Sikap Yang Bijak

Bacaan Alkitab: Kejadian 37 – 38

“Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya…”
(Kejadian 37 : 3)

Melalui kisah Yusuf ini, kita pun dapat memetik pelajaran rohani dalam hubungan antar keluarga dan antar pribadi yang patut dan yang tidak patut untuk kita lakukan:

Orang tua harus menghindari sifat “pilih kasih”.  Dari kisah ini kita menemukan bahwa Yakub menjadikan Yusuf sebagai anak yang paling disayanginya dibandingkan dengan anak-anaknya yang lain (ay 3). Sebagai ungkapan kasihnya yang lebih, maka Yakub memberikan “jubah yang maha indah” kepada Yusuf sedangkan anak-anaknya yang lain jubah yang biasa saja.  Memang, Yusuf adalah anak dari istri yang diidamkannya dan yang dicintainya, bahkan Yusuf lahir pada saat ia sudah tua.  Tetapi dengan sikap “pilih kasih” itu, maka menimbulkan bencana bagi Yusuf.  Kakak-kakaknya sangat cemburu kepada dirinya karena perhatian “lebih” yang ia dapatkan dari sang ayah.  Dalam keluarga Kristen seharusnya dihindari sikap seperti itu, jika tidak, maka akan menimbulkan perselisihan dan pertengkaran dalam keluarga.  Orang tua harus menyama-ratakan dalam mengasihi dan memperhatikan anak-anaknya.  Karena hasil dari sikap “pilih kasih” orang tua adalah ketidakrukunan keluarga.

Kita harus menjadi pribadi yang bijaksana dan memiliki kepekaan dalam menempatkan sikap.  Allah memang mempunyai rencana yang amat indah dalam kehidupan Yusuf, maka Allah dengan cara-Nya sendiri menyingkapkan semua rencana-Nya itu kepada Yusuf melalui mimpi-mimpi.  Namun, sikap Yusuf menunjukkan ketidakpekaan dan ketidakdewasaannya ketika ia menceritakan mimpi-mimpinya itu kepada kakak-kakaknya.  Maksud mimpi itu adalah memberikan pernyataan dan iman untuk masa depannya bukannya memberi kesempatan kepadanya untuk meninggikan diri terhadap saudara-saudaranya.  Akibatnya adalah kecemburuan semakin dalam terjadi yang berakhir dengan mufakat jahat yaitu menjual Yusuf kepada orang-orang Ismael.

Jika kita menerima anugerah dan berkat-Nya dalam bentuk apapun, maka berhati-hatilah mempergunakan berkat itu.  Jangan sampai  secara sadar atau tidak, kita mulai menjadi sombong dengan berkat-berkat itu ataupun kita menjadi sombong rohani dan berpikir bahwa kitalah orang yang paling rohani daripada yang lain.  Hal-hal itu hanya menimbulkan ketidaksehatan dalam persekutuan dan kehidupan rohani.

Keluarga yang sehat adalah keluarga yang beranggotakan orang-orang yang saling membagi kasih dan perhatian secara bijaksana.

Artikel oleh: February 1, 2012   Kategori : Biblical Devotion from Genesis (Renungan Alkitabiah dari Kitab Kejadian)  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda