Hati Yang Berbelas-kasihan

Hati Yang Berbelaskasihan

“Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: “Jangan menangis!” (Lukas 7 : 13)

 

Lukas menjelaskan dengan rinci keadaan ibu yang ditinggal mati anaknya itu adalah seorang janda dan anak muda itu adalah anak tunggalnya. Dalam budaya Yahudi, janda yang ditinggal anak tunggalnya adalah orang yang harus dilindungi, bahkan tidak jarang dalam PL, janda dan anak yatim disebutkan sebagai kelompok orang yang harus diutamakan dan ditolong.  Penderitaan yang sangat berat dalam PL sering digambarkan seperti kematian anak tunggal bagi seorang janda (Yer.6:26; Amos 8:10). Kepada orang-orang seperti inilah Allah menaruh belas kasihan.

Kata Yunani ‘tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan’ memiliki arti yang sangat dalam. Kata ini digunakan 12 kali dalam Injil dan selalu menunjuk pada Kristus. Penulis Lukas rupanya dengan sengaja menggunakan kata ini untuk menghapus konsep yang banyak diterima masyarakat pada waktu itu.  Para filsuf Yunani meyakini bahwa sifat Allah yang utama adalah apathea atau tidak sanggup merasakan sesuatu. Dengan demikian Allah tidak dapat dipengaruhi. Bagi mereka, pribadi yang dapat dipengaruhi hanyalah pribadi yang lemah.  Tetapi Allah kita tidaklah demikian.  Ia bisa merasakan penderitaan manusia, namun Ia tidak dibuat menjadi lemah karenanya. Hal ini terbukti dengan kuasa Yesus membangkitkan anak muda tersebut.

Kesediaan Yesus untuk menyentuh jasad anak muda itu menunjukkan ungkapan belas kasihan yang mendalam dan keterlibatan Yesus dalam penderitaan janda tersebut; meskipun itu membuat Yesus ‘tidak suci’ menurut pandangan masyarakat Yahudi yang hadir pada waktu itu (Bil. 19:11). Yesus memang melakukan lebih dari apa yang dapat kita lakukan, Ia mampu membangkitkan anak tersebut. Tapi cara Yesus menunjukkan belas kasihanNya dapat kita ikuti.  Kita pun dapat menunjukkan ‘sentuhan-sentuhan’ yang sama kepada mereka yang menderita.

 

Tangan yang terulur, bahu yang tegar, telinga yang mendengar, kaki yang melangkah mendekat, terkadang lebih sanggup menyatakan belas kasihan daripada seribu kata-kata yang kita keluarkan.

 

Artikel oleh: March 5, 2014   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Luke (Renungan Alkitabiah dari Kitab Lukas)  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda