Ketidakadilan

Ketidakadilan

“Berkatalah aku dalam hati: “Allah akan mengadili baik orang yang benar maupun yang tidak adil, karena untuk segala hal dan segala pekerjaan ada waktunya”. (Pengkhotbah 3 : 17)

 

Ketidakadilan dalam hidup ternyata bukan saja terjadi pada masa sekarang ini, tetapi juga sudah menjadi makanan sehari-hari manusia zaman dahulu. Praktek ketidakadilan itu sampai sekarang merajalela di setiap institusi, organisasi, daerah ataupun negara.  Kita tidak akan heran menemukan seorang yang tidak bersalah harus menerima hukuman karena ketidakadilan itu dan orang yang jahat dapat bebas berkeliaran dimana-mana karena uang dan kekuasaan menjadi pembelanya.  Tak dapat dipungkiri bahwa tidak sedikit orang yang kompromi dengan kejahatan demi uang dan kedudukan.  Mengapa sepertinya Allah membiarkan semua itu?

Seringkali kita mengharapkan supaya Allah bertindak cepat terhadap segala tindak kejahatan yang terjadi dimuka bumi.  Tetapi jika hal itu tidak terjadi, maka kita menjadi kecewa dan terkadang ada orang mulai menyalahkan Allah dengan berkata, “Mengapa Tuhan hanya berdiam diri terhadap ketidakadilan yang terjadi?!”  Pengkhotbah mempunyai jawaban atas semua kejadian itu, bahwa “Allah akan mengadili baik orang yang benar maupun yang tidak adil, karena untuk segala hal dan segala pekerjaan ada waktunya”.  Artinya, ketika kita belum menemukan jawaban atas ketidakadilan itu; ketika kita tidak melihat campur tangan Allah atas semua masalah yang kita hadapi; bukan berarti Allah tidak peduli atau Allah melupakan kita, tetapi yang benar adalah: “Allah akan bertindak dengan adil pada waktu yang telah ditetapkan-Nya”. Kapan waktunya?  Itu bukan urusan kita. Kita hanya bisa menunggu dengan setia, sabar dan penuh pengharapan.  Allah tidak bekerja menurut patokan waktu manusia, tetapi menurut patokan-Nya sendiri—menurut waktu-Nya sendiri.  Tetapi yang pasti bahwa penghakiman Allah akan terjadi pada suatu saat nanti. Dan Dia akan datang untuk menjadi Hakim yang Adil bagi manusia.

Dari pada mengisi waktu kita dengan keluhan, sebaiknya kita menggantinya dengan satu keyakinan kuat bahwa Allah mengijinkan kita mengalami setiap keadaan yang pahit dan sukar itu supaya kita menjadikan diri-Nya pusat hidup kita.

 

Pandang hidup ini dengan perspektif yang tetap terarah kepada Allah, bukan kepada problema!

Artikel oleh: May 3, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Ecclesiastes (Renungan Alkitabiah dari Kitab Pengkhotbah)  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda