SEPERTI ANGGUR DI ATAS ENDAPANNYA

Pada waktu itu Aku akan menggeledah Yerusalem dengan memakai obor dan akan menghukum orang-orang yang telah mengental seperti anggur di atas endapannya dan yang berkata dalam hatinya: TUHAN tidak berbuat baik dan tidak berbuat jahat! Maka harta kekayaannya akan dirampas dan rumah-rumahnya akan menjadi sunyi sepi. Apabila mereka mendirikan rumah, mereka tidak akan mendiaminya; apabila mereka membuat kebun anggur, mereka tidak akan minum anggurnya.” Zefanya 1: 12-13

Anggur

By. Pdt. Rudi Suwardi

 

Saya ingin menggarisbawahi ayat 12, bahwa Tuhan akan menghukum orang-orang yang telah mengental seperti anggur di atas endapannya …………………….

Istilah ini saya pilih sebagai judul kotbah hari ini: “Seperti Anggur Di Atas Endapannya.”

Ketika anggur dibiarkan untuk waktu yang lama, akan terbentuk endapan yang menumpuk di dasarnya. Istilah ini juga digunakan dalam Yer 48:11: Moab hidup aman dari sejak masa mudanya, dia hidup tenang seperti anggur di atas endapannya, tidak dituangkan dari tempayan yang satu ke tempayan yang lain, tidak pernah masuk ke dalam pembuangan; sebab itu rasanya tetap padanya dan baunya tidak berubah.

Saya mau ceritakan bagaimana cara anggur dibuat zaman itu. Ketika orang memetik buah anggur kemudian diperas, mereka menggunakan batu kilangan biasa tanpa alat. Pada zaman itu mereka tidak punya saringan, diperas, airnya dituang disebuah tempayan dan kulit serta bijinya juga  akan masuk kesitu. Kemudian  orang akan mencedok bagian atasnya karena ampasnya sebagian ada d ipermukaan. Kemudian anggur itu dibiarkan beberapa hari, untuk apa? Supaya kotoran yang didalamnya mengendap, tidak boleh ada goncangan atau apa apapun juga, harus dibiarkan kotorannya mengendap.

Lalu kemudian diambil tempayan yang berikutnya, anggur itu dituang pelan-pelan kedalam tempayan yang kedua, dengan sangat berhati-hati supaya endapannya tidak ikut masuk ketempayan yang kedua. Di tempayan kedua anggur diendapkan lagi, butuh beberapa saat sampai kotoran dan endapan itu sungguh-sungguh mengendap dibawah lalu kemudian anggur dituang ke tempayan berikutnya. Proses itu berlangsung beberapa kali membutuhkan waktu beberapa saat yang cukup lama. Setelah menjadi bening tempayan ditutup dan disimpan di dalam ruangan yang gelap dibawah tanah dan dibiarkan untuk waktu yang sangat lama, supaya apa? supaya terjadi fermentasi/peragian.

“Seperti anggur di atas endapannya.” Istilah tersebut digunakan untuk menggambarkan keadaan orang yang sudah puas dengan dirinya sendiri atau puas dengan pencapaiannya sehingga mereka tidak menghendaki perubahan.

Apa yang membuat orang berubah adalah proses yang terus mau digoncang, diendapkan, digoncang, diendapkan,  digoncang, diendapkan semakin kita biarkan prosesnya berlangsung seperti itu maka rasa dan bau harum-mu akan makin hari makin luar biasa.

Dalam Alkitab Bahasa Indonesia sehari-hari, ayat 12 itu dinyatakan sebagai berikut: Akan Kuhukum penduduknya yang acuh tak acuh itu serta yang puas dengan dirinya sendiri.

Orang-orang yang telah mengental seperti anggur di atas endapannya dijelaskan dalam Alkitab Bahasa Indonesia sehari-hari sebagai orang-orang yang acuh tak acuh serta puas dengan dirinya sendiri.

Dalam pelayanan, kadang-kadang orang Kristen terbawa oleh arus pemikiran yang bodoh dan berbahaya seperti ini: “Jangan terlalu kuatir, biarkan saja keadaan seperti apa adanya. Biarlah orang lain yang mengurusnya, turunkan kecepatan, bersantailah, dan lihat apa yang terjadi. Bagaimanapun juga pada akhirnya Tuhan yang akan mengerjakan segala sesuatunya untuk kita. Jangan turut campur jika kita bisa menghindar dari suatu kegiatan.”

Ketika hidup mereka baik-baik saja, hidup terasa mudah dan nyaman  serta tidak ada persoalan, Tuhan menjadi hal terakhir yang mereka pikirkan. Ketika mereka berada dalam kesulitan, mereka biasanya mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh. Tetapi ketika hidup terasa mudah dan mereka mengalami kemakmuran, mereka sangat mudah menjadi tidak peduli terhadap Tuhan dan Kerajaan-Nya. Mereka memiliki perasaan puas dengan dirinya sendiri. Selain itu mereka juga tidak sadar akan bahaya atau kesulitan yang mungkin akan datang.

Iblis sangat ingin membuat orang Kristen tetap acuh tak acuh dalam pelayanan atau bahkan apatis dengan pertumbuhan rohani pribadi kita sendiri.

Ada sebuah kisah kuno tentang Iblis yang memanggil tiga orang asisten tertingginya untuk merencanakan bagaimana mereka dapat menghentikan pekerjaan misi dari satu grup orang Kristen yang memiliki dedikasi tinggi.

Salah satu letnannya, yang bernama Dendam, berkata kepada iblis, “Kita harus meyakinkan mereka bahwa Tuhan itu tidak ada.” Iblis menyeringai pada Dendam dan menjawab, “Itu tidak akan berhasil. Mereka tahu bahwa Tuhan itu ada.”

Asisten Iblis yang kedua, Kepahitan namanya, berkata, “Kita akan meyakinkan orang-orang Kristen bahwa Tuhan sebenarnya tidak peduli terhadap perbuatan yang benar atau salah.”  Iblis senang untuk sementara dengan gagasan ini, tetapi kemudian menolaknya karena ia tahu terlalu banyak orang Kristen yang tahu bahwa Tuhan sebenarnya peduli apakah perbuatan mereka benar atau salah.

Kedengkian, nama asisten Iblis yang ketiga, mengajukan gagasan. “Kita akan membiarkan orang-orang Kristen terus berpikir bahwa Tuhan memang ada, dan bahwa Tuhan itu peduli dengan perbuatan yang benar atau perbuatan yang salah. Tetapi kita akan terus berbisik kepada mereka, tidak perlu tergesa-gesa, tidak perlu terburu-buru.”

Iblis melolong dengan gembira. Ia memberikan promosi jabatan kepada Kedengkian di dalam organisasinya yang jahat. Iblis tahu bahwa ia akan melihat siasatnya berhasil pada banyak orang Kristen.

Saudara, Tuhan kita tidak suka dengan orang Kristen yang acuh tak acuh, apatis atau suam-suam kuku. Wahyu 3:16 mengatakan, Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.

Suam-suam kuku berarti sedang-sedang saja atau rata-rata. Ingatlah bahwa rata-rata pada dasarnya adalah “yang terbaik diantara yang terburuk,” atau “yang terburuk diantara yang terbaik.”

Apabila Sdr berada dalam kondisi berpuas diri  dan acuh tak acuh maka Sdr mudah sekali terkena panah berapi si Iblis.

Ada satu perumpamaan yang diceritakan oleh seorang pastor di Haiti kepada jemaatnya tentang perlunya komitmen yang penuh kepada Kristus.

Tristan ingin menjual rumahnya dengan harga Rp. 1 milyar. Harun sangat ingin membeli rumah itu, tetapi ia tidak sanggup membayar harga rumah itu sepenuhnya. Setelah bernegosiasi, Tristan setuju untuk menjual rumahnya dengan separuh harga, tetapi  dengan satu syarat, yakni ia akan menahan kepemilikan sebuah paku yang menonjol di atas pintu rumah itu.

Beberapa tahun kemudian, Tristan yang menyesal telah menjual rumah itu dengan separuh harga, ingin membelinya kembali. Tetapi Harun tidak mau menjual rumah itu kembali.  Karena itu Tristan mencari bangkai seekor anjing dan menggantungkannya pada paku di atas pintu  yang masih menjadi miliknya. Tidak lama kemudian, rumah itu tidak dapat lagi dihuni karena baunya sangat menyengat sehingga Harun terpaksa menjual rumah itu kembali kepada pemilik paku diatas pintu yang tidak lain adalah Tristan.

Kesimpulan dari pastor orang Haiti itu adalah, bahwa jika kita mengijinkan Iblis untuk memliki sebuah paku atau gantungan kecil dalam hidup kita, ia akan menggantungkan sampah yang busuk di atasnya, sehingga membuat hidup kita tidak layak untuk menjadi tempat kediaman Kristus.”

Saudara, kepuasan akan diri sendiri adalah sebuah paku atau gantungan di dalam hidup seseorang yang bisa dipakai oleh Iblis.

Jika kita berpuas diri sehingga menjadi acuh tak acuh, apatis atau menjadi suam-suam kuku, maka hal itu akan menjadi kanker yang bukan hanya melemahkan hidup kita tetapi bahkan dapat menghancurkan hidup kita. Karena itu kita harus menghindarinya.

Marilah kita pelajari beberapa hal yang terkait dengan kondisi “Telah mengental seperti anggur di atas endapannya”

I. APA AKIBAT DARI KEADAAN ORANG KRISTEN YANG TELAH MENGENTAL SEPERTI ANGGUR DI ATAS ENDAPANNYA?

1. Menurunkan Tekad Anda

Dalam Kitab Hakim-Hakim, Simson dijelaskan akhirnya berada dalam kondisi yang tentram dalam kenyamanan, berpuas diri dan acuh tak acuh untuk melaksanakan tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin yang diberikan Tuhan kepadanya. Ia bahkan memberitahukan rahasia kekuatannya kepada Delila. Ia berpikir apa yang dilakukannya tidak apa-apa; ia berpikir semuanya akan baik-baik saja. Tetapi apa yang dilakukan oleh Simson adalah sebuah dosa. Ia tidak taat kepada perintah Tuhan yang sudah menyuruh dia untuk tidak memotong rambutnya. Akibatnya, Simson mengakibatkan keruntuhan bagi seluruh bangsanya.

2. Menurunkan Standar Tuhan

1 Raj 11: 1-4 : (1) Adapun raja Salomo mencintai banyak perempuan asing. Di samping anak Firaun ia mencintai perempuan-perempuan Moab, Amon, Edom, Sidon dan Het, (2) padahal tentang bangsa-bangsa itu TUHAN telah berfirman kepada orang Israel: “Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan merekapun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka.” Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta. (3) Ia mempunyai tujuh ratus isteri dari kaum bangsawan dan tiga ratus gundik; isteri-isterinya itu menarik hatinya dari pada TUHAN. (4) Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, ayahnya.

Keadaan Salomo yang berpuas diri dengan istri-istrinya membuat ia acuh tak acuh terhadap Tuhan dan terhadap perintah-perintah-Nya sehingga ia jatuh ke dalam dosa berhala dan mengalami konsekuensi yang menghancurkan

3. Menurunkan Moral Dan Sikap Anda

2 Sam 11: 2-5: (2) Sekali peristiwa pada waktu petang, ketika Daud bangun dari tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh istana, tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan sedang mandi; perempuan itu sangat elok rupanya. (3) Lalu Daud menyuruh orang bertanya tentang perempuan itu dan orang berkata: “Itu adalah Batsyeba binti Eliam, isteri Uria orang Het itu.” (4) Sesudah itu Daud menyuruh orang mengambil dia. Perempuan itu datang kepadanya, lalu Daud tidur dengan dia. Perempuan itu baru selesai membersihkan diri dari kenajisannya. Kemudian pulanglah perempuan itu ke rumahnya. (5) Lalu mengandunglah perempuan itu dan disuruhnya orang memberitahukan kepada Daud, demikian: “Aku mengandung.”

Sikap Daud yang berpuas diri setelah menjadi raja menyebabkan ia bersikap acuh tak acuh pada perintah Tuhan. Ia jatuh ke dalam dosa perzinahan dengan Batsyeba,  bahkan membunuh Uria, suami dari Batsyeba. Daud melakukan satu hal yang sebenarnya ia tahu tidak boleh dilakukan.

4. Menurunkan Tingkat Harapan Pribadi

Soren Kierkegaard, seorang filsuf dari Denmark, menceritakan sebuah kisah tentang seekor angsa liar yang terluka dan mendarat di halaman sebuah lumbung yang di tempati oleh beberapa ekor ayam. Angsa liar bermain dengan ayam dan makan bersama mereka. Beberapa waktu kemudian angsa liar itu berpikir bahwa dirinya adalah seekor ayam. Pada suatu hari sekelompok angsa liar yang sedang bermigrasi antar benua melintas  di udara. Mereka meleter, memanggil angsa yang ada di darat itu untuk bergabung. Angsa liar di darat mendengarnya dan ia merasakan suatu getaran di dadanya. Ada yang memanggil agar ia bergabung lagi ke udara. Ia mulai mengepakkan sayapnya yang sudah lama tidak dipakainya dan ia naik beberapa meter ke udara. Namun kemudian ia berhenti, dan  kembali masuk ke dalam kubangan lumpur di halaman lumbung. Ia mendengar peleteran kelompok angsa liar yang sedang terbang, tetapi ia sudah puas dengan keadaannya sekarang.

5. Menurunkan Pemikiran Anda.

Sikap acuh tak acuh membuat seseorang tidak Bertanggung Jawab karena selalu berasumsi bahwa semuanya “Akan Baik-Baik Saja.”

Zef 1:12-13: (12) Pada waktu itu Aku akan menggeledah Yerusalem dengan memakai obor dan akan menghukum orang-orang yang telah mengental seperti anggur di atas endapannya dan yang berkata dalam hatinya: TUHAN tidak berbuat baik dan tidak berbuat jahat!

6. Menurunkan Hubungan Anda Dengan Tuhan

Why 3:15-16: (15) Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! (16) Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.

Saudara, Jika anda suam-suam kuku, akibatnya adalah neraka

7. Menurunkan kekuatan rohani dalam hidup kita

Keadaan acuh tak acuh dan apatis telah membuat Tuhan dan gereja-Nya kehilangan banyak pengerja yang bersemangat dan sesungguhnya sudah dikuduskan serta ditahbiskan untuk melayani

 

II. APA YANG MENYEBABKAN ORANG KRISTEN MENGENTAL SEPERTI ANGGUR DI ATAS ENDAPANNYA?

Seringkali kondisi kerohanian yang acuh tak acuh terjadi ketika kita membuat asumsi asumsi yang salah. Orang-orang Yahudi pada masa Zefanya membuat beberapa asumsi yang salah.

1. Mereka Berasumsi Tidak Ada Akibat Negatif Karena Dosa.

Gal 6:7 menyatakan: “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.”

Prinsipnya sederhana, garbage in garbage out. Ketika kita berdosa kita tidak boleh berpikir bahwa kita akan dapat terhindar dari akibat atau konsekuensinya. Masalahnya, seperti orang-orang Yahudi, kita saat ini melakukan hal yang sama. Kita berdosa dan berasumsi dapat memanipulasi akibatnya, sedangkan sebenarnya kita akan mengalami dampak dari pilihan kita.

2. Mereka Berasumsi Bahwa Upaya Yang Minimal Dalam Melayani Tuhan Akan Menuai Hasil Yang Besar.

Orang-orang Yahudi berasumsi bahwa mereka dapat mengabaikan semua perintah Tuhan, melangkah mundur namun akan tetap mendapat berkat karena mereka adalah keturunan Abraham. Ams 20:4 menyatakan, Pada musim dingin si pemalas tidak membajak; jikalau ia mencari pada musim menuai, maka tidak ada apa-apa.

Pepatah mengatakan, kerja keras mendatangkan hasil. Pepatah ini berlaku juga dalam perjalanan hidup kita bersama Kristus. Jika kita ingin bersukacita di dalam kemuliaan Tuhan, kita harus bekerja dengan rajin untuk mengenal dan melayani Tuhan seperti yang telah diperintahkan-Nya.

3. Mereka Berasumsi Bahwa Akan Selalu Ada Kesempatan Untuk Berubah.

Saya teringat pada kejadian Yesus yang menangis ketika Ia memandang Yerusalem dari Bukit Zaitun. Ia melihat kehancuran yang akan dialami oleh orang-orang di Yerusalem. Ia bernubuat tentang kejatuhan Yerusalem yang diakibatkan oleh suatu kenyataan pada Luk 19:44: “……….. karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau.” Pada dasarnya, Tuhan telah memberi peringatan sebelumnya kepada orang-orang di Yerusalem untuk berubah, tetapi mereka menolak dan tidak menyadari bahwa Tuhan mendesak agar mereka segera berubah.

Hal yang sama terjadi pada orang-orang Yahudi pada masa Zefanya – mereka mengabaikan peringatan dan berasumsi bahwa mereka dapat berubah kapan-kapan. Tetapi pada suatu hari mereka akan terbangun karena orang-orang Babel ada di depan pintu rumah mereka dan mereka ditawan. Mengapa? Karena mereka berpuas diri dan acuh tak acuh

Saat ini banyak orang Kristen yang berasumsi bahwa mereka masih memiliki waktu banyak untuk menjalankan perintah Tuhan, sehingga mereka masih menunda-nunda. Mereka masih mengeraskan hati, tidak menyadari bahaya yang menghadang di depan.

III. BAGAIMANA MEMULIHKAN KONDISI ORANG KRISTEN YANG TELAH MENGENTAL SEPERTI ANGGUR DI ATAS ENDAPANNYA?

Apakah ada di antara anda yang hadir  saat ini, keadaan rohaninya  telah mengental seperti anggur di atas endapannya? Anda mungkin berpuas diri dengan keadaan rohani anda, anda berpuas diri dengan pencapaian anda dalam pelayanan sehingga anda bersikap acuh tak acuh atau apatis terhadap pekerjaan Tuhan atau anda bahkan bersikap suam-suam kuku terhadap pertumbuhan rohani anda?

Jika anda tidak yakin dengan keadaan rohani anda, saya meminta anda melakukan introspeksi.

  1. Tengoklah ke belakang bagaimana anda dahulu dapat menguasai dasar-dasar dari kehidupan Kristen.
  2. Bagaimana dengan kehidupan doa anda? Apakah anda berdoa secara berkesinambungan sepanjang hari?
  3. Seberapa baikkah anda mengingat ayat-ayat Firman Tuhan dan menyimpannya di dalam hati?
  4. Seberapa banyak anda menggunakan waktu, talenta atau harta anda untuk Tuhan.
  5. Apakah anda berusaha menyimak ketika anda membaca atau mendengar tentang Tuhan?
  6. Apakah anda mau berubah untuk menjadi semakin serupa seperti Kristus?
  7. Seberapa sering anda menginjil untuk membawa lebih banyak jiwa kepada Kristus?

Penutup

Sebagai penutup saya ingin menyampaikan suatu ilustrasi:

Seorang penggali sumur menemukan air pada kedalaman 30 meter, tetapi ia terus menggali lebih dalam karena volume airnya belum cukup. Ia menemukan lagi air pada kedalaman 36 meter. Ia tidak puas dan masih ingin menggali lebih dalam. Ada cukup banyak air pada kedalaman 36 meter, tetapi airnya belum jernih. Ia menggali lebih dalam lagi sampai menemukan air yang melimpah dan jernih.

Apabila anda mencari Tuhan secara terus menerus seperti penggali sumur yang terus menggali lebih dalam lagi,  dan anda melakukannya dengan hati yang murni dan dengan hati yang menyesal terhadap dosa dan tidak berpuas diri maka hasilnya bisa kita baca dalam 2 Taw 7: 14 “Jika umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka.”

 

 

 

 

 

 

 

 

Artikel oleh: October 19, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Zephaniah  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda