MENEROPONG KARAKTER ALLAH DALAM KABUT SILSILAH (Matius 1: 1-17 )

a-511

by Gani Wiyono

Apa yang kerapkali dipandang orang tidak berharga, kerapkali terbukti mengandung potensi yang luar biasa. Tempurung kelapa, sebagai misal, kerapkali dibuang oleh para penjual buah kelapa di pasar karena dianggap sebagai limbah dan pengotor lingkungan! Namun bagi ahli ilmu kimia fisika di Jerman, tempurung kelapa ini adalah bahan mentah untuk memproduksi apa yang disebut sebagai karbon aktif – sebuah bahan kimia yang banyak dibutuhkan dalam indutri kimia dan farmasi. Tahukah anda bahwa karbon aktif itu punya nilai ekonomis yang lumayan besar.

Teks yang kita baca pagi ini kerapkali menjadi semacam “tempurung kelapa”. Ia tampak kurang impresif untuk menjadi bahan khotbah atau renungan. Jaid jangan heran mata rohani kita hanya memandangnya sekilas kala mata jasamani kita mengamatinya. Namun, pagi ini, dengan pertolongan Roh Kudus, saya akan mencoba untuk mengubah “tempurung kelapa” ini menjadi semacam “karbon aktif” (Baca – teks yang mengandung mutiara-mutiara kebenaran yang amat mengesankan).

Melalui perenungan dan sedikit pemahaman latar belakang sejarah dari nama-nama yang disebutkan dalam silsilah Yesus Kristus, saya menemukan tiga buah gagasan penting yang terkait dengan karakter Allah Bapa kita.

Pertama, teks ini menyingkapkan kepada kita bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang dapat dipercaya karena Ia tidak pernah mengingkari janjiNya. Janji mengenai datangnya Mesias telah bergema di hati dan sanubari orang-orang Israel ratusan tahun sebelum kelahiran Yesus. Janji tersebut menyatakan bahwa Mesias yang akan datang adalah keturunan Abraham, Yehuda dan Daud. Melalui pembacaan teks tersebut kita mengetahui apa yang telah dijanjikan Allah digenapi dengan akurat. Yesus, sang Mesias, adalah keturunan Abraham, Yehuda, dan Daud. Jikalau kita mengerti sedikit tentang teori peluang (kemungkinan), sebenarnya kecil sekali kemungkinan untuk mendapatkan hasil yang demikian akurat tersebut. Namun, Allah yang kita sembah adalah Allah yang selalu bertindak dengan akurasi yang tinggi. Janji yang pernah diungkapkanNya digenapi secara sempurna – tak meleset dan tak melenceng!

Namun perlu disadari, penggenapan janji tersebut membutuhkan proses. Cukup lama, paling tidak ada empat puluh dua generasi harus dilewati sebelum penggenapan janji tersebut. Dan dalam rangkaian proses tersebut, seberapa banyak dari orang-orang yang beriman gagal untuk berpaut pada janji Allah? Seberapa banyak dari bagian dari komunitas umat Allah yang memiliki mentalitas Simeon (Lukas 2: 25-35)– berpaut dalam janji walaupun mata jasmani tampaknya cenderung untuk menyangkalinya!

Dalam hidup inipun kerapkali kita harus turut dalam proses penantian penggenapan janji-janji Allah dalam hidup kita. Kadang masa-masa penantian itu begitu berat hingga kita cenderung untuk meninggalkan janji Allah yang indah itu. Berapa banyak para pemuda dan pemudi Kristen yang gagal dalam masa-masa penantian untuk mendapatkan jodoh. Ketimbang bersandar pada kebenaran “Allah membuat segala sesuatu lebih indah pada waktunya” mereka cenderung untuk mendengar apa kata “budaya popular” – “udah perawan tua lah” “udah perjaka lapuk lah”. Karena itu, mereka kemudian memilih jodoh ala kadarnya. Akibatnya, tidak sedikit yang harus menyesali pilihan premature yang mereka buat itu.

Bruce Waltke pernah membuat kesalahan yang senada. Suatu kali dia berjalan-jalan di tepi sebuah hutan. Secara tak sengaja matanya tertuju pada seekor bakal kupu yang tengah berjuang keras keluar dari kepompongnya. Terdorong oleh kemauan baik untuk menolong Waltke, membantu membuka kulit kepompong tersebut. Anda tahu apa yang terjadi! Bukannya terbang, kupu-kupu mudah tersebut terkulai lemas, lumpuh, tak berdaya, dan akhirnya mati. Alam dan sejarah itu punya mekanisme waktu sendiri. Pengatur mekanisme waktu tersebut adalah Allah. Yang terbaik adalah kita bergerak mengalir dalam waktu dan jadwal Allah. Itu yang akan membuat kita survived.

Apakah ada di antara anda yang tengah menantikan penggenapan janji-janji Allah di dala hidupmu? Janji mengenai kesembuhan, damai sejahtera, kecukupan, dll? Terus bertahan dalam janji tersebut dan Anda pasti akan mengecap manisnya memiliki Allah yang tak pernah ingkar janji.

Kedua, teks ini berbicara mengenai Allah yang memiliki kasih yang inklusif (tak pandang bulu, tak memandang latar belakang manusia). Perhatikan nama-nama wanita yang disebutkan dalam silsilah itu. Tamar, Rahab, Ruth, dan Betsyeba bukan saja para wanita, melainkan juga orang-orang bukan Yahudi atau setengah Yahudi (Betsyeba memang wanita Yahudi, namun ia adalah isteri dari Uria orang Het). Dalam pola pikir orang-orang yahudi pada waktu itu diciptakan jadi wanita adalah sebuah “kecelakaan” dan menjadi orang bukan Yahudi adalah sebuah “bencana” karena mereka percaya Allah menciptakan orag-orang ini sebagai “bahan bakar api neraka”.

Injil Matius menampilkan Allah yang berada pada sisi berlawanan dengan Allah yang ada dalam pikiran dan penafsiran orang Yahudi kebanyakan. Injil Matius, melalui silsilahnya, menampilkan Allah yang kasih karunianya inklusif, melintasi batas gender, ras, bahasa, strata social, dsb. Sedang pikiran Yahudi abad 1 cenderung untuk melihat Allah sebagai Allah yang kasih karunianya eksklusif, terbatas pada gender, ras, dan strata social tertentu.

Kita adalah anak-anak Allah yang punya “DNA” rohani-nya Sang Bapa. Jadi, seharusnya di dalam hidup kita di dunia ini kita harus merefleksikan “the wideness of God’s mercy” dan “Inklusifitas” dari kasih Bapa. Karena itu, ketika kita mulai memandang orang yang berbeda denang kita (ras, gender, strata sosialnya) dengan pandangan merendahkan; ketika kita melarang anak-anak kita menikah dengan orang yang berbeda ras dan strata sosialnya dari apa yang melekat pada diri kita; ketika kita hanya mau melayani dan menginjili orang-orang yang se-ras, segolongan, dan sebahasa dengan kita, kita sebenarnya bertindak menyalahi natur ilahi kita.

Tahukah anda, satu buah dari revival besar yang terjadi di dalam sejarah gereja adalah lunturnya perbedaan warna kulit dan social di dalam gereja Tuhan. Kebangunan Rohani Raksasa di Azusa Street pada tahun1906 yang mengawali lahirnya Gerakan Pentakosta modern diwarnai dengan orang-orang kulit hitam, berwarna, dan kulit putih bersama-sama memuliakan Allah. Frank Bartleman, saksi mata dari peristiwa itu menulis: “the color line was washed by the blood of Jesus.”

Ketiga, teks yang baru kita baca ini juga menyingkapkan karakter Allah yang mau melibatkan orang-orang dalam Rencana AgungNya tanpa melihat perbedaan latar belakangnya. Perhatikan kembali nama para wanita yang disebutkan! Tamar, Rahab, Ruth, dan Betsyeba bukan saja para wanita, dan orang-orang bukan Yahudi atau setengah Yahudi (Betsyeba memang wanita Yahudi, namun ia adalah isteri dari Uria orang Het), mereka juga wanita-wanita yang memiliki reputasi kurang terhormat! Tamar dan Rahab pernah menjadi semacam wanita panggilan,. Ruth adalah seorang penggoda (seducer), dan Betsyeba adalah seorang isteri yang tidak setia. Namun demikian toh Allah mau memakai mereka untuk menuntaskan rencana AgungNya. Melalui merekalah di kemudian hari nanti Sang Mesias dilahirkan!

Berapa banyak dari antara anda yang hadir pagi ini ingin dipakai oleh Allah namun merasa tidak layak dan tidak mampu? Berapa banyak dari antara anda yang ingin berbuat sesuatu untuk Allah, namun merasa memiliki “latar belakang yang terlalu hitam”? Ingat nama-nama Tamar, Rahab, Ruth dan Bestsyeba. Allah mau memakai saudara tanpa memandang latar belakang anda!

Agustinus, sebelum menjadi Hamba Tuhan yang luar biasa, hanyalah seorang yang hidupnya suka berfoya-foya, bermain seks bebas dan mempunyai anak di luar nikah. Nicky Cruz, sebelum dipakai Tuhan secara luar biasa dalam penjangkauan kaum muda yang terlibat narkoba dan kenakalan remaja, hanyalah seorang kepala gang yang terlibat penjualan Narkoba dan pembenuhan. Charles Colson, sebelum dipakai secara luar biasa dalam pelayanan para narapidana adalah seorang mafia politik.

Mungkin ada di antara anda yang minder dengan strata social dan pendidikan anda kala ditantang untuk melayani Allah. Ingat! Yusuf dalam silsilah itu adalah seorang tukang kayu yang sederhana dan mungkin tak berpendidikan. Ingat Smith Wigglesworth yang dipakai secara luar biasa oleh Allah adalah seorang buta huruf. Jika Allah bisa memakai Yusuf dan Smith Wigglesworth, kenapa Ia tak bisa memakai anda?

Artikel oleh: December 3, 2009   Kategori : Artikel  Sebarkan 

Satu komentar

  1. Udin Timothy Sinaga - December 8, 2009

    Terima kasih Pak Gani, saya sangat kagum dengan eksegeis bapak yang sangat dalam melalui teks Sislsilah dalam Mat. 1:1-17 dan tema yang sangat menggiurkan hati. Harapan kita ke depan ada banyak Teolog-teolog di GSJA yang muncul seperti bapak yang mampu mengeksegesa Alkitab dengan benar dan baik, bisa dipertanggung jawabkan. Tuhan memakai dan memberkati bapak dan ada baiknya bapak lebih banyak lagi mengeluarkan Tempurung kelapa yang kerapkali dibuang menjadi komoditas yang potensial yang akan kita komsumsi bersama, maju terus dan pantang mundur. Dari saya: Sekretaris BPD Sumut 1 dan NAD (Pdt. Udin Timothy Sinaga)Gembala Sidang GSJA “Kabar Sukacita” Tanjung Morawa, Delil Serdang.

Tulis Komentar Anda