Tanah Yang Subur

israel-1354134716

“Dan akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali lipat.” (Markus 4 : 20)

 

Tuhan Yesus mengumpamakan firman itu sebagai benih. Benih itu memiliki kuasa untuk bertumbuh dan berbuah dari dalam dirinya sendiri. Namun demikian, tempat di mana benih itu ditabur memiliki peran penting dalam menentukan bagaimana pertumbuhan dari benih itu. Kita tidak memiliki kuasa dalam membuat benih itu mengeluarkan akar. Kita juga tidak memiliki kuasa untuk membuat benih itu bertumbuh.  Kita dapat menanam benih itu dalam kondisi dimana ia akan bertumbuh. Kondisi-kondisi itu bukan kita yang tentukan.  Jika kita ingin benih bertumbuh maka yang kita lakukan adalah mempelajari kondisi apa yang dapat membuat benih itu bertumbuh kemudian manaruhnya dalam kondisi itu. Jika itu yang terjadi, dengan sendrinya benih itu akan bertumbuh dan berakar.

Demikian juga dengan Firman Allah. Firman Allah itu memiliki kuasa untuk bertumbuh dari dalam dirinya sendiri, sama seperti benih itu.  Diri kita adalah tempat dimana Firman Allah itu ditabur. Seperti benih itu, kita tidak dapat membuat Firman Allah itu berakar atau bertumbuh. Yang dapat kita lakukan adalah menaruh Firman Allah itu dalam kondisi dimana ia akan berakar dan bertumbuh.

Hati manusia adalah tanah tempat Firman Allah ditabur. Tidak ada tanah yang terlalu jelek sehingga tidak ada harapan untuk pertumbuhan Firman Allah. Kita mungkin berpikir: “Yang nggak lah, ada dong tanah yang subur dan yang tidak. Tanah yang baik dan tanah yang tidak baik.” Jika kita memiliki pikiran seperti itu, maka sebaiknya kita melihat kondisi pertanian Indonesia dan Jepang. Fakta bahwa Jepang yang tandus sanggup menghasilkan buah-buah yang lebih baik daripada Indonesia yang subur. Hal itu mengajarkan kepada kita bahwa: “Ini semua bukan masalah tanahnya tetapi masalah orang yang menggarap tanahnya”.

Sungguh yang menjadi masalah bukanlah seberapa rusak atau baik keadaan kita sekarang tetapi seberapa giat kita untuk terus menggarap “tanah hidup” kita atau diri kita, agar menjadi tempat dimana Firman Allah itu akan bertumbuh dengan subur.

 

Tanamlah benih Firman itu pada tanah hati yang subur!

Artikel oleh: July 18, 2014   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Mark (Renungan Alkitab dari Kitab Markus)  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda