Tetap Percaya

Tetaplah Percaya

“Oleh karena Sion aku tidak dapat berdiam diri, dan oleh karena Yerusalem aku tidak akan tinggal tenang, sampai kebenarannya bersinar seperti cahaya dan keselamatannya menyala seperti suluh” (Yesaya 62 : 1)

 

Keadaan Israel, Yerusalem khususnya sedang mengalami kehancuran. Yesaya melihat keadaan bangsanya seperti istri yang ditinggalkan suaminya. Sendirian dalam menjalani hidup dan keadaannya terasa hampa dan sunyi. Sunyi berarti tandus, seperti negri yang tidak memiliki kehidupan di dalamnya. Bangsa Israel seperti kehilangan kekuatan dan kebanggaannya, sandaran hidupnya.  Demikianlah ikatan antara Tuhan dengan umatNya digambarkan dengan persekutuan perkawinan, antara suami dengan istri. Kehilangan Tuhan adalah kehilangan segalanya dalam pandangan nabi Yesaya.

Namun dalam keadaan yang demikian, nabi tetap percaya bahwa ada saatnya Tuhan akan memulihkan umatNya sesuai janjiNya.  Pemulihan itu pada akhirnya akan mengembalikan bangsa Israel dalam hubungan bak suami istri, keterikatan yang sedemikian kuat dengan Tuhan, sehingga mereka akan disebut negeri ‘yang bersuami’ sebab Tuhan telah berkenan kepada mereka dan akan girang atas mereka.  Yesaya bukan semata meratapi kehancuran secara fisik yang dialami bangsanya, melainkan lebih dari itu kehancuran spiritual yang nampak jelas dibalik semua penderitaan mereka ditangkap dengan jelas oleh nabi Yesaya.  Dan itu yang membuat nabi ini gelisah dan tidak bisa tinggal diam. Ia begitu merindukan ada kebenaran yang kembali bersinar dari Yerusalem.  Bila kebenaran itu dimiliki oleh Yerusalem, maka semua keadaan mereka akan berubah dengan sendirinya. Kedudukan mereka di hadapan bangsa-bangsa lain kembali dipulihkan, terutama di hadapan Tuhan.

Mari kita belajar dari kepekaan nabi Yesaya untuk menangkap krisis kebenaran yang menjadi pemicu munculnya krisis dalam aspek-aspek hidup yang lainnya. Keberhasilan menangkap krisis yang sebenarnya pada akhirnya membuat Yesaya dapat menaikkan permohonan yang tepat kepada Tuhan dan merindukan pemulihan dalam hal yang tepat pula. Bukan secara jasmani yang terutama, tetapi pemulihan secara rohani dan pemulihan yang lainnya nanti akan mengikuti.

 

Meninggalkan Allah sama halnya dengan kehilangan segalanya untuk hidup.

 

Artikel oleh: June 18, 2016   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Isaiah (Renungan Alkitab dari Kitab Yesaya)  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda