Jangan Berzinah!

Jangan Berzinah

“Orang fasik tertangkap dalam kejahatannya, dan terjerat dalam tali dosanya sendiri” (Amsal 5 : 22)

 

Dalam Alkitab diceritakan bahwa Salomo menikahi wanita-wanita yang sebenarnya tidak patut ia nikahi. Salomo mencintai dan menikahi banyak perempuan asing, yang sebenarnya dilarang oleh Tuhan untuk dinikahi oleh orang Israel (1 Raj 11).  Hal itu berdampak kepada kegoyahan imannya, dimana ia mulai toleran terhadap dewa-dewa yang disembah oleh para istrinya sehingga “ia tidak sepenuh hati berpaut kepada Allah” (1 Raj 11:4), menyebabkan terjadilah perzinahan rohani.

Dalam kitab ini berkali-kali diingatkan tentang kebinasaan yang diakibatkan oleh pelanggaran seksual.  Orang yang menyerah kepada hawa nafsu seksual yang tidak wajar (bentuk apapun perbuatan seksual itu), maka ujungnya adalah penderitaan, baik itu kehancuran rumah tangga ataupun penderitaan pribadi.  Sekalipun dimulai dengan begitu manis, semanis madu, tetapi jika tidak atas restu Allah, maka pada akhirnya adalah kepahitan.  Aktivitas seksual yang direstui oleh Allah dan dikuduskan-Nya hanyalah melalui pernikahan yang kudus. Allah sama sekali melarang perzinahan, kumpul kebo, seks bebas, pelacuran, dan segala aktivitas seks lainnya yang tidak kudus dan tidak Alkitabiah. Jadi sumber kasih sayang seorang istri atau suami haruslah pasangan nikahnya yang sah, bukan orang lain. Bagi orang percaya, tidak ada istilah WIL ataupun PIL.

Firman Tuhan dalam Amsal ini berkata, “Jauhkanlah jalanmu . . . , janganlah menghampiri . . .” (ay 8), artinya adalah cara terbaik untuk menghindarkan diri dari jebakan, godaan atau pelukan yang penuh rayuan dari “dosa seksual” adalah dengan meninggalkan tempat atau orang itu.  Kalau kita sendiri tetap berdiam diri ditengah dosa dan kemudian meminta tolong kepada Tuhan untuk melepaskan kita dari pencobaan, maka itu adalah sikap yang sombong dan juga bodoh. Yusuf adalah contoh yang terbaik dalam hal menghadapi rayuan dosa perzinahan, yaitu ia melarikan diri dari si penggoda, yaitu istri Potifar. Kalau seseorang terus membaca bacaan porno, maka tunggu waktunya, dimana ia akan jatuh dalam dosa seksual.  Orang yang hidup menuruti hawa nafsu maka akan berakhir pada kemalangan, kemiskinan, rasa malu dan penderitaan (ay 12).

 

Orang percaya harus ada penguasaan diri dalam kaitan dengan semua hawa nafsu seksual sebelum pernikahan.

 

Artikel oleh: March 4, 2016   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Proverbs (Renungan Alkitabiah dari Kitab Amsal)  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda