Berjumpa dengan Tuhan (3) – Musa: Hamba Allah

Perjumpaan : Ketika mengalami frustrasi

Tempat: Gunung Sinai di padang gurun

Alkitab: Keluaran 32: 1 – 34: 35

Keadaan puncak bukit itu sendiri merupakan suatu masalah, sama seperti masalah-masalah lainnya yang sedang dihadapi oleh Musa. Gunung itu tinggi – 2300 M – gunung itu curam – jalan setapaknya berbahaya, ada ular yang selalu mengintai dan batu karangnya terjal. Ia menghadapi keterbatasan fisik, Musa sudah lanjut usia – lebih dari 80 tahun. Beberapa orang berpikir bahwa ia terlalu lemah untuk sampai ke puncak dan turun kembali. Ketika ia memulai perjalanannya ke puncak gunung Sinai, terdengar sebuah seruan dari antara orang banyak, “Musa……. akan mati di Gunung Sinai!”

Suara itu tidak membuat Musa takut, justru orang-orang itulah yang sedang menghadapi bahaya, mereka diperingatkan untuk menjauh dari gunung, siapapun atau ternak manapun yang naik ke gunung akan mati.

Para ayah mundur dan menunggu di pintu kemah mereka, para ibu mengumpulkan anak-anaknya masuk ke dalam kemah dengan rasa takut. Aroma maut mengalir ke segala arah di perkemahan bangsa Israel. Orang-orang Yahudi yang memberontak dan mencemari dirinya dengan menari tanpa busana di muka lembu emas itu, mati.

“Huh…..” Musa beristirahat sejenak untuk mengembalikan nafasnya, jalan setapak begitu curam dan kakinya yang tua sudah lelah. Ia tersandung sebuah batu dan duduk.

Setelah beristirahat beberapa menit, ia melanjutkan pendakiannya. Perlahan-lahan karena otot-ototnya sudah melemah . Ia menarik tongkatnya dengan susah payah setiap kali ia mendaki melalui batu yang besar. Ia mendorong dirinya ke atas batu dengan tongkatnya, tongkat yang disebutnya sebagai “tongkat Tuhan.”

Sekali lagi Musa berhenti untuk beristirahat dan berpikir. Ia ingat ketika ia melemparkannya tongkat itu berubah menajdi seekor ular…… ia ingat mengangkat tongkat itu dan Laut merah terbelah dua …….. ia ingat memukulkan tongkat itu ke atas batu dan keluarlah air.

“Tidak ada mujizat hari ini …..” Musa berkata kepada dirinya sendiri. Ia melanjutkan istirahatnya untuk mengembalikan kekuatannya.

Kemarin ……. adalah hari yang sulit. Kemarin ….. Musa harus berurusan dengan dosa orang Israel. Kemarin …….adalah hari yang paling buruk dalam sejarah bangsa Israel.

Kemarin ketika Musa turun dari Gunung Sinai, ia mendengar orang-orang berteriak sehingga ia salah menduga telah terjadi peperangan. Tetapi bangsa Israel telah kehilangan perasaan moralnya. Orang-orang itu menari-nari tanpa busana , beberapa orang membungkuk di hadapan seekor lembu emas sebagai sikap pemujaan. Bangsa Israel telah berpaling dari kepemimpinan Musa, mereka telah meninggalkan Tuhan.

Kemarin para biang keladinya sudah binasa. Mereka harus mati karena mereka memberontak kepada Tuhan. Sementara rasa ketakutan karena kematian mereka merambat di perkemahan bangsa Israel, setiap orang dengan rasa takut mundur ke dalam kemah mereka masing-masing ……. Untuk menunggu.

Kemarin Musa berlari secepat mungkin yang mampu ia lakukan menuju ke Kemah Suci. Ia berteriak kepada orang-orang itu ketika ia berlari ke tengah perkemahan.

“Engkau sudah berdosa, membuat dosa besar!”

Setiap orang tahu akan hal itu, Musa tidak perlu mengumumkannya. Meskipun kehabisan nafas, Musa terus berteriak sambil berlari.

“Aku akan bersyafaat untukmu …..” Ia menambahkan dengan cepat, “Mungkin Tuhan tidak akan menghancurkan kita sekalian.” Musa bergegas masuk ke Ruang Maha Kudus untuk bersyafaat bagi bangsa Israel.

Kemarin ia bertiarap di hadapan Tuhan dengan mukanya menghadap Tabut perjanjian. Dengan air mata yang membasahi janggutnya yang lebat dan panjang, Musa memohon kepada Tuhan.

“Oh, bangsa ini sudah berdosa, berbuat dosa besar ……..,” Suaranya bergetar menahan ketegangan. “Ampuni dosa-dosa mereka.”

Kemarin Musa melakukan pembelaan berkali-kali sampai Tuhan menginterupsi dia.

“Tinggalkanlah Aku sendiri,” Tuhan dengan marah menyuruh Musa. “Bangsa ini tegar tengkuk dan pemberontak, kemarahan-Ku berkobar-kobar terhadap mereka atas apa yang mereka lakukan.”

Musa menangis karena perkataan Tuhan, “Ampunilah mereka,” ia terus memohon. Tetapi Tuhan sudah berketetapan akan menghancurkan bangsa Israel. Suara Tuhan terdengar sampai ke luar Kemah Suci dimana Tuhan bersemayam.

“Aku akan menumpas bangsa ini,” Tuhan memberitahukan hukuman-Nya kepada Musa. “Aku akan mulai membangun suatu bangsa yang baru melalui engkau.”

Musa tidak mau menjadi bapak dari suatu bangsa yang baru. Abraham adalah bapak bangsa Israel. Israel adalah keturunan yang luar biasa dari Ishak, Yakub, Yusuf …… dan para tetua di Mesir. Musa berdoa kepada Tuhan.

“Bangsa ini adalah bangsa-Mu …….. Engkau sudah membebaskan mereka dari Mesir ……” Musa mengingatkan Tuhan tentang mujizat-mujizat yang membebaskan bangsa Israel dari perbudakan.

“Ingatlah Abraham. Ishak, dan Israel hamba-hamba-Mu,” Musa mengingatkan Tuhan tentang janji-Nya kepada mereka.

“Bangsa Mesir akan menertawakan Engkau karena telah membawa keluar bangsa-Mu ke padang gurun untuk memusnahkan mereka.”

Kemarin awan hitam hadirat Tuhan berada di atas Kemah Suci, lebih dari awan kemuliaan Shekinah dari surge yang turun ke Ruang Maha Kudus. Hadirat tuhan mengunjungi Kemah untuk mendengarkan doa-doa hamba-Nya Musa. Mereka bercakap-cakap lama sekali, akhirnya Musa mempertaruhkan seluruh hidupnya untuk membela bangsa Israel. Musa berkata kepada Tuhan,

“Ampunilah dosa-dosa mereka ….” Lalu Musa berhenti sejenak untuk berpikir bagaimana ia akan menyusun kata-katanya ke dalam kalimat. Ia berkata,

“Jika Engkau tidak dapat mengampuni dosa-dosa mereka …….. Hapuskan aku dari buku-Mu.”

Hati Tuhan hancur karena dosa-dosa dari bangsa-Nya, tetapi lebih dari pada itu, hati Tuhan tersentuh mendengar syafaat dari hamba-Nya. Dengan lembut Tuhan berkata kepada Musa,

“Aku akan mengampuni dosa-dosa mereka …….”

Musa sudah berhasil dan Tuhan sudah mengampuni dosa-dosa mereka. Israel tidak akan mati. Tetapi, karena pelanggaran mereka, maka Tuhan menambahkan satu syarat untuk memberikan berkat kepada mereka. Tuhan menyuruh Musa untuk memimpin bangsa ini ke Tanah Perjanjian, tetapi masalahnya pada masa yang akan datang tidaklah sama lagi seperti masa sebelumnya. Tuhan memberitahukan kepada Musa bahwa Ia tidak akan membimbing mereka lagi, tetapi;

“Aku akan mengutus seorang malaikat untuk berjalan di depanmu ……….”

Tuhan memberitahukan kepada Musa bahwa ia tidak akan membimbing mereka menuju Tanah Perjanjian.

“Malaikat-Ku akan berjalan di depan engkau!”

Itu terjadi kemarin. Aroma kematian menembus ke dalam pikiran mereka. Kabar bahwa hadirat Tuhan tidak akan menyertai mereka meninggalkan atmosfir yang menekan dan merambat ke seluruh sudut perkemahan.

Itu terjadi kemarin di lembah, tetapi hari ini Musa naik ke puncak Gunung Sinai untuk bertemu dengan Tuhan. Hari ini adalah hari yang baru.

Musa masih sedang beristirahat, mengingat syafaatnya di hadapan Tuhan. Ia melihat ke bawah gunung, melihat perkemahan bangsa Israel. Di tengah-tengah perkemahan, Musa melihat Kemah Suci. Pemandangan yang sangat indah melihat kemah-kemah setiap keluarga mengelilingi Kemah Suci.

Awan yang berat dan basah mengalir menuju Musa, dan segera menyelimutinya. Ia tidak dapat lagi melihat ke bawah gunung untuk melihat kemah-kemah bangsa Israel di atas gurun. Ia tidak dapat melihatke atas untuk melihat puncak Gunung Sinai. Awan itu bertambah tebal, Musa tidak dapat lagi melihat jalan setapak. Lalu ia sadar bahwa ini bukanlah awan biasa, lalu ia merasakan sesuatu yang berbeda, ia merasakan hadirat Tuhan. Ini adalah awan tebal di mana Tuhan bersemayam.

Musa berlutut, dan menunggu sebentar. Ia sedang menunggu suara Tuhan. Yang ia dengar hanyalah suara angin sepoi-sepoi melalui semak di bawah. Tidak ada pohon pada ketinggian tersebut di Gunung Sinai. Ketika Musa merasakan hadirat Tuhan, ia bertiarap di atas jubahnya di atas tanah di hadapan Tuhan. Lalu Musa berlutut di atas jubahnya, menundukkan mukanya untuk berdoa.

“Tuhan Allah, Engkau tahu namaku,” Musa berdoa, “Engkau tahu aku tidak cocok menjadi seorang pemimpin dari bangsa-Mu.” Karena Musa menginginkan Tuhan menyertai dia, ia terus berdoa.

“Jika aku mendapatkan kasih karunia di mata-Mu …… Engkau harus pergi bersama kami.”

Musa tahu Tuhan mendengarkan dia karena ia merasakan hadirat Tuhan di dalam awan itu. Ia tahu Tuhan mendengar doa dimanapun doa itu dipanjatkan, karena Tuhan ada dimana-mana. Musa tahu bahwa Gunung Sinai adalah tempat yang istimewa bagi Tuhan. Di gunung itulah Musa melihat semak yang menyala tetapi tidak terbakar. Di gunung itulah Musa menerima 10 Perintah Allah. Karena Musa pernah merasakan hadirat Tuhan sebelumnya di gunung itu, ia berdoa,

“Jika aku mendapatkan kasih karunia di mata-Mu ……. Sertailah kami. Jika Engkau menganggap bangsa ini sebagai bangsa-Mu ……. pergilah bersama kami!” kali ini Musa menambahkan, “Jika hadirat-Mu sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini.”

Tuhan menjawab dari awan yang gelap, “Aku akan pergi bersamamu.”

Musa ingin bersorak! Tuhan sudah mendengar permintaannya. Tuhan sudah mengampuni bangsanya. Tuhan sudah mengembalikan bangsanya kembali ke posisi yang istimewa.

Banyak orang berpendapat bahwa Musa sudah mendapatkan jawaban doa yang paling besar dalam hidupnya, dan itu sudah cukup. Tuhan sebelumnya telah berkata bahwa Ia tidak akan membimbing bangsa Israel. Tetapi karena syafaat, Tuhan mendengarkan Musa dan berkata Ia akan membimbing bangsa-Nya. Bagi banyak orang, hal itu sudah cukup, tetapi Musa meminta sesuatu yang lebih besar. Bagi banyak orang hadirat Tuhan sudah membuat mereka puas, tetapi Musa mengajukan permintaan yang lebih besar. Musa meminta sesuatu yang tidak dibutuhkannya, tetapi hal itu diinginkannya. Musa meminta sesuatu yang tidak dijanjikan oleh Tuhan. Musa minta untuk melihat Tuhan.

“Perlihatkanlah kemuliaan-Mu.”

Wajah Musa ditundukkan hingga ke tanah. Bahkan sekalipun Tuhan saat itu juga memancarkan kemuliaan-Nya, Musa akan kehilangan kesempatan untuk melihatnya karena wajahnya terbenam ke dalam tanah.

“Tidak ada seorangpun yang melihat Tuhan akan tetap hidup.”

Puncak Gunung Sinai ditutupi oleh awan hitam, lebih gelap dari pada awan badai manapun yang pernah dialami Musa. Musa berada di hadirat Tuhan. Awannya seperti asap hitam yang tebal …… setebal lumpur yang hitam …….. setebal minyak zaitun yang pekat …….. setebal darah.

Musa tidak takut mengajukan permintaannya, ia sudah pernah mengalami berbagai rasa takut. Ia pernah berhadapan dengan para pencuri dan binatang buas pada masa ia menjadi gembala dan ia selamat. Ia pernah berhadapan dengan Firaun, orang yang paling berkuasa di bumi, dan ia selamat. Sekarang Musa berada di hadirat Tuhan …….. berbicara dengan Dia ……. mendengarkan Dia …….. menantikan Dia. Jika ia harus mati di hadirat Tuhan, hal itu tidak merupakan masalah baginya karena dalam menghadapi kematian, ia sudah mati berkali-kali sebelumnya. Sekarang Musa ingin melihat Tuhan.

“Perlihatkanlah diri-Mu kepadaku, ” Musa berdoa lagi.

“Engkau tidak dapat hidup jika engkau memandang Tuhan,” begitulah jawaban yang didengarnya.

Musa tetap ingin melihat Tuhan yang dilayaninya. Musa ingat ketika ia melihat semak yang menyala, tetapi tidak terbakar. Ia mendekat untuk memeriksa api – yang melambangkan api Tuhan – karena Tuhan adalah api yang menghanguskan yang menghakimi dosa dan pemberontakan. “Aku melihat api …….” Musa berdoa, “sekarang aku ingin melihat Tuhan.”

Musa tidak berani mengangkat kepalanya. Dalam kerendahan hati ia menunduk sampai ke tanah. Ia ingat melihat jari Tuhan yang menuliskan 10 Perintah Allah di atas dua loh batu. Tepat di depan matanya, Musa melihat Tuhan menuliskan 10 Perintah Allah.

“Aku melihat jari Tuhan ……”

Musa berhenti sejenak dalam doanya, “sekarang aku ingin melihat Tuhan.”

Musa teringat akan kuasa Tuhan. Ia ada di sana ketika angin membelah Laut Merah. Ia merasakan pasir yang kering terinjak di bawah sandalnya ketika ia berjalan menyeberangi dasar laut. Ia melihat kuasa Tuhan di Mesir yang mendatangkan katak ……. belalang ……… kegelapan …….. dan air yang berubah menjadi darah.

“Aku sudah melihat kuasa Tuhan …….” Musa meneruskan doanya, “sekarang aku ingin melihat Tuhan.”

Satu hal yang terakhir diingat Musa ketika ia menundukkan kepalanya di hadapan Tuhan. Musa ingat akan Paskah. Ia ingat bahwa Tuhan memerintahkan dia untuk menyembelih domba dan mengurapi pintu dengan darah. Musa ingat malaikat maut lewat di Mesir untuk membunuh anak-anak sulung.

“Aku telah melihat kematian ….” Musa berdoa, “Aku sudah melihat kehancuran oleh malaikat maut yang membunuh anak-anak sulung …….. tetapi aku ingin melihat kemuliaan Tuhan …….. Aku ingin melihat Tuhan.”

“Tidak ada seorangpun yang dapat melihat wajah-Ku dan tetap hidup,” kata Tuhan kepada Musa. “Engkau tidak dapat melihat wajah-Ku.”

Lalu Tuhan memberitahukan kepada Musa apa yang akan dilakukan oleh-Nya. “Aku akan melewatkan semua kegemilangan-Ku dari depanmu” Tuhan memberikan penjelasan kepada Musa. “Aku akan menyerukan nama Tuhan di depanmu, karena ketika engkau tahu nama-Ku, engkau mengenal Aku.”

Tuhan memberitahukan kepada Musa bahwa Ia akan memberi kasih karunia kepada siapa yang diberi kasih karunia, dan Ia akan mengasihani siapa yang dipilih-Nya. Lalu Tuhan memilih Musa untuk mendapat berkat-Nya.

“Aku akan menunjukkan belas kasihanku kepadamu,” Tuhan memberitahukan kepada Musa. “Marilah, ada tempat di mana engkau dapat melihat kemuliaan-Ku.”

Tuhan memimpin Musa ke atas Gunung Sinai, ke puncaknya. Awan itu tebal, Musa tidak dapat melihat jalan. Ia harus percaya pada bimbingan Tuhan yang memandu dia ke puncak.

Tuhan membawa Musa ke sebuah batu yang besar, sebuah batu yang lebih tinggi dari rumah, lebih lebar dari pada serumpun pohon salam yang merentangkan dahannya. Batu itu berada di puncak Gunung Sinai, batu itu terbelah, seperti terpotong oleh pisau yang memotong roti. Belahan dari atas batu hingga ke dasarnya cukup tinggi untuk menyembunyikan seseorang. Musa tidak dapat mengatakan apakah pecahan itu disebabkan oleh kilat, atau pecah karena air yang membeku di dalamnya. Pecahan itu membentuk celah atau lekuk gunung. “Disana ………” Tuhan memerintahkan Musa. “Berlindunglah di dalam lekuk gunung itu.”

Perasaan ngeri meliputi diri Musa, maut duduk di atas bahunya untuk menertawakan dia. Musa hampir merasa bahwa kematian adalah lebih baik daripada memandang Tuhan secara penuh, karena tubuh jasmani manusia yang terbatas tidak dapat berada di dalam hadirat Tuhan yang tidak terbatas. Karena pasti ada kematian jika berdiri di hadirat Tuhan yang murni.

“Aku akan mati,” Musa akhirnya berseru.

“Tidak!” Tuhan memastikannya. “Hadirat-Ku akan lewat di depanmu, tetapi engkau tidak akan mati.”

Allah surgawi siap untuk lewat di depan puncak Gunung Sinai. Allah cahaya yang tinggal di dalam awan yang hitam pekat sedang bersiap untuk melakukan apa yang dikatakan-nya. Gunung Sinai diselimuti oleh malam. Di bawah di lantai gurun, orang-orang Israel melihat suatu pertunjukan badai kilat yang dahsyat di atas Gunung sinai. Seluruh keluarga-keluarga Israel mundur ke dalam kemah mereka – pintu ditutup. Keluarga-keluarga berhimpun dalam ketakutan.

Hadirat Tuhan bergerak menuju lekuk gunung di mana Musa bersembunyi. Lalu dalam tindakan belas kasihan, Tuhan merentangkan tangan-Nya untuk menudungi lekuk gunung. Kemuliaan Tuhan tidak mencelakakan Musa. Tangan Tuhan melindungi hidup Musa. Kemuliaan Tuhan mengaum seperti badai tornado yang sedang bergerak, tetapi lebih berkuasa. Kemuliaan Tuhan mengalir diam-diam seperti sungai yang besar, namun lebih kuat. Kemuliaan Tuhan dirasakan seperti kelembutan seorang ibu yang mempengaruhi segala sesuatu di dalam ruangan. Kebesaran Tuhan sedang dipertunjukkan, dan ketika Raja lewat, para pengamat tidak melihat apa-apa selain kebesaran dari sang Raja.

Musa meringkuk di dalam lekuk gunung. Ia tidak peduli bagaimana batu itu bisa terbelah, tetapi ia merasakan perasaan aman di dalam area lekuk gunung itu. Ia bersembunyi di balik tangan Tuhan, ketika Tuhan kemuliaan lewat. Lalu Musa mendengar suara Tuhan yang berkuasa.

“Tuhan …….. Tuhan Allah ……… yang penuh belas kasihan …….. murah hati …….. panjang sabar …….. Berlimpah dalam kebaikan dan kebenaran. Tuhan mempunyai belas kasihan bagi ribuan ………. Mengampuni yang bersalah ………. tetapi Tuhan akan membalas kesalahan dari para ayah yang tidak mau bertobat kepada anak-anak mereka hingga keturunan yang ketiga dan keempat.”

Kemuliaan Tuhan Tuhan adalah nama dari Tuhan. Musa berjumpa dengan hadirat Tuhan di atas Gunung sinai.

Suara yang keras dari Tuhan lama-kelamaan menghilang.

Lalu Tuhan menarik tangan-Nya, dan Musa melihat-Nya. Ia melihat bagian belakang dari Tuhan di dalam awan yang tebal dan hitam menuruni lembah. Musa merasakan hadirat Tuhan yang intim, meskipun semakin surut. Kemudian ia membelalakkan matanya untuk melihat, merenungkan apa yang ia lihat. Apakah itu?

Musa melihat bagian punggung Tuhan.

Musa tinggal di Gunung Sinai selama 40 hari, berbicara dengan Tuhan. Ia berpuasa di hadirat Tuhan. Sama seperti seseorang yang kehilangan nafsu makannya dalam situasi darurat, Musa tidak makan dan ia tidak merasa lapar. Ia makan dari hadirat Tuhan. Musa lapar dan haus akan kebenaran Tuhan.

Tuhan memberikan lagi 10 Perintah Allah kepada Musa. Pertama kali Tuhan menuliskan 10 Perintah Allah dengan jari-Nya. Kali ini Tuhan berbicara, kemudian oleh Musa dipahat ke atas loh-loh batu.

Musa berbicara kepada Tuhan …… Tuhan berbicara kepada Musa.

Setelah 40 hari, Musa perlahan-lahan memulai perjalanannya menuruni gunung. Jalannya semakin sulit dibandingkan sebelumnya. Bukan hanya karena usianya yang sudah lanjut, sehingga lututnya yang sudah berusia 80 tahun tidak mempunyai kekuatan seperti ketika ia masih muda. Tetapi Musa sudah berpuasa selama 40 hari, ia sudah kehilangan berat badan dan kehilangan kekuatan. Kaki-kakinya lemah, ia sering berhenti untuk beristirahat. Kemudian juga batu yang berisi 10 perintah Allah berat. Setelah perjalanan yang membuatnya tersiksa, Musa melihat perkemahan orang Israel di antara dua buah bukit,

“Tidak jauh lagi,” Musa berpikir, “Aku akan segera sampai.”

Jalan di antara dua bukit menjemukan dan dua loh batu itu semakin terasa berat semakin ia dekat dengan rumah. Kekurangan makan mempengaruhi penglihatannya. Kakinya sering tergelincir di atas jalan yang berpasir.

Ketika Musa muncul dari antara dua bukit, seorang pengintai melihat dia. Harun, kakak dari Musa, telah menyuruh orang untuk mengintai Musa. Pada waktu Musa diselimuti oleh awan yang tebal di puncak Gunung Sinai, semua orang Israel sudah berdoa. Kebanyakan dari mereka tinggal di dalam kemah, hanya keluar untuk keperluan khusus. Setiap orang merasakan ancaman maut di perkemahan itu. Setiap orang bertanya-tanya ke mana penghukuman berikutnya dijatuhkan. Banyak yang berpikir bahwa Musa mati di atas gunung. Bagi mereka awan yang tebal adalah sama dengan badai yang dahsyat. Mereka merasa pasti bahwa orang tua yang lemah itu akan binasa di dalamnya. Jika Musa tidak memimpin mereka, sebagian orang akan membongkar kemahnya dan pulang kembali ke Mesir. Ketika para pengintai itu melihat Musa menuruni gunung, mereka berseru ke arah perkemahan.

“MUSA ………… MUSA DATANG.”

Harun merasa lega ketika ia mendengar kabar baik bahwa Musa datang. Ia tidak merasa yakin berapa lama ia dapat menahan orang-orang Israel di sana tanpa kepemimpinan Musa.

“MUSA DATANG …….” orang-orang berseru sambil bergegas ke luar pintu kemah mereka, mengulangi kabar baik. “Musa sedang turun gunung.” Kabar itu tersebar ke seluruh perkemahan, orang orang itu sangat senang sekali, Musa tidak mati. Mereka berkata hampir secara bersamaan.

“MUSA DATANG.”

Lalu mereka melihatnya – hampir setiap orang secara bersamaan. Tiba-tiba suara mereka menggigil, nama “MUSA” tertahan di dalam kerongkongan mereka. Seruan itu berubah menjadi sunyi.

Kesunyian yang menyeramkan!

“Apa yang salah?” Tidak ada seorangpun yang perlu menjelaskan, mereka semua melihatnya, bahkan dari kejauhan.

Wajah Musa bersinar.

Siang hari, tetapi wajahnya bersinar seperti seorang yang sedang memegang lilin yang dekat dengan wajahnya pada malam hari. Meskipun di bahwah cahaya matahari, wajahnya bersinar seperti sinar matahari yang menyinari danau.

“Ada apa dengan dia?” sebuah suara memecahkan kesunyian yang mencekam.

“Kerumunan orang itu berdiri tanpa suara ……. melongo …… ragu-ragu. Beberapa ibu membawa anak-anaknya kembali ke dalam kemah. Mereka harus berhati-hati. Mereka tidak pernah melihat wajah orang yang bercahaya.

“Apakah malaikat maut datang untuk membantai kita? Seseorang bertanya.

“Bukan ……… Ia adalah Musa.

“Mengapa wajahnya bercahaya?

Musa tidak tahu bahwa wajahnya bercahaya. Ketika seseorang bediri dalam terang, mereka lupa pada pengalaman kegelapan. Musa sudah berada di hadirat Tuhan, kemuliaan Tuhan lewat di depan Musa, hanya saja ia tidak melihat wajah Tuhan. Tuhan menudungi Musa dengan tangan-Nya. Musa hanya melihat bagian belakang Tuhan – hanya pandangan yang jauh – dan wajahnya bersinar.

Harun dan para pimpinan lainnya membelakangi ketika Musa mendekati mereka. Mereka menutupi wajah mereka dengan tangan.

“Ada apa?” Musa berseru kepada mereka.

“Wajahmu ……..” Harun tidak tahu bagaimana caranya untuk menjelaskan, tetapi ia memberitahukan Musa bahwa wajahnya bersinar seperti matahari.

Musa mengambil selendang dan menyelubungi mukanya dari orang-orang itu. Orang-orang itu dengan sangat hati-hati mendekati pemimpin mereka. Ketakutan terhadap sesuatu yang tidak diketahui membuat mereka menghindar sekalipun dari orang yang mereka kasihi.

Selama 40 hari berikutnya wajah Musa bersinar – sama lamanya seperti ia berpuasa di hadirat Tuhan – Musa selalu memakai selubung di wajahnya. Ketika ia masuk ke dalam Kemah Suci untuk berdoa, Musa membuka selubungnya untuk berbicara dengan Tuhan, tetapi ia memakai selubung itu kembali ketika berbicara dengan orang-orang itu.

 

SETELAH PERJUMPAAN

Setelah Musa berjumpa dengan Tuhan di Gunung Sinai, Tuhan tidak memusnahkan umat-Nya dan Tuhan tetap membimbing mereka menuju Tanah Perjanjian. Musa memberikan 10 Perintah Allah kepada bangsa Israel dan membangun bangsa itu. Ia membangun Kemah Suci dan menetapkan hukum untuk kehidupan rohani, sosial, ekonomi dan keluarga. Musa adalah seorang pemimpin yang paling dihormati dalam sejarah bangsa Israel.

10 PELAJARAN DARI PERJUMPAAN DENGAN TUHAN

1.Berjumpa Dengan Tuhan membawa dampak jasmani

Wajah Musa bersinar selama 40 hari karena ia melihat Tuhan, ia melihat bagian belakang dari Tuhan. Tidak ada seorangpun dapat membayangkan apa yang akan terjadi jika Musa melihat bagian depan dari Tuhan. Dan tidak ada seorangpun yang dapat menjelaskan bagaimana hal itu bisa terjadi sehingga wajahnya bercahaya. Apa yang dapat kita katakan hanyalah bahwa Musa melihat kemuliaan Tuhan dan wajahnya merefleksikan kilauan cahaya Tuhan. Seperti cermin yang merefleksikan sebuah lilin, seperti bulan yang merefleksikan matahari, Musa merefleksikan kemuliaan Tuhan yang ia lihat.

Ketika Sdr berjumpa dengan Tuhan, akan ada dampak jasmani, mungkin wajah kita tidak akan bercahaya; mungkin juga tidak ada dampak yang luar biasa. Tetapi mereka yang berjumpa dengan Tuhan disembuhkan dari penyakit kanker, ada mujizat bantuan keuangan, beberapa orang mendapat kekuatan rohani untuk pelayanan. Tidak ada seorangpun yang dapat memberitahukan apa yang akan dilakukan oleh Tuhan secara jasmani ketika Sdr berjumpa dengan Dia, karena Tuhan akan melakukan apa yang Dia ingin lakukan.

 

(29) Ketika Musa turun dari gunung Sinai–kedua loh hukum Allah ada di tangan Musa ketika ia turun dari gunung itu–tidaklah ia tahu, bahwa kulit mukanya bercahaya oleh karena ia telah berbicara dengan TUHAN (Kel 34:29)

2.Berpuasa dapat melengkapi perjumpaan dengan Tuhan

Setelah Musa berjumpa dengan Tuhan, ia berpuasa selama 40 hari. Puasa adalah merubah pola makan Sdr untuk mendapatkan hasil rohani, tetapi inti masalahnya bukanlah menghilangkan makan. Puasa tidaklah efektif jika Sdr tidak berdoa dan melewatkan waktu bersama Tuhan. “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa dan berpuasa” (Mat 17:21). Ada banyak jenis puasa dan banyak tujuan berpuasa yang dijelaskan di dalam Alkitab. Dan ketika doa tidak dinilai cukup untuk mendapatkan jawaban dari Tuhan, naiklah ke tingkat yang lebih atas yaitu berdoa puasa.

Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa dan berpuasa (Mat 17:21)

3.Ada lokasi-lokasi geografis tertentu yang diinginkan Tuhan untuk berjumpa dengan manusia.

Secara teknis, Tuhan dapat menjumpai orang dimanapun, dan sejarah umat manusia memperlihatkan bahwa Ia telah melakukannya. Meskipun demikian, tampaknya ada tempat-tempat dimana Tuhan memanifestasikan diri-Nya lebih banyak di suatu tempat dibandingkan di tempat lain. Mezbah adalah salah satu tempatnya. Tuhan juga menjumpai seseorang di pintu masuk Kemah Suci atau Bait Allah ketika seorang petobat membawa korban darah untuk menebus dosa.

Tentu saja, Gunung Sinai adalah tempat lainnya dimana Tuhan suka untuk menyatakan diri-Nya. Disanalah Musa melihat semak yang menyala, menerima 10 perintah Allah, dan melihat kemuliaan Tuhan. Kemudian, Elia juga berjumpa dengan Tuhan di atas gunung yang sama.

Karena prinsip ini, Tuhan menemui bangsa-Nya di Bethel, Shiloh, Mizpa atau tempat lainnya di mana mereka mempersembahkan korban kepada-Nya. Saat ini banyak gereja yang memiliki mezbah di depan aula di mana orang datang untuk melakukan dedikasi, menerima keselamatan, kesembuhan atau hanya untuk berjumpa dengan Dia di sana. Tuhan sudah menjumpai orang di mezbah dalam acara kebaktian kebangkitan rohani, retreat atau dalam kebaktian Minggu pagi.

Sekarang Sdr dapat berjumpa dengan Tuhan di tempat manapun juga, tetapi ketika Sdr memerlukan Dia …… memerlukan Dia segera ……… memerlukan Dia dengan sangat; maka kembalilah ke tempat di mana Dia suka untuk bekerja, kembalilah ke tempat di mana Sdr sebelumnya berjumpa dengan Dia. Sebenarnya kunjungilah lagi tempat-tempat di mana Sdr menyerahkan hidupmu untuk Tuhan. Jika Sdr tidak dapat melakukannya lagi, ingatlah kembali dalam pikiranmu. Jika Sdr sebelumnya bertemu dengan Tuhan di sana, Sdr dapat berjumpa dengan-Nya lagi di sana.

 

Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb (Kel 3:1)

4.Hasil apapun dari perjumpaan dengan Tuhan tidak direncanakan

Musa tidak menyiapkan wajahnya untuk bersinar, ia juga tidak tahu bahwa hal itu terjadi. Karena ia berjumpa dengan tuhan, wajahnya bersinar. Itu adalah hasil yang tidak diduga, sesuatu yang bukan menjadi tujuan ketika berada bersama Tuhan. Tentu saja, wajah kita tidak akan bersinar setelah kita mengambil waktu bersama Tuhan, tetapi orang akan mengetahuinya karena hadirat Tuhan merubah kita. Kita tidak datang ke hadirat Tuhan hanya untuk memberi citra kepada orang lain dengan perubahan di dalam hidup kita. Kita juga tidak datang ke hadirat Tuhan agar wajah kita bersinar. Kita mencari Tuhan karena hadirat-Nya itu sendiri, kita berfokus kepada-Nya karena Ia layak menerima waktu dan tenaga kita

 

(29) Ketika Musa turun dari gunung Sinai–kedua loh hukum Allah ada di tangan Musa ketika ia turun dari gunung itu–tidaklah ia tahu, bahwa kulit mukanya bercahaya oleh karena ia telah berbicara dengan TUHAN. (33) Setelah Musa selesai berbicara dengan mereka, diselubunginyalah mukanya. (34) Tetapi apabila Musa masuk menghadap TUHAN untuk berbicara dengan Dia, ditanggalkannyalah selubung itu sampai ia keluar; dan apabila ia keluar dikatakannyalah kepada orang Israel apa yang diperintahkan kepadanya. (Kel 34:29, 33-34)

5.Hadirat tuhan terkait dengan nama Tuhan

Ketika Musa berdoa untuk melihat hadirat Tuhan, nama Tuhan lewat di depannya. Bagaimanakah kita dapat memperoleh hadirat Tuhan dalam hidup kita? Gereja mula-mula tahu bahwa ada pengampunan di dalam nama Kristus …….. ada kesembuhan di dalam nama Kristus ……. dan ada kuasa di dalam nama Kristus. Iblis gemetar di depan nama itu, dan para martir bersedia menyerahkan hidup mereka demi nama itu. Sdr akan memperoleh apa saja melalui nama-Nya di dalam hadirat Tuhan.

 

Tetapi firman-Nya: “Aku akan melewatkan segenap kegemilangan-Ku dari depanmu dan menyerukan nama TUHAN di depanmu: Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani.”(Kel 33:19)

6.Kerinduan kita adalah Tuhan sendiri, bukan seorang malaikat atau bantuan orang lainnya.

Musa melakukan sesuatu yang jarang dilakukan oleh para pendoa syafaat ………. Ia tinggal dalam hadirat Tuhan sampai Tuhan mengabulkan permintaannya. Tuhan memberitahukan kepada bangsa Israel bahwa hadirat-nya tidak akan membimbing mereka lagi menuju Tanah perjanjian. Hal ini tidak dapat diterima. Musa berdoa dengan sunguh-sungguh dan terus menerus sampai Tuhan berkata Dia akan menyertai bangsa Israel. Terlalu banyak dari antara kita yang sudah merasa puas mendapat kuasa Tuhan, berkat tuhan, atau pekerjaan Tuhan di dalam hidup kita. Apa yang kita perlukan adalah Tuhan itu sendiri.

 

(33) Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa: “Siapa yang berdosa kepada-Ku, nama orang itulah yang akan Kuhapuskan dari dalam kitab-Ku. (34) Tetapi pergilah sekarang, tuntunlah bangsa itu ke tempat yang telah Kusebutkan kepadamu; akan berjalan malaikat-Ku di depanmu, tetapi pada hari pembalasan-Ku itu Aku akan membalaskan dosa mereka kepada mereka.” (Kel 32:33-34)

(15) Berkatalah Musa kepada-Nya: “Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini. (Kel 33:15)

7.Kita berjumpa dengan Tuhan sesuai dengan cara-Nya bukan cara kita

Meskipun Musa memohon untuk melihat kemuliaan Tuhan, ia tidak melihat Tuhan dengan cara yang ia harapkan. Mungkin Musa tidak mengerti bahaya dari keadaan yang dekat dengan Tuhan. Musa tidak dapat melihat wajah Tuhan sesuai permintaannya, dan Musa ditempatkan di dalam lekuk gunung untuk melindunginya. Meskipun demikian Tuhan menudungi Musa dengan tangan-Nya, dengan segala kemungkinan untuk menyelamatkan hidupnya.

Kita berjumpa dengan Tuhan sesuai dengan cara Tuhan, bukan cara kita. Ia adalah pemberi berkat itu, kita hanyalah penerimanya.

 

(18) Tetapi jawabnya: “Perlihatkanlah kiranya kemuliaan-Mu kepadaku.” (19) Tetapi firman-Nya: “Aku akan melewatkan segenap kegemilangan-Ku dari depanmu dan menyerukan nama TUHAN di depanmu: Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani.” (Kel 33:18-19)

8.Orang banyak tidak ada disana ketika Sdr berjumpa dengan tuhan, Sdr mungkin akan bertemu dengan Tuhan sendirian.

Kehebatan dari kekristenan adalah pengalaman satu lawan satu. Kita diselamatkan karena diri kita sendiri menerima Tuhan; sedangkan orang lain mungkin berdoa untuk kita, mengabarkan Injil kepada kita dan bahkan mendorong kita untuk mengambil keputusan untuk menerima keselamatan. Hubungan kita dengan Tuhan adalah dari pribadi ke pribadi, hati ke hati, satu lawan satu.

Ketika Tuhan memiliki pesan yang khusus untuk Sdr, atau ketika Ia memiliki tugas khusus untuk Sdr, Ia akan menjumpai Sdr secara pribadi. Musa bertemu dengan Tuhan sendirian di atas gunung, orang-orang itu menunggu di bawah di lantai gurun.

Ada pelayanan-pelayanan lain dimana diperlukan keterlibatan grup, seperti grup persekutuan, penyembahan bersama dan bahkan kebangkitan rohani bersama; tetapi menjumpai Tuhan biasanya dilakukan secara pribadi ……… secara rahasia ……… dan dengan tujuan.

 

Apabila Musa keluar pergi ke kemah itu, bangunlah seluruh bangsa itu dan berdirilah mereka, masing-masing di pintu kemahnya, dan mereka mengikuti Musa dengan matanya, sampai ia masuk ke dalam kemah. (Kel 33:8)

9.Tuhan mengenal mereka yang menjumpai Dia

Ketika Musa masuk ke hadirat Tuhan, ia mengetahui bahwa Tuhan ternyata mengenal nama-Nya, tetapi lebih dari sekedar nama, Tuhan mengenal dirinya. Ketika kita berusaha menjumpai Tuhan, ingatlah bahwa Tuhan tahu alasan kita di balik syafaat kita. Ia tahu kekuatanmu, kelemahanmu, dan kerinduan Sdr terhadap Dia. Hal yang menakutkan dalam perjumpaan dengan Tuhan adalah bahwa Ia tahu segala sesuatu mengenai Sdr, Sdr tidak dapat menyembunyikan apapun dari Tuhan. Hal yang membuat kita nyaman dalam perjumpaan dengan Tuhan adalah bahwa jika Ia memilih untuk menjumpai Sdr, Ia tidak akan terkejut …….. karena Ia tahu segala sesuatu mengenai Sdr.

 

(1)TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; (2) Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. (Mzm 139:1-2)

10.Klaim janji-janji Tuhan ketika kita masuk ke dalam hadirat Tuhan.

Ketika Musa bersyafaat kepada Tuhan, ia mengingatkan Tuhan bahwa Israel adalah bangsa-Nya dan bahwa Ia berjanji untuk memberkati mereka. Musa mengingatkan Tuhan bahwa ia berjanji untuk membimbing mereka menuju Tanah perjanjian. Karena Musa mengklaim janji-janji Tuhan tersebut, ia dapat memperoleh apa yang ia minta dari Tuhan.

 

(12) Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN: “Memang Engkau berfirman kepadaku: Suruhlah bangsa ini berangkat, tetapi Engkau tidak memberitahukan kepadaku, siapa yang akan Kau utus bersama-sama dengan aku. Namun demikian Engkau berfirman: Aku mengenal namamu dan juga engkau mendapat kasih karunia di hadapan-Ku. (Kel 33:12)

 

 

PELAJARAN

1.Aku mungkin mengalami dampak jasmani dari perjumpaan dengan Tuhan

2.Aku dapat berpuasa untuk berjumpa dengan Tuhan

3.Aku akan lebih baik menjumpai Tuhan di tempat-tempat tertentu

4.Aku biasanya tidak dapat merencanakan hasil dari perjumpaan dengan Tuhan

5.Aku akan menemukan nama Tuhan terkait dengan hadirat-Nya

6.Aku ingin berjumpa dengan Tuhan, bukan dengan seorang malaikat ataupun bantuan apapun lainnya

7.Aku berjumpa dengan Tuhan sesuai dengan cara-Nya, bukan dengan cara ku

8.Aku harus meninggalkan orang banyak untuk berjumpa dengan Tuhan

9.Aku dikenali oleh Tuhan ketika Ia datang kepadaku

10.Aku harus mengklaim janji- janji Tuhan ketika berada di hadirat-Nya

 

 

Sumber: ENCOUNTERING GOD FOR SPIRITUAL BREAKTHROUGH, oleh Elmer L Towns

Alih Bahasa: Inawaty Suwardi, Rajawali Family Ministry

Artikel oleh: November 20, 2011   Kategori : Artikel KKA  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda