JALAN YANG DIRANCANG DENGAN TUJUAN KHUSUS

Pimpinan Tuhan

Ulangan 8: 2 – 18

By: Inawaty Suwardi

Mengawali renungan hari ini, izinkan saya bertanya, kapan terakhir kali anda duduk bersama sekeluarga,  mengenang perjalanan hidup keluarga anda sampai saat ini? Kapan terakhir kalinya anda menggali album foto-foto lama dan mengenang ulang tahun, liburan, wisuda, dll.

Setengah bulan lagi Pak Rudy dan saya akan merayakan 34 tahun pernikahan kami. Kami telah mendapat banyak pengalaman bersama sejak tanggal 1 Juni 1980, ada yang manis dan tentu saja ada juga yang pahit. Kami pernah tinggal berdua saja di Jakarta  selama 11 tahun karena putri kami satu-satunya studi di luar negri. Tapi sekarang kami sudah bersama-sama lagi. Bahkan sekarang kami mendapat titel yang berharga, yaitu “Oma” dan “Opa”.

Renungan hari ini juga memberi inspirasi kepada saya, betapa indahnya duduk bersama suami mengenangkan 34 tahun perjalanan hidup keluarga kami. Banyak di antara kita tidak memiliki cukup waktu untuk mengenangkan masa lalu. Kita terlalu sibuk dengan berbagai kegiatan sehingga tidak sempat menarik pelajaran yang berharga dari pengalaman-pengalaman kita.

Dalam teks bacaan kita hari ini, Musa melakukannya dengan bangsa Israel. Selama 40 tahun mereka berada dalam suatu perjalanan bersama-sama. Mereka telah mendapat beberapa pelajaran berharga yang tidak dapat dilupakan. Perjalanan mereka hingga saat itu bukan hanya tentang masa lalu, tetapi juga menjadi persiapan untuk hari ini dan besok. Musa akan segera pulang ke Surga. Bangsa Israel sedang bersiap menyeberangi Sungai Yordan untuk masuk ke Tanah Perjanjian.

Pada ayat 2 Musa mengajak bangsa Israel untuk berjalan bersama-sama di sepanjang jalan kenangan. Kegiatan ini bukanlah suatu perjalanan yang sentimentil. Ini adalah perintah. Kegiatan ini adalah suatu peringatan tentang apa yang telah dipelajari selama 40 tahun. Lihatlah apa yang dikatakan Musa kepada bangsa Israel dalam ayat 2: “Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini ……….”  Ayat 2 ini dalam Alkitab Bahasa Indonesia Sehari Hari dinyatakan demikian: “Ingatlah! Empat puluh tahun lamanya TUHAN Allahmu memimpin kamu dalam perjalanan jauh melewati padang gurun……….”

Kemampuan untuk mengingat adalah suatu karunia yang sangat indah dari Tuhan.

Kemampuan untuk memahami makna dari pengalaman adalah suatu karunia yang menakjubkan dari Tuhan.

“Ingatlah”  kata Musa.

“Pertama-tama ingatlah bahwa Tuhan telah memimpin kalian. Pengalaman kalian selama 40 tahun terakhir bukanlah suatu kebetulan. Mata Tuhan selalu tertuju kepada kalian. Tuhan mengawasi perjalanan kalian.  Tuhan sedang melakukan sesuatu yang penting bagi kalian pada tahun-tahun itu. Ada tujuan Ilahi di belakang semua kejadian yang kalian alami.”

 

Daud tahu bahwa Tuhan memimpin hidupnya sehingga ia membuat Mazmur 23,  “(1) Tuhan adalah gembalaku …………… (2) Ia membimbing aku ke air yang tenang. (3) Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar ………….. “

Yeremia juga mengakui pimpinan Tuhan dalam hidupnya. Hal ini dinyatakannya ketika ia berdoa dalam Yer 10:23: “Aku tahu, ya TUHAN, bahwa manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya.”

Mzm 37:23 “Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya”

Musa ingin agar bangsa Israel mengakui bahwa Tuhan yang memimpin dalam hidup mereka. Ada 2 aspek dalam pimpinan Tuhan tersebut:

 

1. Bagaimana Tuhan memimpin mereka

Cara Tuhan memimpin orang Israel sarat dengan pelajaran.  Caranya adalah dengan perpaduan antara kesulitan dan campur tangan Ilahi. Antara kelaparan dan pemeliharaan.

 

Ayat 3 mengatakan : “Jadi Ia ………….., membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, ………………….”

 

Ayat ini memberitahukan kepada kita bahwa pada satu sisi, Tuhan mengijinkan bangsa Israel menderita kelaparan. Tuhan memimpin mereka di padang gurun – bukan di  taman firdaus, bukan di negeri yang sejuk dan penuh dengan madu, melainkan di padang gurun yang kering dan berdebu. Di padang gurun tidak ada kelimpahan makanan. Anda tidak dapat begitu saja memetik pisang dari pohonnya. Anda juga tidak dapat berburu rusa ataupun  memetik kelapa di padang gurun. Bahkan air pun sulit didapat.

 

Musa menggambarkan keadaan tersebut dalam ayat 15: “Tuhan memimpin engkau melalui padang gurun yang besar dan dahsyat itu, dengan ular-ular yang ganas serta kalajengkingnya dan tanahnya yang gersang, yang tidak ada air.”

 

Saya yakin bahwa Tuhan yang sama yang sudah membelah Laut Merah mampu dengan satu ketukan saja mengusir semua ular dan kalajengking dari padang gurun itu. Tetapi Ia tidak melakukannya. Sebaliknya Tuhan mengijinkan bangsa Israel berjuang menghadapi ular dan kalajengking, berjuang mengatasi kelaparan dan kehausan.

 

Mengapa Tuhan tidak menghilangkan semua kesulitan dalam hidup anda dan saya? Mengapa Tuhan tidak membunuh si iblis sehingga semua urusan selesai? Mengapa Tuhan memimpin hidup kita dengan caranya yang khusus ini? Tuhan tentu saja mempunyai tujuan untuk anda dan saya.

 

Kita tahu tentang beberapa perjuangan yang dialami bangsa Israel di padang gurun. Ada kalanya mereka berpikir bahwa mereka akan mati kehausan. Di Meriba (Keluaran pasal 17) bangsa Israel merasa panik dan akan melempari Musa dengan batu. Mereka berpikir bahwa mereka akan mati kehausan pada saat itu di tempat itu. Tetapi apa yang terjadi? Tuhan campur tangan dan memberi air dari batu karang. Ayat 15b dan 16: “(15b) Dia yang membuat air keluar bagimu dari gunung batu yang keras, (16) dan yang di padang gurun memberi engkau makan manna, yang tidak dikenal oleh nenek moyangmu,…………..”

 

Bangsa Israel tidak memiliki lemari yang penuh dengan pakaian. Tetapi ayat 4 mengatakan: “Pakaianmu tidaklah menjadi buruk di tubuhmu dan kakimu tidaklah menjadi bengkak selama empat puluh tahun ini.”

 

Demikianlah, mereka mendapat kombinasi pengalaman yang sangat menarik. Pada satu sisi, Tuhan mengijinkan mereka mengalami kelaparan dan kehausan. Tetapi pada sisi yang lain, Tuhan dengan cara yang ajaib memberikan manna bagi mereka untuk dimakan. Secara ajaib juga Tuhan memberi air kepada mereka.

 

Kombinasi yang sama kita temui di seluruh bagian Alkitab.

  • Tuhan memberikan keturunan kepada Abraham – tetapi Abraham memperolehnya setelah periode penantian yang sangat panjang, jauh lebih panjang dari pengharapannya.
  • Mimpi Yusuf direalisasikan, namun setelah tahun-tahun yang dilaluinya sebagai budak dan narapidana.
  • Musa menjadi pemimpin kebebasan orang Israel. Tetapi hal itu terjadi setelah pengalaman-pengalaman yang merendahkan dirinya selama 40 tahun di padang gurun sebagai seseorang yang bukan siapa-siapa.
  • Kita semua tahu perjalanan Daud menuju tahta dan bagaimana ia berjuang sebagai seorang raja
  • Kita tahu  tentang Yeremia.
  • Kita tahu  tentang semua rasul.
  • Rasul Paulus memiliki sejumlah besar visi dan wahyu. Melalui Paulus Tuhan menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, mengubah hidup orang banyak yang semula berada di bawah penguasaan Iblis menjadi hidup yang kaya di dalam Tuhan. Di Pulau Malta, orang-orang menyebut Paulus sebagai dewa. Tetapi pada kesempatan lain, di Damsyik, teman-temannya harus menurunkannya dalam sebuah keranjang dari sebuah tingkap ke luar tembok kota agar ia terluput dari penangkapan raja Aretas. Karena itu ia dapat mengatakan dalam Flp 4:12 (Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari): “Saya sudah mengalami hidup serba kekurangan, dan juga hidup dengan berkelebihan. Saya sudah mengenal rahasianya untuk menghadapi keadaan yang bagaimanapun juga; baik keadaan makmur maupun keadaan miskin, baik keadaan mewah maupun keadaan berkekurangan.”

Izinkan saya bertanya kepada anda: “Apakah anda juga mengalami pola yang sama dalam hidup anda?” Pada satu sisi, persoalan muncul dan tampak begitu berat, dan anda sepenuhnya sadar akan keterbatasan dan  ketidakberdayaan diri anda. Tetapi di sisi lain, ada jawaban-jawaban doa yang ajaib. Jawaban doa yang menghapus keraguan terhadap  kebaikan dan pemeliharaan Tuhan.

2 Kor 4: 7-10 (7) Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. (8) Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; (9) kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. (10) Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.

Apakah anda kadang-kadang merasa heran mengapa Tuhan tidak memberikan perjalanan yang lebih mudah? Tetapi tidakkah anda juga merasakan bahwa Tuhan itu setia pada waktu anda memanggil Dia ketika anda membutuhkan-Nya?

 

2. Mengapa Tuhan memberikan perpaduan kesulitan dan pemeliharaan dalam hidup mereka?

Alasannya jelas ada di dalam ayat 2: “Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak.”

Pengalaman bangsa Israel dibuat oleh Tuhan sedemikian rupa untuk mendewasakan kerohanian mereka. Pada waktu mengalami tekanan, mereka akan menyadari di tingkat mana kerohanian mereka berada.

Kita semua akan terlihat baik-baik saja ketika segala sesuatu berjalan lancar dan tenang. Hidup kita tampaknya mudah. Tetapi kita akan lebih mengenali diri kita sendiri ketika pencobaan datang.

Tuhan memimpin kita melalui berbagai pengalaman supaya kita dapat menyadari betapa tergantungnya diri kita kepada Tuhan. Kita tidak akan menjauhkan diri dari Tuhan, tetapi akan mendekat kepada-Nya dengan rendah hati dan dengan keinginan untuk bergantung kepada-Nya.

Orang-orang Israel belajar mengenai banyak hal di padang gurun. Pelajaran itu tidak akan mereka dapatkan apabila mereka berada di Taman Firdaus.

Ayat 5: “Maka haruslah engkau insaf, bahwa TUHAN, Allahmu, mengajari engkau seperti seseorang mengajari anaknya.”

Kehidupan kita ini adalah suatu tempat belajar untuk masuk ke kekekalan. Tuhan sedang membentuk kita agar menjadi semakin serupa dengan Anak-Nya. Tuhan sedang mempersiapkan kita untuk menerima kemuliaan. Pengalaman-pengalaman yang sudah kita lewati sampai hari ini adalah persiapan untuk berkat yang akan diberikanNya kepada kita besok.

Lihatlah tujuan Tuhan yang dinyatakan pada ayat 16: “…………..supaya direndahkan-Nya hatimu dan dicobai-Nya engkau, hanya untuk berbuat baik kepadamu akhirnya.”

Tuhan tidak pernah bermaksud meninggalkan bangsa Israel di padang gurun. Tuhan selalu mempunyak maksud untuk memberkati anak-anak-ya.

Ayat 7-8: (7) Sebab TUHAN, Allahmu, membawa engkau masuk ke dalam negeri yang baik, suatu negeri dengan sungai, mata air dan danau, yang keluar dari lembah-lembah dan gunung-gunung; (8) suatu negeri dengan gandum dan jelainya, dengan pohon anggur, pohon ara dan pohon delimanya; suatu negeri dengan pohon zaitun dan madunya; 9) suatu negeri, di mana engkau akan makan roti dengan tidak usah berhemat, di mana engkau tidak akan kekurangan apapun; suatu negeri, yang batunya mengandung besi dan dari gunungnya akan kaugali tembaga.

Hambatan paling besar untuk menerima berkat dalam hidup kita bukanlah Iblis. Hambatan terbesar terhadap berkat adalah kecenderungan diri kita untuk tinggi hati. Hanya melalui pekerjaan Roh Kudus dalam hidup kita, kesombongan dapat diatasi sehingga kita dapat mengelola berkat-berkat Tuhan. Tuhan mengingatkan bangsa Israel akan bahaya kesombongan.

Ul 8:10-14 “(10) Dan engkau akan makan dan akan kenyang, maka engkau akan memuji TUHAN, Allahmu, karena negeri yang baik yang diberikan-Nya kepadamu itu. (11) Hati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN, Allahmu, dengan tidak berpegang pada perintah, peraturan dan ketetapan-Nya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini; (12) dan supaya, apabila engkau sudah makan dan kenyang, mendirikan rumah-rumah yang baik serta mendiaminya, (13) dan apabila lembu sapimu dan kambing dombamu bertambah banyak dan emas serta perakmu bertambah banyak, dan segala yang ada padamu bertambah banyak, 14) jangan engkau tinggi hati, sehingga engkau melupakan TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan,”

Tidak seorangpun di antara kita yang dengan sadar ingin bersikap sombong. Tetapi Tuhan mengenal hati kita lebih dari kita sendiri. Tuhan lebih tahu akan bahaya dari kesuksesan daripada kita sendiri. Karena itu Ia mempersiapkan kita.

Ul 8:17-18: “(17) Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. (18) Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini.”

Salah satu cara yang paling baik untuk tetap memiliki perspektif yang benar dalam hidup ini adalah bersyukur. Mzm 136:1 “Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.”

Apakah anda bersyukur pagi hari ini?

Apakah anda merasakan hikmat dari pimpinan Tuhan dalam hidup anda?

 

Persekutuan orang percaya yang dilakukan di hadirat Tuhan, seperti yang kita lakukan saat ini, adalah saat-saat yang paling berharga dalam hidup kita.

Pada saat-saat seperti ini kita mengingat dan mengakui Sumber dari segala berkat di dalam hidup kita.

Pada saat-saat seperti ini kita dapat menyesuaikan fokus hidup kita dan menjaga perspektif yang benar dalam hidup kita.

 

Saya akan menutup renungan pagi ini dengan Firman Tuhan dari Rm 8:28-29

(28) Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (29) Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.

 

Artikel oleh: June 17, 2014   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Deuteronomy (Renungan Alkitabiah dari Kitab Ulangan)  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda