Mengasihi Sesama
“Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.” (Markus 12 : 31)
Selain mengasihi Tuhan Allah, maka “Kasihilah sesamamu manusia” merupakan mandat Alkitab dan perintah Tuhan yang harus ditaati; tetapi frase ini belumlah lengkap tanpa tiga kata yang mengikutinya, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Ay. 31). Bila kita rindu untuk menjadi bejana yang mampu mencurahkan kasih Allah kepada orang lain, maka terlebih dahulu kita harus dapat memandang mereka dengan kasih.
Allah begitu mengasihi kita, tanpa memandang tindakan ataupun perasaan kita. Buktinya tertulis di Yohanes 3:16, Allah begitu mengasihi manusia sehingga Dia memberikan Anak-Nya untuk mati bagi dosa-dosa mereka. Dan Dia melakukan hal ini ketika manusia masih menjadi seteru-Nya! (Roma 5:8-10). Meski tidak ada seorang pun yang layak akan pengorbanan yang diberikan Yesus, namun tetap saja dalam pandangan Allah, kita dilayakkan untuk menerimanya. Jadi, jika Dia saja memandang kita sebagai pribadi yang berharga, maka kita pun wajib memandang orang lain dengan cara yang sama.
Bila kita sudah mengalami kasih Allah, seharusnya kita pun terdorong untuk mengasihi sesama kita yaitu setiap orang yang berada di lingkaran pengaruh kita meskipun di antara mereka ada yang lebih mudah untuk kita kasihi dan ada yang lebih sulit. Di dalam Injil, Yesus sering mengulangi perintah ini kepada murid-murid-Nya, karena Dia tahu bahwa mereka akan menghadapi orang-orang dengan berbagai tipe, termasuk orang-orang yang sulit untuk dikasihi. Dan hati kita akan menjadi sama seperti hati Allah ketika kita melihat orang lain, kita mampu bertanya, “Bagaimanakah aku dapat melayani orang ini? Adakah sesuatu yang ia butuhkan yang dapat kuberikan?”
Meski kita akan sering menghadapi orang-orang yang kelihatannya sulit untuk dikasihi, perintah ini tetap berlaku: Kasihilah mereka seperti mengasihi diri sendiri. Ini adalah alat penginjilan yang paling kuat. Jarang ada orang yang menolak kasih yang tulus yang diberikan seseorang yang sebelumnya telah menerima kasih yang sempurna dari Tuhan sumber kasih itu.
Pastikan Anda menjadi pelaku firman, yakni: dengan tulus mengasihi sesama tanpa pamrih!
Artikel oleh: Antonius Mulyanto
August 5, 2014
Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Mark (Renungan Alkitab dari Kitab Markus) Sebarkan
Tulis Komentar Anda