Utamakan Perkara Rohani

Artikel oleh:

Utamakan Perkara Rohani

“Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia”. (Kisah Para Rasul 17 : 24)

 

Pada umumnya, jika seseorang menmgunjungi tempat-tempat yang baru, maka dia akan sibuk sekali mengambil foto dan berfoto di sana-sini.  Sebelum pulang, tidak lupa, dia membeli souvenir atau makanan khas setempat.  Sesampainya di rumah, dengan bersemangat dia menceritakan segala keindahan dan keistimewaan tempat-tempat baru yang dia kunjungi.

Rasul Paulus, kemungkinan besar, adalah satu dari ‘pelancong’ terbesar pada zamannya.  Hanya dalam pasal 17 saja, dia telah mengunjungi tiga kota yang berbeda, yaitu: Tesalonika, Berea dan Athena.  Di sepanjang umurnya, Paulus mengunjungi banyak pulau, dan melihat banyak pemandangan di berbagai negara.  Ketika dia pulang, dia banyak sekali menulis surat.  Surat-suratnya dibaca secara luas oleh jemaat mula-mula.  Akan tetapi, di dalam semua tulisannya, tidak ada satu baris pun yang menceritakan keindahan pemandangan, atau kehebatan arsitektur satu gedung atau keunikan budaya setempat.

Bukankah itu aneh sekali?  Tidak bagi Paulus! Sejak Paulus  mendapatkan penglihatan akan kemuliaan Allah dalam perjalanan ke Damsyik dan mendengar suara Yesus, maka sejak saat itu dia menjadi seorang yang ‘buta’ dan ‘bisu’ bagi Allah.  Ke mana pun dia pergi, dia tidak ‘melihat’ siapa pun kecuali Kristus dan jiwa-jiwa yang membutuhkan uluran tangan-Nya.  Setiap kali dia berbicara, dia tidak mau berbicara apa pun kecuali tentang Injil Allah.

Apakah itu berarti kita harus membuang semua foto-foto kenangan dan kamera-kamera kesukaan kita?  Tentu saja tidak!  Akan tetapi,  di sisi lain, kita harus mengevaluasi ulang pola pandang dan pola bicara kita.  Sebagai warga Kerajaan Allah, seharusnya kita lebih suka untuk memandang dan berbicara  perkara-perkara Surgawi dan bukan perkara-perkara duniawi.

 

Jika seseorang sungguh telah berjumpa dengan Allah, maka hidupnya dipimpin oleh indera ke enam, yaitu indra  akan perkara-perkara Surgawi.

 

August 9, 2016   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Acts (Renungan Alkitabiah dari Kitab Kisah Para Rasul)  belum ada komentar

Bahaya Ketidakmatangan Rohani

Artikel oleh:

Anak

Ibrani 5:11–14

By: Pdt. Rudy Suwardi

 

Bp/Ibu sekalian mungkin masih ingat pada tema kotbah Bp. Gembala pada hari Minggu pertama bulan ini dengan judul “Growing Up”, atau “Bertumbuh Semakin Dewasa”.  Kita semua mendapat penjelasan bahwa growing up tidak sama dengan growing old. Setiap manusia secara otomatis akan mengalami growing old, menjadi lanjut usia seiring berjalannya waktu.  Tetapi untuk growing up atau bertumbuh semakin dewasa,  manusia harus menjalani proses, antara lain melalui  pembelajaran dan pengalaman.

Untuk menggambarkan proses pembelajaran itu, saya ingin mengadakan suatu Quiz sebagai ilustrasi.

Pertanyaan 1: Bagaimana anda menyimpan seekor jerapah di dalam lemari es?

Jawab 1: Buka lemari es, masukkan jerapah kedalamnya dan tutup pintunya. Jangan membuat masalah menjadi rumit.

Pertanyaan 2: Bagaimana anda menyimpan gajah di dalam lemari es?

Jawab 2: Buka pintu lemari es, keluarkan dulu jerapahnya, lalu masukkan gajahnya dan tutup pintunya. Disini  anda harus belajar bahwa ada kesinambungan dalam tindakan anda.

Pertanyaan 3: Singa, The Lion King, mengadakan rapat akbar binatang hutan. Semua binatang hadir dalam rapat akbar tersebut, kecuali satu ekor binatang. Binatang apa yang tidak hadir?

Jawab 3: Gajah. Karena dia sedang ada di dalam lemari es.

Pertanyaan ini menguji apakah anda belajar menggunakan ingatan anda.

Pertanyaan 4 (terakhir) : Anda harus menyeberangi sungai. Tetapi sungai itu dihuni oleh banyak buaya. Bagaimana anda dapat menyeberanginya dengan selamat?

Jawab 4: Berenanglah dengan santai. Kan semua buaya sedang mengikuti rapat akbar yang diadakan oleh Sang Raja Rimba.

Quiz tadi menggambarkan bagaimana anda menjalani suatu proses pembelajaran secara bertahap  supaya mengalami pertumbuhan/perkembangan dalam nalar atau pola pikir.

Pertumbuhan/perkembangan sangatlah penting bagi kehidupan manusia. Adanya gangguan pada pertumbuhan atau bahkan terhentinya perkembangan dalam kehidupan manusia adalah suatu tragedi.

Bayangkan apa yang terjadi kalau pertumbuhan mental seseorang berhenti pada usia 2 tahun. Sampai masa tuanya ia tidak akan dapat mengurus dirinya sendiri.  Demikian juga kalau perkembangan rohani orang Kristen berhenti atau bahkan mengalami kemunduran. Banyak berkat yang dapat dinikmati di dalam Kristus, tetapi hanya orang-orang Kristen yang memiliki kerohanian yang matang atau dewasa yang dapat memahami dan menghargainya. Jika seseorang masih tetap hijau atau belum matang dalam kerohaniannya, ia tidak dapat memahami atau menghargai sepenuhnya atas posisinya sebagai orang percaya maupun berkat berkat yang ia miliki di dalam Kristus. Ia juga mudah diperdaya oleh pengajaran sesat.

Suatu tragedi telah terjadi dalam perkembangan kerohanian dari beberapa jemaat orang Yahudi yang sedang digembalakan oleh penulis Kitab Ibrani. Penulis Kitab Ibrani ingin mengajarkan kepada mereka suatu kebenaran besar tentang Melkisedek, Raja sekaligus Imam yang melambangkan Imam Agung Yesus Kristus. Tetapi penulis tidak dapat mengajarkan materi itu kepada jemaat orang Yahudi karena materinya melampaui apa yang dapat dimengerti oleh mereka. Mereka sangat malas, kekanak-kanakan, dan tidak dewasa. Mereka lambat untuk mengerti, tidak dapat mempelajari materi pelajaran tingkat lanjut.

Persoalannya bukan terletak pada topiknya, tetapi penulis Kitab Ibrani mengalami kesulitan untuk menerangkannya karena kerohanian jemaat Yahudi itu  telah menjadi tumpul.  Karena itu penulis Kitab Ibrani menunda pelajaran tentang Imam Agung itu ke pasal 7, karena ia ingin memperbaiki  kondisi rohani orang-orang Yahudi itu  terlebih dahulu.

Bp/Ibu perlu tahu, bahwa thema dari Kitab Ibrani adalah keunggulan Kekristenan yang melebihi Yudaisme. Namun orang-orang Yahudi selalu tergoda untuk kembali pada ritual-ritual dalam penyembahan di Bait Allah. Mereka sedang didorong untuk meninggalkan upacara persembahan korban seperti pada masa Perjanjian Lama yang sebenarnya sudah digantikan dengan pengorbanan Kristus sekali untuk selamanya.

Perikop yang telah kita baca memuat kata-kata teguran yang tajam terhadap ketidakmatangan rohani. Jemaat  Kristen Yahudi itu digambarkan sebagai orang-orang yang sulit untuk diajari karena pada ayat 11 mereka disebut “lamban dalam hal mendengarkan”, pada ayat 12 mereka ditegur “sudah seharusnya menjadi pengajar,” dan pada ayat 13 mereka disebut “anak kecil”, ayat 14, mereka dinilai “tidak dapat membedakan yang baik daripada yang jahat.”

Bagaimana dengan Bp/Ibu sekalian? Apakah anda adalah orang-orang Kristen yang sudah matang atau dewasa? Atau apakah ada yang merasa mandek atau berhenti dalam pertumbuhan rohaninya seperti jemaat Kristen Yahudi tersebut?

Pagi ini kita akan memakai keadaan orang-orang Kristen Yahudi dalam Kitab Ibrani itu sebagai indikator untuk menilai tingkat kematangan rohani kita masing-masing.

1.   Lamban Dalam Hal Mendengarkan

Ciri pertama dari orang Kristen yang belum dewasa rohani atau bayi rohani adalah lambat untuk mengerti atau bodoh.

Ayat 11 mengatakan, Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan.

“Lamban dalam hal mendengarkan” adalah terjemahan dari “dull of hearing” yang secara harafiah dapat diterjemahkan sebagai Baca selanjutnya »

August 1, 2016   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Hebrew (Renungan Alkitabiah dari Kitab Ibrani)  belum ada komentar

Rahasia Kebahagiaan

Artikel oleh:

Tolong Selamatkan Kami

“Menyeberanglah kemari dan tolonglah kami!” (Kisah Para Rasul 16 : 9b)

 

Tak ada seorang pun yang tidak ingin selamat dan bahagia atau dengan bahasa sederhana semua orang ingin bahagia. Namun, ternyata ada perbedaan definisi “bahagia” yang diberikan oleh dunia dengan Allah. Bagi dunia, kebahagiaan adalah ketika seseorang bisa meraih posisi jabatan yang tinggi, uang yang banyak, istri yang cantik, anak yang sehat. Segala sesuatunya selalu diukur dengan materi, materi, dan materi. Allah memberikan arti berbeda mengenai kebahagiaan. Dia sendiri adalah rahasia kebahagiaan bagi manusia yang mencarinya. Orang-orang yang menerima Allah tidak akan pernah mengalami kekecewaan karena janji-janjiNya selalu ditepati. Ketika Anda meminta pertolongan, maka pertolongan-Nya datang di saat yang tepat. Ketika Anda memohon kesembuhan maka kesembuhan-Nya Anda terima. Bahkan semua yang Anda butuhkan telah Dia sediakan sebelum Anda meminta kepada-Nya.

Penglihatan Paulus tentang orang-orang di Makedonia itu membutuhkan kebahagiaan dan keselamatan yang sejati. Dan hal itu hanya dapat diberikan oleh Tuhan Yesus. Tetapi bagi orang-orang seperti orang di Makedonia, mereka membutuhkan orang-orang yang memiliki beban atau panggilan untuk menjadi penyambung lidah Allah. Siapakah yang mau pergi untuk memberitakan keselamatan dari Tuhan?  Sampai kini pun mesih banyak orang yang berteriak seperti orang Makedonia “…….tolonglah kami!”.  Apakah Anda bersedia membawa kabar keselamatan dan kebahagiaan sejati untuk mereka yang membutuhkannya?

Sebab, hanya satu jalannya, yaitu setiap orang harus menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat Anda secara pribadi. Menolak-Nya berarti siap menjalani kehidupan yang menyedihkan. Ingatlah bahwa kebahagiaan yang diberikan oleh dunia ini adalah semu dan sementara, tetapi kebahagiaan yang Allah berikan adalah nyata dan abadi.

 

Kristus adalah sumber kebahagiaan orang-orang yang hidup  dalam Firman Allah.

 

July 30, 2016   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Acts (Renungan Alkitabiah dari Kitab Kisah Para Rasul)  belum ada komentar

Selalu Ada Solusi

Artikel oleh:

Selalu Ada Solusi

“Dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman” (Kisah Para Rasul 15:9)

 

Sekelompok orang Farisi yang bertobat rupanya masih melanjutkan kebiasaan mereka untuk menaati Hukum Taurat. Mereka datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan orang-orang non Yahudi: “Jika kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan Musa, kamu tidak dapat selamat” (ay. 1,5). Jadi bagi mereka, untuk diselamatkan, tidak cukup jika hanya percaya kepada Yesus. Mereka ini bukan tidak setuju adanya penerimaan jemaat Antiokia terhadap orang-orang kafir melalui baptisan. Mereka juga tidak menyangkal bahwa kuasa pengorbanan Yesus Kristus dalam mengampuni dosa, tetapi mereka yakin bahwa dengan jalan penyunatan, Kristus menganugrahkan keselamatan kepada orang percaya. Hal ini tentu saja ditentang keras oleh Paulus dan Barnabas sehingga terjadi pertentangan yang bila dibiarkan dapat menimbulkan perpecahan.

Lalu ditetapkan agar Barnabas dan Paulus serta beberapa jemaat pergi ke pada rasul-rasul dan Penatua-Penatua di Yerusalem untuk membicarakan soal itu. Kristen Yahudi tetap bersikeras bahwa orang-orang yang bukan Yahudi harus di sunat. Sementara Paulus dan Barnabas juga bersikeras bahwa orang yang bukan Yahudi tidak harus disunat, karena keselamatan bukan karena sunat tetapi anugerah dalam iman kepada Yesus Kristus. Masing-masing pihak bersikukuh dengan kebenaran mereka masing-masing.

Dalam persidangan, Petrus menegaskan bahwa tidak ada perbedaan antara orang Yahudi, atau non Yahudi untuk selamat, yaitu hanya oleh anugerah Tuhan Yesus semata (ay. 9,11). Ketika orang Yahudi percaya kepada Yesus sebagai Mesias, mereka dibebaskan dari tuntutan hukum Taurat yang tidak mampu mereka tanggung. Jadi merekapun diselamatkan oleh anugerah Allah. Demikian pula orang non Yahudi yang percaya Yesus, tidak seharusnya dituntut melaksanakan hukum Taurat itu. Sunat maupun kebiasaan melakukan hukum Taurat tidak dapat menambah keselamatan, karena Yesus sendiri telah menggenapi hukum Taurat. Yesus telah mati mengorbankan diri-Nya untuk menjadi korban pendamaian antara manusia dan Allah.

 

Perbedaan pendapat itu wajar, tetapi perbedaan itu harus dibahas dengan hati dan kepala yang dingin.

 

July 29, 2016   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Acts (Renungan Alkitabiah dari Kitab Kisah Para Rasul)  belum ada komentar

Jadilah Saksi Tuhan!

Artikel oleh:

Jadilah Saksi Tuhan

“Dan murid-murid di Antiokhia penuh dengan sukacita dan dengan Roh Kudus”. (Kisah Para rasul 14 : 52)

 

Orang Yahudi mengetahui sejarah bangsa mereka, khususnya tentang janji akan Juruselamat dari keturunan Daud. Tetapi, siapakah Dia itu? Rasul Paulus menegaskan bahwa Dia adalah Tuhan Yesus (13:23b-25). Orang Yahudi pun tahu bahwa pemimpin-pemimpin mereka di Yerusalem membunuh Tuhan Yesus karena Dia dianggap musuh agama Yahudi. Tetapi, siapakah yang benar dan siapakah yang salah? Rasul Paulus menegaskan bahwa Allah berada di pihak Tuhan Yesus. Dia membangkitkan Tuhan Yesus (13:30-37). Bahkan pembebasan dari dosa ada di dalam Tuhan Yesus dan bukan dari hukum Musa (13:38-41).

Paulus dan kawan-kawannya dalam pelayanan mereka mendapat respon positif dari penduduk di kota itu sehingga mereka mengundang Paulus kembali untuk memberikan pengajaran injil. Akan tetapi Paulus juga mendapat respon negatif dari orang Yahudi yang iri karna melihat hampir seluruh penduduk kota itu berkumpul untuk mendengarkan khotbah Paulus. Paulus berkeyakinan bahwa ia telah ditetapkan Tuhan untuk mengabarkan injil keslamatan kepada orang-orang yang tidak mengenal Allah sampai ke ujung bumi. Walaupun banyak pertentangan tapi Tuhan menyertai pelayanan Paulus hingga banyak jiwa diselamatkan dan menjadi percaya kepada Tuhan melalui pelayanan Paulus.

Kita bisa menjadi orang percaya semata-mata karena Tuhan menentukan kita untuk hidup yang kekal. Berita keselamatan terlalu “mencengangkan” dan “tidak akan dipercayai” oleh kita tanpa anugrah Tuhan. Betapa berharganya berita ini!  Itu sebabnya, Rasul Paulus, dengan berani dan tak kenal lelah, terus memberitakan berita kasih karunia itu.  Ini bukan tentang kehebatan kita menjadi saksi Tuhan, tetapi apakah kita bersedia dipakai dalam pelayananNya. Apabila kita tidak bersedia pun, Tuhan punya banyak cara untuk memanggil orang untuk datang dan percaya kepada Tuhan. Tuhan bisa menggerakkan hati seseorang tanpa perantaraan manusia sekalipun. Namun apabila kita bersedia menjadi saksi Tuhan dan membawa keslamatan pada orang yang belum percaya maka Tuhan akan menyertai pelayanan kita sebagaimana Paulus mendapat penyertaan Tuhan dalam pelayanannya.

 

Tugas yang sama Tuhan amanatkan agar kita menjadi terang dan saksi Tuhan serta membawa jiwa-jiwa kepada Tuhan.

 

July 28, 2016   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Acts (Renungan Alkitabiah dari Kitab Kisah Para Rasul)  belum ada komentar

Pekerjaan Tuhan Tidak Terbelenggu

Artikel oleh:

 

Pekerjaan Tuhan Tdk Terbelengku

“Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan dekat Petrus dan cahaya bersinar dalam ruang itu. Malaikat itu menepuk Petrus untuk membangunkannya, katanya: “Bangunlah segera!” Maka gugurlah rantai itu dari tangan Petrus”. (Kisah Para Rasul 12 : 7)

 

Pekerjaan Tuhan tidak terbelenggu, walaupun gereja berada dalam penganiayaan. Bahkan saat pemimpinnya ada yang dianiaya, dipenjara, bahkan dibunuh. Mengapa? Karena yang menghidupkan gereja adalah Roh Kudus. Bagaimana menghayati pekerjaan Roh Kudus lewat peristiwa yang tragis, tetapi sekaligus berjaya? Tragis karena ada martir kedua: seorang rasul, yaitu Yakobus. Berjaya karena iman Kristen, tidak jadi mundur atau putus asa.

Pertama, Roh Kudus bekerja dan menyatakan kuasa-Nya melalui doa-doa umat Tuhan yang dipanjatkan tak putus (ayat 5, 12). Nyata sekali, saat Petrus mendapatkan pembebasannya secara spektakuler, doa-doa umat sedang dipanjatkan. Memang, baik Petrus (ayat 11) maupun jemaat yang berdoa (ayat 13-16) tidak dengan segera menyadari karya Roh Kudus itu

Kedua, Roh Kudus berkarya dengan membuat kacau rencana musuh. Bagi Herodes, tindakan membunuh Petrus akan menambah pesona dirinya yang telah dianggap simpati kepada orang-orang Yahudi di Yerusalem (ayat 3-4). Maka kegagalan untuk menghadapkan Petrus di tengah orang Yahudi merupakan pukulan buat popularitasnya. Tidak heran kalau Herodes mengamuk dan membunuh anak buahnya (ayat 19).  Orang-orang Yahudi mengharapkan lewat habisnya para pemimpin Kristen, punahlah juga gerakan kekristenan yang bagi mereka merupakan duri di dalam daging. Oleh pekerjaan Roh Kudus tersebut, “segala sesuatu yang diharapkan orang Yahudi” (ayat 11) itu tidak tercapai.

Tuhan dapat memakai penderitaan untuk mencapai maksud-Nya. Umat Tuhan harus yakin, bahwa tidak ada yang dapat membelenggu pekerjaan-Nya. Ia bisa memakai penderitaan untuk menguatkan umat bertekun sehati dalam doa. Ia bisa mengubah penderitaan menjadi kemenangan.

 

Yang pasti bahwa kekristenan tidak akan semakin pudar, malah semakin bernyala menyaksikan Kristus yang tak terkalahkan!

 

July 27, 2016   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Acts (Renungan Alkitabiah dari Kitab Kisah Para Rasul)  belum ada komentar

Jangkau Semua Orang

Artikel oleh:

Jangkau Semua Orang

“Jadi jika Allah memberikan karunia-Nya kepada mereka sama seperti kepada kita pada waktu kita mulai percaya kepada Yesus Kristus, bagaimanakah mungkin aku mencegah Dia?” (Kisah para rasul 11 : 17)

 

Setelah pelayanan karya keselamatan  di dalam Yesus di tengah-tengah dunia berakhir, dan Dia telah meninggalkan dunia, maka  karya keselamatan  itu di lanjutkan oleh Roh Kudus melalui para Rasul dan orang-orang percaya. Gerakan Roh memperbarui cara hidup berjemaat; mengubah pandangan lama seperti yang dipahami dan dipertahankan oleh orang orang Yahudi yaitu  memperoleh keselamatan  hanya oleh karena menjadi keturunan Abraham, menjadi orang Yahudi sebab kepada Abraham dan keturunannyalah  Allah telah  menjanjikan  keselamatan yang kekal  (bdg Kej. 17:7-13).

Pemahaman orang-orang Yahudi tersebut telah membelenggunya  “kaku” melakukan  keselamatannya. Mereka terkurung dan hanya menjadi dirinya sendiri,  menutup diri kepada orang yang bukan Yahudi dan  tidak menghargainya. Oleh sebab itu melihat Petrus dituntun Roh Kudus melayani ke Kaisarea kepada Kornelius dan orang orang yang bukan Yahudi membuat orang-orang Yahudi marah dan menuduh Petrus bersalah telah melanggar aturan tradisi yang selama ini mereka pelihara, karena itu Petrus harus mempertanggung jawabkan sikapnya tersebut.  Memang Petrus tidak  cukup memiliki pengetahuan dan pemahaman untuk mengubah tradisi lama Yahudi tersebut tapi Allah melalui Roh Kuduslah yang melakukanNya. Ketika Petrus sedang mengajar orang orang kristen di Kaisarea Roh Kudus turun atas mereka sehingga mereka dipenuhi Roh dan mereka berkata-kata dalam bahasa Roh. Melihat kejadian tersebut membuat jemaat yang dari kelompok Yahudi tercengang-cengang keheranan.

Allah tidak membeda-bedakan orang. Perhatian dan cinta kasih-Nya tidak bisa dibatasi hanya di wilayah tertentu. Rahmat dan anugrah-Nya tidak dicurahkan hanya kepada tokoh tertentu, suku tertentu, gender tertentu, atau budaya tertentu saja. Oleh sebab itu Allah tidak boleh dibatasi karya-Nya di kawasan orang Yahudi. Dengan perkataan lain Allah tidak membangun tembok, tetapi Allah justru membangun jembatan. Sekarang saatnya bagi kita untuk memperluas pergaulan kita agar bisa menjangkau mereka yang masih berada jauh diluar keselamatan.

 

Seberapa banyak kita bisa menjadi berkat, akan sangat ditentukan dari seberapa luas jangkauan kasih yang kita buat

July 26, 2016   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Acts (Renungan Alkitabiah dari Kitab Kisah Para Rasul)  belum ada komentar

Sahabat Yang Baik

Artikel oleh:

Sahabat Yg Baik

“Setibanya di Yerusalem Saulus mencoba menggabungkan diri kepada murid-murid, tetapi semuanya takut kepadanya….” (KPR 9 : 26)

 

Bagi seorang Saulus yang pernah memiliki masa lalu dan reputasi yang jahat, tidaklah mudah untuknya menggabungkan diri dengan kumpulan orang percaya.  Tetapi hanya karena Tuhan berbicara kepada Ananias,  seorang murid Tuhan, maka dia berani datang kepada Saulus dan mendoakannya. Begitu juga setelah Saulus di Yerusalem, murid-murid tidak ada yang berani mendekat, sulit bagi mereka untuk mempercayai Saulus, seorang yang pernah mengejar-ngejar orang Kristen, sekarang menjadi murid Kristus. Tetapi karena ada seorang yang bernama Barnabas, maka Saulus dapat dibawa kepada rasul-rasul dan akhirnya Saulus diterima dalam kumpulan murid-murid dan bersama-sama mereka melayani pekerjaan Tuhan.

Barnabas tidak membiarkan kesempatan apapun hilang untuk meningkatkan harga diri orang lain, dan sumbangan besarnya dalam arti memberikan kekuatan dapat dilihat pada interaksinya dengan Paulus (baca pasal 9—10). Ia mempercayai Paulus sebelum orang lain melakukannya. Ia memdukung kepemimpinan Paulus di depan para pemimpin lain. Ia memberikan kekuatan kepada Paulus untuk mencapai potensinya.

Tidak mudah untuk Barnabas melihat rekan kerjanya menjadi lebih populer dibandingkan dengan dirinya sendiri.  Tetapi karena agenda utama Barnabas adalah menyelesaikan pekerjaan Tuhan dengan baik, maka dia dan Anasias menjadi contoh dari seorang sahabat dan hamba Tuhan yang tidak mementingkan dirinya sendiri. Bagaimana dengan kita? Bisakah kita menjadi seperti Barnabas ataupun Ananias?

 

Sahabat yang baik dan sejati akan memberikan dukungan semaksimal mungkin bagi sahabat-sahabatnya, sehingga mereka dapat mencapai potensi tertinggi dalam pelayanan.

 

July 25, 2016   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Acts (Renungan Alkitabiah dari Kitab Kisah Para Rasul)  belum ada komentar

Bernilai Bagi Allah

Artikel oleh:

Bernilai Bagi Allah

“Siapakah Engkau, Tuhan? Kata-Nya: “Akulah Yesus yang kau aniaya itu” (KPR 9 : 5)

Seorang pria kaya mati dan sebuah pertanyaan diajukan saat pemakamannya, “Berapa banyak yang ditinggalkannya?”,  “Ia meninggalkan segalanya,” demikian sebuah jawaban diberikan.  Mungkin kita tidak asing lagi ketika ada seseorang yang memperkenalkan sahabatnya, “Ini Donny, dan ia bekerja di…” seolah-olah dimana seseorang bekerja atau apa jabatan seseorang menentukan nilainya. Walaupun tidak semua orang yang berprinsip seperti itu, namun tak sedikit juga orang yang memegangnya.

Jika kita semua sadar, Allah itu tidak pernah menilai manusia dari kesuksesannya. Dia mengasihi setiap orang sama rata. Nilai Anda dan saya tidak berasal dari latar belakang kita, pekerjaan, pakaian, rumah tinggal, atau jenis mobil yang dikendarai. Nilai kita berasal dari fakta bahwa Allah menciptakan kita dan mengasihi kita. Kita bernilai karena kita menjadi bagian dari keluarga-Nya, anak-anak-Nya.

Seperti juga Paulus, Tuhan tidak menilai hidupnya yang lama, yang najis, kotor, dan jahat, tetapi Tuhan berhak memakai siapa saja yang bersedia memberi dirinya bagi Tuhan dan mau bertobat dari hidupnya yang lama. Dan ketika Paulus me-responi panggilan Tuhan atas dirinya, maka disitulah ia menerima keselamatan.  Demontrasi kasih Tuhan terbukti dalam kisah pertobatan Paulus, bahwa bukan manusia yang mencari Tuhan, tetapi Tuhan yang mencari manusia yang terhilang. Mengapa Tuhan melakukan hal itu? Sebab dimata-Nya, setiap manusia itu bernilai, berharga dan merupakan ciptaan-Nya yang mulia.

Jadi, identitas Anda jangan bergantung pada harta atau posisi ataupun pada latar belakang kehidupan Anda.  Dapatkan identitas Anda dari Kristus, dan responilah panggilan Tuhan atas diri Anda, karena Anda sangat berharga bagi-Nya.

 

Darah Yesus adalah bukti bahwa kita sangatlah spesial di hadapan Allah.

 

July 24, 2016   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Acts (Renungan Alkitabiah dari Kitab Kisah Para Rasul)  belum ada komentar

Mulailah Bersaksi!

Artikel oleh:

Mulailah Bersaksi

“Kemudian berkatalah seorang malaikat Tuhan kepada Filipus, katanya: “Bangunlah dan berangkatlah ke sebelah selatan, menurut jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza.” Jalan itu jalan yang sunyi. Lalu berangkatlah Filipus” (Kisah Para Rasul 8:26-27a).

             Perhatikanlah para penjaja makanan atau barang dagangan. Mereka tahu bahwa tidak semua orang yang mereka tawari akan membeli dagangan mereka. Tetapi, toh mereka terus tanpa jemu menjajakannya karena yakin bahwa sekali waktu akan ada yang tertarik dan membeli. Hal ini berbeda dengan salah satu alasan yang dimiliki oleh orang kristiani dalam menolak membagikan Kabar Baik. Mereka takut menghadapi penolakan dan karena itu mereka memilih untuk tidak berangkat dan memberitakannya.

Kita mungkin tidak pernah menduga akan ada orang seperti sida-sida dari Etiopia ini. Ia sedang dalam perjalanan sembari membaca gulungan kitab Yesaya. Firman Allah dan Roh Kudus melakukan pekerjaan ajaib di dalam kesenyapan. Ia sangat mengharapkan ada seseorang yang menerangkan arti Firman tersebut. Ya, ia seperti ikan yang mencari nelayan! Ketika Filipus berangkat menjumpainya, ia berhadapan dengan sebuah tugas yang relatif mudah. Filipus seperti memasukkan kail ke mulut ikan yang menganga. Sebuah kesempatan yang tidak selalu didapatkan, tetapi kalau ia enggan untuk berangkat maka kesempatan ini pun akan lewat.

Sangat mungkin ada orang-orang yang sedang menunggu pertemuan ilahi dengan kita. Ada orang-orang yang sudah sangat siap untuk mendengarkan Injil dan memberikan respons yang tepat. Mungkin itu adalah salah satu kesempatan yang hanya bisa kita dapatkan ketika kita mau berangkat. Maka, berangkatlah dan bersaksilah! Berdoalah agar kita menjumpai pertemuan-pertemuan ilahi yang telah Dia persiapkan, sehingga banyak orang mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan melalui kesaksian kita.

 

Pakailah waktu Anda untuk bersaksi kepada orang lain, sehingga Kerajaan Allah semakin dipenuhi dengan jiwa-jiwa baru!

 

July 23, 2016   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Acts (Renungan Alkitabiah dari Kitab Kisah Para Rasul)  belum ada komentar