UNITED WE STAND

1 Korintus  3: 18-23

United We Stand

By: Inawaty Suwardi

Seorang pengunjung rumah sakit jiwa merasa sangat heran ketika mengamati hanya ada 3 orang satpam yang bertugas menjaga, sedangkan pasien yang dirawat berjumlah lebih dari 100 orang. Pengunjung itu bertanya kepada manajemen rumah sakit, “Apakah anda tidak khawatir pasien-pasien sebanyak itu akan mengalahkan satpam dan melarikan diri?  “Tidak,” jawab si manajer. “Orang-orang yang sakit jiwa tidak pernah bersatu.”

Bp/Ibu, kalau anda menghubungkan ilustrasi ini dengan begitu banyak  perselisihan atau perpecahan yang terjadi di gereja, barangkali Bp/Ibu akan menarik kesimpulan bahwa orang-orang Kristen adalah kumpulan orang-orang yang sakit jiwa. Kita memang melihat ada masalah yang nyata dengan persatuan di gereja.

Graham Kendrick, seorang penyanyi dan pengarang lagu rohani, menulis dalam Leadership Journal, sebagai berikut:

“Sangat menarik untuk diketahui, bahwa dari semua pujian yang disebutkan di dalam Kitab Wahyu, tidak ada satupun yang dinyanyikan secara solo. Dua puluh empat tua-tua memuji dan menyembah dan melemparkan mahkota mereka di hadapan takhta. Suara dari berlaksa-laksa malaikat berkumandang, setiap makhluk hidup di surga dan di bumi dan di bawah bumi dan semua yang ada di dalamnya bergabung dalam satu pujian. Orang-orang yang telah mengalahkan binatang itu diberi kecapi dan nyanyian untuk dinyanyikan. Pada setiap saat, orang-orang dalam jumlah besar dan para malaikat bersatu dalam nyanyian yang sama di dalam  persatuan yang sejati.”

Jemaat di Korintus tidak menyanyikan pujian dalam harmoni. Mereka berselisih dan terpecah sehingga keluar dari jalur yang seharusnya menuju ke Kerajaan Allah. Paulus menulis kepada mereka dengan caranya yang khas untuk  mengajak dan menasehati mereka supaya bersatu. Paulus menunjukkan empat kebenaran bagaimana mengatasi perpecahan di gereja.

1.   Kita dapat bersatu jika memiliki pandangan yang benar tentang diri sendiri.

Lihat ayat 18, Janganlah ada orang yang menipu dirinya sendiri. Jika ada di antara kamu yang menyangka dirinya berhikmat menurut dunia ini, biarlah ia menjadi bodoh, supaya ia berhikmat.

Paulus sedang berurusan dengan orang-orang yang berpendidikan tinggi menurut pandangan dunia. Korintus adalah kota yang terkenal dengan kemewahan dan kemakmurannya. Seni berkembang dengan pesat dan orang-orang percaya di Korintus memiliki akses terhadap tulisan dari para ahli filsafat Yunani kuno. Korintus adalah kota perdagangan yang besar dengan 700 ribu penduduk. Korintus juga merupakan kota persimpangan dunia dimana perkembangan terbaru serta pendidikan terbaik ada di sana.

Karena itu penduduknya mempunyai kecenderungan untuk memandang diri mereka sebagai orang berhikmat atau orang bijak. Sikap ini adalah menipu diri sendiri. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa hal ini adalah dosa. Ams 26:12 mengatakan, Jika engkau melihat orang yang menganggap dirinya bijak, harapan bagi orang bebal lebih banyak dari pada bagi orang itu.”

Istilah “orang bebal” menunjukkan suatu kondisi yang lebih dari sekedar kurang cerdas  atau kurang berpengalaman. Istilah orang bebal ditujukan bagi  seseorang yang keras kepala dan dengan sengaja memilih jalannya sendiri, bukan mengikuti jalan Tuhan.

Jemaat di Korintus memandang diri mereka sendiri sebagai orang berhikmat  atau orang bijak. Menurut standar dunia, pandangan mereka mungkin benar. Tetapi mereka hanyalah membawa hikmat dunia ke dalam gereja dan mencoba mengaplikasikannya untuk hal-hal rohani. Karena itu Paulus mengatakan pada ayat 19 bahwa hal itu adalah kebodohan, (19) “Karena hikmat dunia ini adalah kebodohan bagi Allah. Sebab ada tertulis: “Ia yang menangkap orang berhikmat dalam kecerdikannya.”

Bp/ibu mungkin bertanya, apa perbedaan antara hikmat dunia dengan hikmat Tuhan?

Hikmat dunia atau hikmat manusia adalah kecerdasan, pengetahuan, atau pengertian/kognitif.

Tuhan memberikan kepada manusia kemampuan untuk mengetahui hal-hal tertentu. Tuhan menciptakan manusia dan memberikan kemampuan untuk belajar, untuk mengumpulkan pengetahuan, untuk menemukan, untuk menyelidiki dan menarik kesimpulan. Dalam bidang-bidang seperti matematika, ilmu pengetahuan, bisnis, pertanian dan kegiatan akademik lainnya, manusia mungkin dapat menggunakan kecerdasan atau kemampuan mental. Tuhan memberikan kemampuan kepada manusia untuk mengetahui bidang-bidang tersebut tanpa pencerahan khusus dari Tuhan. Itulah yang disebut pengetahuan manusia atau hikmat manusia atau hikmat dunia.

Hikmat Rohani yang disebut juga hikmat Tuhan atau kebenaran adalah lebih dalam dari sekedar pengetahuan kognitif/pengertian yang sederhana. Hikmat Tuhan adalah pemahaman rohani dan hanya diperoleh melalui penerangan Roh kudus.

Untuk mengetahui hal-hal yang rohani, atau untuk mengetahui hal-hal tentang Tuhan dan kebenaran Firman-Nya, diperlukan pemahaman khusus yang hanya datang dari Roh Kudus seperti dijelaskan oleh Paulus di dalam pasal 2 (Hikmat yang benar).

Masalah utama di Korintus adalah bahwa mereka sebenarnya telah menerima Roh Kudus pada saat pertobatan, tetapi karena adanya dosa yang tidak terkendali dan adanya perpecahan di gereja, mereka telah mendukakan Roh Kudus. Mereka tidak berjalan menurut Roh tetapi menurut daging. Mereka tidak mau bertobat serta berdamai dengan Tuhan dan mereka tetap hidup seperti biasa. Keadaan ini menyebabkan mereka seakan terus berada dalam dunia rohani namun tanpa  pimpinan dan hikmat Roh Kudus. Jadi mereka memimpin gereja dengan hikmat manusia bukan dengan hikmat Tuhan.

Keadaan yang dialami jemaat di Korintus harus diwaspadai oleh orang Kristen, bahkan oleh gereja masa kini. Pada saat kita merasakan kehadiran dan kuasa  Roh Kudus, dan ketika kita berjalan di dalam aliran atau pergerakan Roh Kudus, pemahaman kita terhadap kebenaran Tuhan terbuka. Tetapi dengan berjalannya waktu manusia dapat terhanyut menjauh dari pimpinan Roh Kudus, namun mereka masih terus memimpin gereja atau memimpin departemen. Kepemimpinan seperti ini selalu berakhir dengan bencana, karena kondisi demikian adalah penyebab utama dari perpecahan di dalam gereja.

2.    Kita dapat bersatu jika memiliki pandangan yang benar terhadap Allah

Jemaat Korintus sudah lupa bahwa Yesus adalah dasar dari gereja. Apabila Yesus memanggil orang-orang untuk bekerja di ladangnya, maka Ia yang akan memberi pertumbuhan. Tuhan adalah pemilik ladang, Tuhan adalah arsitek dari bangunan. Dia  sudah menebus kita, membeli kita dengan darah-Nya dan Dia sendiri yang memiliki hak untuk menetapkan peraturan yang mutlak. Paulus mengingatkan jemaat di Korintus bahwa Tuhan adalah kebenaran yang sesungguhnya.

Lihat ayat 20-23: (20) Dan di tempat lain: “Tuhan mengetahui rancangan-rancangan orang berhikmat; sesungguhnya semuanya sia-sia belaka.” (21) Karena itu janganlah ada orang yang memegahkan dirinya atas manusia, sebab segala sesuatu adalah milikmu: (22) baik Paulus, Apolos, maupun Kefas, baik dunia, hidup, maupun mati, baik waktu sekarang, maupun waktu yang akan datang. Semuanya kamu punya. (23) Tetapi kamu adalah milik Kristus dan Kristus adalah milik Allah.

Untuk memahami ayat 21, kita perlu melihat ps 1 ayat 12 dimana Paulus menyatakan tentang masalah yang dihadapi oleh jemaat di Korintus. (12) Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus.

Mereka menyebut diri mereka menurut nama pemimpinnya, bukan menyebut diri mereka sebagai pengikut Kristus.  Gereja seharusnya tidak boleh terpecah, karena hanya ada satu Tuhan dan Juru Selamat, yaitu Yesus Kristus.

Perpecahan di Korintus adalah sesuatu yang bodoh karena hal itu terjadi akibat cara pandang yang tidak tepat tentang siapa Tuhan dan apa yang sudah diberikan Tuhan kepada gereja. Mereka sebetulnya sudah mengetahui tentang hal ini karena Paulus sudah mengajarkannya kepada mereka. Tetapi mereka sudah terseret oleh hikmat dunia, oleh godaan untuk mengikuti pemimpin mereka, oleh godaan untuk memakai gereja sebagai tujuan mereka, bukannya menetapkan Tuhan sebagai tujuan akhir.

Manakala ada perpecahan di gereja, penyebabnya hampir selalu pasti akibat  adanya orang-orang yang berpikir bahwa diri mereka sangat penting. Mereka berpikir mereka memiliki hikmat, memiliki pengetahuan dan pemahaman sehingga setiap orang harus mendengarkan mereka dan mengikuti kepemimpinannya. Dan seringkali orang-orang memang akan mengikuti mereka. Demikianlah cara terjadinya kelompok dan golongan di dalam gereja.

Seseorang meninggikan diri dan lambat laun dipandang tinggi oleh orang-orang lain sampai akhirnya ia menghimpun pengikut. Lalu pemimpin lainnya muncul. Tidak lama kemudian, bukannya bersatu di bawah kekuasaan Yesus Kristus,  orang-orang malah memilih keberpihakan pada pemimpinnya dan membuat garis pemisah.

Apabila Roh Kudus memegang kendali, selalu ada persatuan. Dalam Efesus 4 Paulus menegaskan dengan jelas, hanya ada satu tubuh, satu Roh, satu Tuhan satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa di atas kita semua.

Jemaat di Korintus kacau, terutama karena mereka telah mengalihkan pandangan dari Tuhan dan mengarahkan pandangannya kepada manusia. Bukannya mengikuti kepemimpinan Roh Kudus, mereka berkelompok di belakang manusia biasa. Seperti orang-orang Israel pada masa Perjanjian Lama yang meminta seorang Raja, jemaat di Korintus terpecah karena mereka mengikuti manusia biasa, bukannya Tuhan. Masalahnya adalah bahwa mereka meninggikan pandangannya terhadap manusia namun menurunkan pandangannya terhadap Tuhan.

Tetapi Paulus menegur mereka dengan bertanya, “Hei, siapakah manusia itu sebenarnya?” Bagaimana engkau dapat mengatakan engkau adalah Paulus. Atau engkau adalah Apollos, atau engkau adalah Kefas? Apakah engkau tidak menyadari bahwa segala sesuatu di gereja sebenarnya adalah milik Tuhan?

Bp/Ibu, logikanya adalah bahwa karena semua hal adalah milik kita, sedangkan kita adalah milik Kristus dan Kristus adalah milik Tuhan, maka segala hal adalah milik Tuhan. Kita beserta pemimpin kita adalah milik Tuhan. Maka bagaimana bisa kita   terpecah belah kalau kita benar-benar mengikut Kristus? Jawabannya sudah jelas. Jika kita terpecah belah, penyebabnya adalah karena kita tidak mengikut Kristus dan kita tidak tunduk kepada Tuhan.

3.   Kita dapat bersatu jika kita memiliki pandangan yang benar terhadap hamba Tuhan

Lihat ps 4: 1-2: (1) Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah. (2) Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai.

Di dalam gereja masa kini, terlalu banyak pujian diberikan kepada manusia, namun tidak cukup pujian diberikan kepada Tuhan. Pelayanan yang dibangun di sekitar pribadi yang karismatik seringkali menapaki jalur yang sama seperti yang dilalui oleh gereja Korintus.

Hari ini Tuhan ingin memperingatkan kepada kita bahwa mereka yang dipanggil Tuhan untuk melayani di gereja hanyalah pelayan-pelayan dari Tuhan Yesus Kristus. Seperti juga Yesus yang telah memberi diri-Nya bagi gereja, mereka yang dipanggil Tuhan untuk melayani di gereja-Nya juga harus menyerahkan diri mereka kepada gereja.

Paulus menggunakan dua istilah untuk menyebut dirinya dan semua yang dipanggil Tuhan untuk memimpin gereja.

Istilah pertama adalah hamba (ayat 1). Tugas seorang hamba adalah mengerjakan pekerjaan menurut kehendak tuannya, tidak ada bantah-bantahan. Sebagai hamba Kristus, para pemimpin geraja haruslah tunduk pada kekuasaan Yesus Kristus.

Siapapun yang menjadi pemimpin golongan atau grup yang berselisih di dalam gereja, jelas, ia tidak tunduk pada kekuasaan dan otoritas Yesus Kristus dan sedang bertindak atas nama dirinya sendiri. Apabila mereka benar-benar berada dibawah kekuasaan dan otoritas Yesus Kristus, keadaan itu harus terlihat dalam bentuk kerendahan hati, bergantung pada Tuhan dan tindakan-tindakannya harus membawa harmoni, bukan perpecahan di dalam gereja.

Istilah kedua yang dipakai Paulus untuk menyebut dirinya dan mereka yang dipanggil Tuhan untuk memimpin gereja adalah “pelayan” (ayat 2) atau penatalayan. Pelayan atau penatalayan bukanlah pemilik dari  apa yang dikelolanya. Penatalayan ditempatkan pada suatu posisi dan diberi otoritas oleh pemiliknya. Pada ayat 2 ini Paulus ingin mengatakan bahwa jangan memandang para pemimpin gereja sebagai pemilik dari rumah Tuhan. Kita harus memandang mereka dengan perspektif yang benar. Para pemimpin gereja tidak memilikinya, tetapi Tuhan menempatkan mereka pada posisinya sebagai penanggung jawab dalam pengelolaannya.

Pemilik gereja adalah Yesus Kristus. Dia sudah menempatkan orang-orang tertentu pada posisi pemimpin dan diberi otoritas. Pemberian otoritas selalu dilengkapi dengan akuntabilitas. Karena itu pemimpin gereja harus mempertanggungjawabkan otoritas yang dimilikinya. Pada ayat 2 Paulus berkata: Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai.

4.   Kita dapat bersatu jika kita paham akan penghakiman Tuhan

Tampaknya ada beberapa orang di Korintus yang sedang menghakimi Paulus. Mereka mengkritik kepribadian maupun pengajaran Paulus.

Mari kita lihat ps 4: 3-5:

Ayat 3-5: (3) Bagiku sedikit sekali artinya entahkah aku dihakimi oleh kamu atau oleh suatu pengadilan manusia. Malahan diriku sendiripun tidak kuhakimi. (4) Sebab memang aku tidak sadar akan sesuatu, tetapi bukan karena itulah aku dibenarkan. Dia, yang menghakimi aku, ialah Tuhan. (5) Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah.

 

Paulus mengatakan bahwa penghakiman oleh manusia, bahkan penghakiman oleh diri sendiri tidak ada artinya. Paulus tidak peduli dengan orang-orang di Korintus yang tidak menyukai dirinya, yang menyebarkan gossip, yang mempersoalkan otoritasnya maupun pengajarannya. Menurut Paulus, apapun pendapat manusia tidak ada artinya.

Paulus bahkan tidak menilai atau menghakimi dirinya sendiri. Meskipun ia tidak sadar dalam melakukan sesuatu, tidak berarti dia akan bebas dari perbuatan yang salah. Hanya Tuhan yang menilai atau menghakimi dirinya.

Karena itu berhentilah menghakimi orang lain yang tidak anda sukai. Yesus akan segera datang, biarlah Dia yang akan menilai dan memutuskan segala sesuatunya.

 

Penutup

Hari ini kita sudah mempelajari 4 prinsip dari Paulus untuk menghindari perpecahan:

  1. Pandanglah dirimu sebagaimana apa adanya
  2. Pandanglah Tuhan sebagaimana Dia adanya
  3. Setialah kepada Tuhan, bukan kepada hamba Tuhan
  4. Serahkanlah penghakiman kepada Tuhan

 

 

 

Artikel oleh: June 27, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from 1 Corinthians (Renungan Alkitabiah dari Kitab 1 Korintus)  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda