Hidup Itu Keras

Hidup itu Keras

“Oleh karena hukuman terhadap perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, maka hati manusia penuh niat untuk berbuat jahat. “.

(Pengkhotbah 8 : 11)

 

Dalam hidup ini seringkali kita berhadapan dengan hal-hal yang sulit untuk dicerna dengan logika. Di sinilah kita mengakui ada banyak misteri di dalam hidup yang tidak mudah dipahami. Kita tidak tahu, mengapa Allah membiarkan hal-hal yang buruk menimpa orang-orang baik, sementara orang jahat justru nampaknya mujur terus?  Di manakah letaknya keadilan Allah jika demikian? Jika kita terus bertanya, “Mengapa Allah begini atau begitu” dan tidak dapat menemukan penjelasan yang memuaskan, kita pasti kecewa, bahkan frustrasi dalam mengenal Allah. Ada banyak orang meninggalkan Tuhan karena mereka semakin lama semakin tidak yakin bahwa Allah itu ada. Ketidakyakinan itu muncul karena mereka menganggap bahwa Allah tidak berbuat apa-apa bagi mereka. Allah dituduh tidak dapat membuktikan keadilan-Nya dalam hidup mereka. Bagi mereka, itu berarti Allah tidak ada!

Pengkhotbah adalah seorang yang sangat jujur dan realistis dalam menggambarkan kehidupan manusia yang keras. Ia berbicara secara terbuka dan blak-blakan tentang fakta hidup manusia:

Pertama, Pengkhotbah melihat adanya kehidupan yang keras. “Orang yang satu menguasai orang yang lain hingga ia celaka.” (Ay 1).

Kedua, Pengkhotbah melihat adanya ketidakadilan dalam kehidupan beragama. Terkadang agama dipakai untuk memihak kelompok yang salah, membela dan merestui sepak terjang orang yang berbuat kejahatan, sedangkan orang-orang yang berlaku benar tidak dihargai.

Ketiga, Pengkhotbah melihat orang jahat seringkali nampak hidup dalam kemenangan, (Ay 11), sehingga tidak ada keadilan di tengah masyarakat.

Keempat, Pengkhotbah melihat, yang benar diganjar seperti orang fasik dan orang fasik hidupnya dipenuhi pahala yang seharusnya menjadi milik orang benar (Ay 14).

Fakta-fakta di atas tentu membuat kita berpikir, untuk apa hidup benar jika kenyataan lebih memihak kepada orang yang tidak benar.  Atas fakta-fakta itu, Pengkhotbah justru menekankan 2 hal :

¨ Kita harus yakin, bahwa orang-orang fasik hidupnya tidak akan beroleh kebahagiaan sejati. Mungkin mereka dianggap berbahagia di dunia ini, tetapi kebahagiaan itu semu.

¨ Kita harus belajar untuk beriman, bahwa sekalipun ada banyak hal yang sulit dipahami dengan logika, namun dengan iman kita dapat memahami semuanya itu dan tetap hidup di dalam kesukacitaan dan pengharapan kepada Yesus jaminan hidup kekal.

 

Kenyataan hidup memang keras dan sering mengecewakan kita, tapi kasih setia Tuhan kekal untuk selama-lamanya

Artikel oleh: May 25, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Ecclesiastes (Renungan Alkitabiah dari Kitab Pengkhotbah)  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda