penderitaan, sesuatu yang indah muncul dalam karakter kita atau di dalam jiwa kita. Apabila anda masih belum memperoleh hasil penantian yang indah, anda perlu menanti untuk suatu akhir yang sangat besar yaitu kedatangan Tuhan, atau anda mendapat Surga! Saya selalu percaya bahwa ketika kita akan masuk ke Surga,  kita  akan menyadari bahwa segala sesuatu yang telah kita alami adalah hasil dari penantian kita.

2.   Ada kalanya kita harus tenang dan menantikan Tuhan

Ada satu ilustrasi dalam Kitab Keluaran pasal 14. Musa sudah memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan mesir dan mereka sedang berdiri di pantai Laut Merah. Di depan mereka ada laut. Di belakang mereka terdengar bunyi derak lintasan roda kereta kuda dari prajurit Firaun. Mereke terperangkap di antara laut dan tentara Firaun.

Apa yang akan anda lakukan dalam situasi demikian? Bangsa Israel berseru-seru kepada Tuhan dan berkata kepada Musa, “ Apakah karena tidak ada kuburan di mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini?”

Lalu Musa berkata dalam ayat 13: “Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya.”

Sekarang dengarkan ayat 14, ayat ini sangat penting. Musa berkata: “TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja.”

Kisah tersebut mungkin ada dalam pikiran pemazmur ketika ia membuat Mzm 25:2-3: “(2) Allahku, kepada-Mu aku percaya; janganlah kiranya aku mendapat malu; janganlah musuh-musuhku beria-ria atas aku. (3) Ya, semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu; yang mendapat malu ialah mereka yang berbuat khianat dengan tidak ada alasannya.”

Selanjutnya Mzm 37:7 mengatakan : “Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia; jangan marah karena orang yang berhasil dalam hidupnya, karena orang yang melakukan tipu daya.”

Apakan anda sedang menantikan Tuhan? Bill Gothard pernah berkata, “Kesabaran adalah menerima suatu situasi yang sulit tanpa memberikan batas waktu kepada Tuhan untuk menyingkirkannya.”

3.   Salah satu hasil dari menantikan Tuhan adalah kita akan mendapat kekuatan baru

Yes 40:31 mengatakan, “Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”

Ketika kita menanti-natikan Tuhan, meskipun sulit untuk menunggu, kesabaran kita akan dibayar karena iman kita akan bertumbuh lebih kuat! Jadi bagaimana dengan kesabaranmu? Apakah anda sabar dengan Tuhan?

 

Penutup

Hari ini kita sudah belajar dari kisah Musa. Selama 40 tahun Musa menderita di padang gurun Midian yang menjadi tempat persembunyiannya karena ia tidak percaya kepada Tuhan untuk menunggu. 40 TAHUN!!!

Tetapi pada suatu hari Tuhan menemuinya di gunung Sinai melalui semak belukar yang menyala. Tuhan memberikan kesempatan kedua kepada Musa.  Dengan kesempatan kedua itu datanglah pembebasan untuk seluruh bangsa Israel.

Apakah anda tidak bersukacita melayani Tuhan yang selalu memberi kesempatan kedua? Tuhan kita memberikan kesempatan kedua kepada setiap kita, kesempatan untuk memperoleh pengampunan yang sebenarnya tidak layak kita terima.

 

 

 

Artikel oleh: November 4, 2014   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Acts (Renungan Alkitabiah dari Kitab Kisah Para Rasul)  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda