GANGGUAN SINYAL PADA DOA

Ganguan Sinyal

Mazmur 28:1-9

oleh: Inawaty Suwardi

 

Saya yakin, setiap orang di ruangan ini memakai ponsel.  Setiap orang di sini juga pasti pernah mengalami gangguan sinyal pada waktu berkomunikasi memakai ponsel. Saya sudah menggunakan jaringan Indosat sejak lama. Sinyal Indosat di wilayah perumahan saya sangat buruk. Apabila saya mau memakai ponsel atau menerima ponsel dirumah, saya harus berlari ke lantai atas menuju balkon. Tetapi ada juga satu spot di tengah tangga dimana penerimaan sinyal ponselnya cukup bagus, sehingga saya kadang-kadang duduk di tengah-tengah tangga pada waktu memakai ponsel.

Ilustrasi ini saya gunakan untuk memberi judul renungan pagi ini, yaitu: “GANGGUAN SINYAL PADA DOA.”

Dalam ilustrasi ponsel tadi, saya menjelaskan bahwa saya harus mencari posisi/lokasi yang tepat untuk mencari sinyal yang bagus.

Pada waktu berdoa, orang-orang juga mencari posisi/lokasi yang paling baik menurut pendapat mereka sendiri.

 

Di dalam Alkitab kita membaca berbagai posisi dipilih orang ketika berdoa:

Ada yang berlutut

Ada yang mengangkat tangannya sambil memuji.

Ada yang  duduk sambil menempatkan kepalanya di antara kedua lututnya

Ada beberapa yang bertiarap di atas lantai.

Posisi-posisi tersebut menurut orang-orang yang pernah mencobanya memang membantu mereka ketika berdoa. Mereka merasa dapat lebih fokus dengan apa yang ingin mereka utarakan di dalam doanya.

Pertanyaannya adalah pada waktu  Sdr berdoa, apakah posisi Sdr, entah itu berdiri,  berlutut, mengangkat tangan  atau  bertiarap, menjadi unsur penentu apakah Tuhan akan mendengar doa Sdr atau tidak?

Baru-baru ini saya menerima kunjungan dari mantan Guru Bahasa Inggris saya, sebut saja namanya Madam Linda. Beliau sudah berusia 80 tahun, namun memiliki masalah keluarga. Belaiau memiliki banyak kekuatiran. Apakah betul ia akan ke Surga pada waktu ia meninggal dunia. Bagaimana dengan nasib putrinya yang mengalami character disorder,  setelah ia meninggal dunia nanti? Madam Linda datang kepada saya, ingin belajar bagaimana cara berdoa yang paling baik. Berapa kali dalam sehari, bagaimana posisinya, bagaimana memilih kata-katanya?

Bapak & Ibu, kembali pada pertanyaan semula, apakah posisi Sdr, entah itu berdiri,  berlutut atau  bertiarap,  atau dengan tangan terentang, menentukan apakah Tuhan akan mendengar doa anda atau tidak?

Menurut pendapat saya, bagaimana cara kita memposisikan tubuh kita pada waktu berdoa dapat saja membawa pengaruh pada sinyal doa kita kepada Tuhan. Tetapi pengaruhnya jauh lebih kecil dari pengaruh yang ditimbulkan oleh bagaimana kita memposisikan pikiran atau hati kita.

Pemikiran dan sikap hati yang salah dapat menimbulkan gangguan pada sinyal doa kita. Pemikiran dan sikap hati yang salah dapat menyebabkan doa kita tidak terdengar oleh Tuhan.

Pemikiran dan sikap hati yang bagaimana dapat menimbulkan gangguan sinyal dalam menaikkan doa-doa kita kepada Tuhan?

Dari Mazmur 28 kita dapat mempelajari adanya tiga jenis pemikiran atau sikap hati yang salah yang menimbulkan gangguan pada sinyal doa sehingga doa Sdr mungkin tidak terdengar Tuhan.

  1. Berdoa Setengah Hati

Gangguan sinyal pertama pada doa adalah berdoa setengah hati, atau berdoa tidak sepenuh hati.

Banyak orang berdoa dengan setengah hati. Mereka bukannya tidak mengerti akan kuasa doa. Masalahnya mereka tidak tekun berdoa. Intensitas doanya kurang.

Charles Spurgeon pernah berkata, “Doa itu ibarat menarik tambang dan lonceng-lonceng yang besar di atas berbunyi di telinga Tuhan. Beberapa orang jarang menggoyangkan tambangnya, karena mereka berdoa tanpa semangat. Beberapa orang lainnya menarik tambangnya sekali-sekali. Tetapi mereka yang berkomunikasi dengan surga adalah orang-orang yang menggenggam tambangnya dengan kuat dan menariknya terus menerus dengan segenap kekuatannya.”

Larry Davies, seorang dosen Theologi, pernah bertanya di kelasnya: Apakah Tuhan menjawab doa?

Banyak suara dengan antusias berseru: “Tentu saja.”  “Ya.”  “Selalu.”

Kemudian Davies bertanya: “Kalau begitu, mengapa kita tidak berdoa lebih sering?”

Suasana menjadi sunyi untuk beberapa saat. Akhirnya, berbagai alasan mulai dinyatakan:

“Tidak ada waktu.”  “Aku terlalu sibuk.” “Tuhan tidak ada waktu untuk mendengarkan aku.” “Aku tidak tahu apa yang harus kuucapkan.” “Aku tidak layak.” “Aku tidak tahu caranya.”

Bp/Ibu, mereka adalah orang-orang yang percaya akan doa – tetapi tidak mau berupaya untuk menggunakannya.

Sebaliknya, dalam Mzm 28:1, Daud berdoa: Kepada-Mu, ya TUHAN, gunung batuku, aku berseru, janganlah berdiam diri terhadap aku, sebab, jika Engkau tetap membisu terhadap aku, aku menjadi seperti orang yang turun ke dalam liang kubur.

Daud berdoa layaknya seorang yang sedang berada dalam bahaya. Ia berdoa dengan sungguh-sungguh. Ia betul-betul percaya bahwa jika Tuhan tetap membisu, maka hidupnya akan kosong tanpa tujuan, seperti orang mati.

Daud tidak sedang berpura-pura di hadapan Tuhan. Doa yang dinaikkan dengan sepenuh hati bukan mengutamakan bentuknya, tetapi yang penting adalah isi atau substansinya.

Jadi gangguan sinyal pertama pada doa adalah berdoa setengah hati, sehingga sinyalnya kurang kuat untuk sampai di telinga Tuhan.

 

       2. Memaksakan Kehendak Pribadi.

Gangguan sinyal kedua adalah berdoa memaksakan kehendak pribadi, bukan kehendak Tuhan yang jadi.

Yak 4:3 mengatakan: “Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.”

Mengapa Yakobus mengatakan bahwa orang-orang itu tidak menerima apa yang mereka doakan? Karena mereka berdoa dengan motif yang salah. Mereka berdoa agar mendapat kuasa Tuhan untuk digunakan dalam rencana mereka.

Banyak orang yang mempunyai pemikiran yang sama. Kebanyakan orang berpikir bahwa Tuhan mengasihi mereka.

Jika Tuhan mengasihiku – maka Dia akan memberikan apa yang aku inginkan, pada waktu aku menginginkannya, dengan cara aku menginginginkannya.

Tetapi Yakobus mengatakan kepada kita bahwa Tuhan tidak akan menjawab doa kita jika kita salah dalam berdoa, jika kita datang kepadanya dengan sikap yang salah.

Apa yang dimaksud dengan sikap yang salah dalam berdoa? Sikap yang salah adalah datang kepada Tuhan untuk meminta agar keinginan kita terlaksana.

Para pendoa yang cerdas tidak akan bersikap demikian. Para pendoa yang cerdas akan mengikuti nasehat Rasul Yohanes dalam 1 Yoh 5:14: Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya.

Dengan kata lain, sebelum mengajukan permohonan kepada Tuhan, kita pertama-tama perlu bertanya kepada diri kita sendiri: “Mengapa Tuhan harus MAU menjawab doa kita?”

 

Marilah kita perhatikan bagaimana Daud berdoa dalam Mzm 28.

Ayat 2: Dengarkanlah suara permohonanku, apabila aku berteriak kepada-Mu minta tolong, dan mengangkat tanganku ke arah tempat-Mu yang maha kudus.

Perhatikan,  Daud “minta tolong.” Daud berkata: Aku tidak layak ………. Tetapi aku berharap kepadaMu untuk memperoleh  pertolongan.

Lalu dalam ayat 5a, Daud berkata, ia ingin Tuhan mengganjar musuh-musuhnya karena ……  mereka tidak mengindahkan pekerjaan TUHAN dan perbuatan tangan-Nya.

Dengan kata lain, hukumlah musuh-musuhku ………. Karena orang-orang itu tidak menghargai Engkau seperti yang aku lakukan.

Kemudian dalam ayat 8 dan 9, Daud menyatakan

(8) TUHAN adalah kekuatan umat-Nya dan benteng keselamatan bagi orang yang diurapi-Nya!

(Siapa yang dimaksud dengan orang yang diurapinya? Daud!)

(9) Selamatkanlah kiranya umat-Mu

(Siapa yang dimaksud dengan umat-MU? Daud!)

dan berkatilah milik-Mu sendiri,

(Siapa yang dimaksud dengan milik-Mu sendiri? Daud!)

gembalakanlah mereka dan dukunglah mereka untuk selama-lamanya.

Hanya dalam beberapa ayat yang pendek, Daud menyatakan 3 alasan mengapa Tuhan harus menjawab doanya:

  • Aku datang dengan kerendahan hati minta tolong
  • Tetapi musuh-musuhku tidak menghargai Engkau seperti aku
  • Dan – Hai! Aku adalah seorang umat-Mu, Seorang yang diurapi! Dan aku bisa memperoleh pertolongan-Mu!

Di dalam Alkitab, kita dapat membaca doa-doa dari para pahlawan iman. Dalam hampir setiap doa, selalu ada satu bagian yang dapat menjawab pertanyaan: Mengapa Tuhan harus mau menjawab doaku?

Ada yang mengutip janji Tuhan.

Sdr, jika Tuhan sudah berjanji – maka janji itu adalah sama dengan kehendak Tuhan.

Jika Tuhan sudah berjanji, Ia akan menggenapi-Nya

Janji Tuhan adalah catatan dari apa yang menjadi kehendak-Nya.

Kita semua memiliki sebuah buku yang penuh dengan janji : ALKITAB.

Jadi cara terbaik untuk mengetahui kehendak Tuhan untuk hidup Sdr:

Baca buku itu ……. Pelajari ….. aplikasikan ……dan taatilah.

Lalu, ketika Sdr menghampiri Tuhan dalam doa, Sdr akan tahu permintaan macam apa yang akan dijawab Tuhan.

Sdr, kita sudah mempelajari 2 cara pemikiran yang salah menimbulkan gangguan sinyal dalam doa, yaitu:

  1. Berdoa dengan setengah hati
  2. Memaksakan kehendak pribadi, bukan kehendak Tuhan yang jadi.

 

3. Berdoa Tanpa Iman

Gangguan sinyal ketiga adalah berdoa tanpa iman. Dalam Mazmur 28, Daud berdoa dengan iman.

Ayat 6-7 : (6) Terpujilah TUHAN, karena Ia telah mendengar suara permohonanku. (7) TUHAN adalah kekuatanku dan perisaiku; kepada-Nya hatiku percaya. Aku tertolong sebab itu beria-ria hatiku, dan dengan nyanyianku aku bersyukur kepada-Nya.

Ketika Daud menulis Mazmur ini, ia sedang menjelaskan kepada kita bahwa ia tahu Tuhan sudah mengambil keputusan untuk menjawab doanya,

“TUHAN TELAH MENDENGAR”

“KEPADANYA HATIKU PERCAYA”

“AKU TERTOLONG”

 

Doanya sudah diputuskan, doanya bukan sedang melayang-layang di udara Daud berdoa minta pertolongan.

Namun sekalipun ia sedang berdoa, Daud menyatakan bahwa ia benar-benar berharap Tuhan akan bertindak.

Ia percaya kepada Tuhan. Tidak ada keraguan di dalam hatinya.

Hasil akhirnya sudah diputuskan Dan Daud berdoa dengan cara demikian karena ia telah melihat Tuhan sudah melakukan sebelumnya ……………….. dan ia tahu Tuhan akan melakukannya lagi.

 

Yakobus mengatakan kepada kita bahwa iman adalah suatu elemen yang sangat penting untuk keberhasilan doa. Yak 1:5-8:

(5)Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, –yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit–,maka hal itu akan diberikan kepadanya. (6) Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. (7) Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan. (8) Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya.

 

Ketika kita berdoa, kita harus percaya pada kesetiaan Tuhan.

Kita harus percaya bahwa Tuhan cukup peduli untuk memberikan apa yang sudah kita doakan.

Tetapi jika kita merasa ragu, maka artinya kita sedang mengatakan kepada Tuhan bahwa kita tidak percaya kepada-Nya. Dan kita sedang mengatakan kepada Tuhan bahwa kita meragukan bahwa Ia betul-betul peduli.

 

Sebagai rangkuman, Bp/Ibu, jika Sdr tidak mau mengalami gangguan sinyal dalam berdoa, Sdr perlu menyadari bahwa ada beberapa sikap atau pola pikir yang salah yang harus dihindari.

  1. Berdoa setengah hati
  2. Memaksakan kehendak pribadi, bukan mencari kehendak Tuhan
  3. Berdoa tanpa iman.

 

Masih ada satu ilustrasi yang ingin saya sampaikan.

Pada suatu hari Tony Evans, seorang pengkotbah berkulit hitam, terperangkap dalam sebuah lift yang penuh dengan penumpang,  yang tiba-tiba macet dengan posisi di antara 2 lantai. Beberapa penumpang panik, bahkan ada yang bersikap histeris. Mereka mulai memukul-mukul pintu lift dengan harapan ada orang di luar lift yang mendengar. Penumpang lainnya mulai berteriak-teriak dengan harapan suara mereka akan terdengar oleh orang-orang di lantai yang terdekat.

Tetapi tidak ada seorangpun yang mendengar suara teriakan mereka ataupun bunyi pukulan mereka

Lalu Tony Evans, menyelinap ke depan.  Ia mencari tombol dengan gambar lonceng di samping pintu lift, lalu ia menekan tombol lonceng itu sehingga ia terhubung dengan teknisi.

Ia tidak perlu memukuli dinding lift untuk mencari perhatian orang

Ia tidak perlu berteriak ketika menekan tombol untuk meminta bantuan.

Ia cukup berbicara normal dan teknisi dapat mendengar dia.

Tony Evans berkata, bahwa – di dunia ini, kita akan “terperangkap” di tempat-tempat yang kita tidak merasa nyaman. Beberapa orang mulai memukul-mukul dinding, yang lainnya menangis dalam kecemasan.

Tetapi orang-orang yang percaya pada kuasa doa tahu ada seseorang di seberang sana yang mendengar panggilan mereka dan datang menolong.

Saya ingin menutup renungan ini dengan Ibrani 10:19: Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus.

Bp/Ibu, Yesus sudah membuka jalan bagi kita untuk dapat menghampiri tahta Allah. Karena itu  dengan sepenuh hati dan dengan iman mintalah apapun keinginan Sdr asalkan sesuai dengan kehendak Tuhan.

Artikel oleh: August 11, 2014   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Psalm (Renungan Alkitabiah dari Kitab Mazmur)  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda