Masalah Hati

Masalah hati

“Jawab-Nya kepada mereka: “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku”.В (Markus 7 : 6)

 

Ada banyak orang mengenal Tuhan dan bertobat, bukan karena argumentasi doktrin dan ajaran, melainkan karena tersentuh oleh kebaikan hati seseorang yang menjalankan hidupnya sebagai totalitas ibadah. Agustinus seorang bapak gereja tersohor, ia adalah seorang ahli filsafat. Kita mungkin membayangkan ketika ia menjadi seorang kristiani pastilah melalu perdebatan logika serius dengan Uskup Ambrosius. Kenyataannya tidak. Agustinus berkata bahwa kebaikan Ambrosiuslah yang mengubah kehidupannya; bukan argumentasi ilmiah.

Namun, sayangnya apa yang seharusnya tidak menjadi apa yang nyata. Yang ideal, yang dulu diwanti-wanti Musa semakin luntur, orang Farisi dan ahli Taurat terjebak dalam seremoni dan tradisi. Beratus tahun kemudian orang Yahudi pada zaman Yesus lebih mengutamakan ritual tradisi ketimbang hakekat dalam ibadah.В  Mereka lebih suka memelihara tradisi nenek moyang secara harafiah dan enggan menggali makna. Akibatnya memandang ritual dan tradisi itu adalah segalanya.В  Padahal Tuhan tidak hanya melihat tampak luarnya saja melainkan dan yang terutama adalah apa yang terkandung dalam hati seseorang. Hati itulah sebenarnya yang menentukan seseorang beribadah dengan sungguh-sungguh atau tidak. Hati manusia sangat menentukan dalam tindakan seseorang.

Bagi Yesus, percuma orang melakukan ibadah tetapi hatinya tidak tulus.  Percuma saja kalau ibadah itu dipakai sebagai topeng kesalehan.  Orang Farisi dan ahli Taurat menganggap dirinya bisa menutupi hati mereka dari khalayak dengan memanipulasi aturan-aturan agama sehingga mereka seolah-olah sedang melakukan kehidupan “penyembah sejati”. Kenyataannya, semua ritual itu pada akhirnya tidak akan menutupi niat hati seseorang. Jika niatnya jahat, ditutupi dengan cara apa pun, buahnya kelak akan terlihat. Jika hati kita terselip niat jahat, mungkin orang di sekeliling kita bisa dikelabui dengan ritual kesalehan. Tapi ingatlah bahwa Tuhan tidak dapat dibohongi. Bahkan hati kita sendiri tidak dapat dibohongi!

 

Ketulusan hati dalam beribadah tidak hanya menjadi berkat bagi diri sendiri, tapi juga membawa dampak bagi orang lain.

Artikel oleh: July 25, 2014   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Mark (Renungan Alkitab dari Kitab Markus)  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda