Sikap Hati Menyambut Natal

Bacaan Alkitab: Matius 2:1-12

with heart

Seorang wanita bangsa Yahudi yang bernama Nyonya Rosenberg tiba di sebuah tempat rekreasi pada suatu malam yang sangat larut.Tempat rekreasi tersebut tidak menerima tamu bangsa Yahudi. Petugas check-in di hotel tersebut membuka komputernya dan berkata, “Maaf, Ibu, tidak ada kamar, hotel ini sudah penuh.”Wanita Yahudi itu berkata, “Tapi pengumuman di depan hotel menyatakan masih ada kamar kosong.”Petugas hotel itudengan terbata-bata menjawab dengan singkat, “Apakah Ibu tidak tahu bahwa kami tidak menerima tamu bangsa Yahudi? Saya persilahkan Ibu untuk mencari penginapan di bagian lainkota ini………….”Wajah Nyonya Rosenberg terlihat tegang dan berkata, “Sdr perlu tahu bahwa saya sudah menjadi Kristen.”Petugas hotel itu berkata, “Oh begitu, ijinkan saya untuk menguji Ibu. Dengan cara bagaimanakah Yesus dilahirkan?”
Nyonya Rosenberg menjawab, “Ia dilahirkan oleh seorang perawan yang bernama Maria di sebuah kota kecil yang disebut Betlehem.””Betul sekali,” jawab petugas hotel itu.”Ceritakanlah lebih banyak lagi.”
Nyonya Rosenberg menjawab, “Ia dilahirkan di sebuah palungan.”
“Betul,” kata petugas hotel itu.”Lalu apa sebabnya ia dilahirkan di sebuah palungan?”
Nyonya Rosenberg berkata dengan lantang, “Karena seorang petugas hotel yang brengsek seperti kamu tidak mau memberikan kamar kepada seorang wanita bangsa Yahudi pada malam itu!”

Saudara, perikop yang kita baca pagi ini sudah sangat dikenal oleh kita sekalian.Kisah tentang orang-orang majus adalah sebuah kisah tentang kasih, tentang penyembahan dan pemujaan.Mereka mewakili kaum ningrat pada zaman itu – orang-orang kaya, terpelajar dan memiliki pengetahuan tinggi. Mereka berharga bagi Tuhan.

Sekarang saya akan membacakan kisah lain di dalam Lukas 2 mulai dengan ayat 8.(BACA LUK 2: 8 – 15)

Entah mengapa, ketika kita mendengar kisah tentang para gembala yang datang ke palungan untuk menjumpai bayi Yesus, ada perasaan hangat di dalam hati.Seorang malaikat Tuhan memberitakan tentang kelahiran Yesus kepada para gembala.Jika Tuhan memberi perintah kepada malaikat untuk memberitakan tentang kelahiran Yesus kepada mereka, tentu saja para gembala itu penting bagi Tuhan. Jika gembala itu dinilai penting bagi Tuhan, maka kita juga penting artinya bagi Tuhan. Tuhan mengasihi orang-orang biasa, artinya Tuhan mengasihi Sdr dan saya.

Setiap kali kita merenungkan kisah tentang orang-orang majus dan para gembala, kita selalu melihat adegan-adegan tentang kasih, suka-cita dan penyembahan.
Tetapi ketika kita merenungkan tentang Raja Herodes, kita melihat kegelapan, kebencian dan kematian. Dalam Matius 2:16 kita membaca suatu pernyataan yang mengerikan:
“Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu.”

Mengapa ada orang yang memberikan reaksi seperti apa yang dilakukan oleh Herodes? Mengapa sebagian orang dipenuhi dengan kasih dan suka-cita, sedangkan yang lainnya dipenuhi dengan kegelapan dan putus asa?

Sdr, Kita bisa belajar sesuatu mengenai hal itu dengan merenungkan apa yang dikatakan oleh Alkitab mengenai gembala-gembala, orang majus dan Herodes.
Dengan mempelajari kisah mereka, barangkali Natal akan memberikan makna lebih bagi kita semua.

1. TUHAN BEKERJA MELALUI ORANG-ORANG YANG SIAP UNTUK MENYAMBUT PESAN-NYA
Pelajaran pertama:  Mengapa Tuhan memilih para gembala dan orang-orang majus untuk mendengar berita yang hebat tentang kelahiran Yesus?  Karena mereka siap menyambut  peristiwa itu. Tanah di dalam jiwa mereka sudah dibajak dan disiapkan untuk ditanami kabar yang mulia itu.

Siapa yang memiliki pemahaman yang lebih baik tentang gagasan pengorbanan, selain para gembala?
Apakah Sdr tahu bahwa Betlehem sangat dekat jaraknya dari Yerusalem? Jarak antara dua kota tersebut hanya beberapa kilometer saja. Kedua kota tersebut dipisahkan oleh bukit-bukit di mana para gembala menggembalakan dombanya.

Sejarah menjelaskan kepada kita bahwa banyak domba digembalakan di bukit-bukit di antara Yerusalem dan Betlehem.  Domba-domba itu dipelihara secara khusus untuk digunakan sebagai korban di Bait Allah di Yerusalem. Sdr tahu, setahun sekali setiap keluarga Yahudi harus datang ke Yerusalem untuk mempersembahkan korban di Bait Allah untuk menebus dosa-dosa mereka. Dan hewan yang mereka korbankan pada umumnya adalah domba.

Mereka tidak membawa domba korban dari kampung halaman mereka  ke Yerusalem. Tetapi, mereka menunggu sampai tiba di Yerusalem, lalu membeli seekor domba untuk dipersembahkan sebagai korban.

Karena itu para gembala tahu mengenai pengorbanan.
Para gembala menghabiskan hidupnya di bukit-bukit di luar kota Betlehem, mengamati domba kecil dilahirkan. Mengamati domba-domba itu  tumbuh dewasa dan mereka menyadari bahwa pada suatu hari nanti seorang imam akan datang dan membeli mereka dan membawa mereka ke Bait Allah untuk dipersembahkan sebagai korban penebus dosa dari jemaat.

Para gembala menyadari bahwa dosa itu begitu mengerikan dalam pandangan Tuhan sehingga untuk pengampunan diperlukan adanya darah yang ditumpahkan dan ada kehidupan yang diserahkan.
Jadi, memang sangat tepat, bahwa para gembala tersebut harus menjadi orang pertama yang mendengar kabar tentang  lahirnya “Anak Domba Allah”  yang akan menjadi “Juru Selamat, Tuhan Yesus Kristus.”

Mereka siap untuk menyambut peristiwa  itu. Pikiran mereka tidak rumit. Mereka bukanlah ahli-ahli Theologi. Mereka tidak mencari-cari alasan untuk tidak percaya. Mereka percaya begitu saja. Hati dan jiwa mereka siap dan ketika Tuhan berbicara melalui para malaikat, mereka mendengarkan dan menerima berita itu dengan suka-cita yang besar.

Orang-orang majus juga siap menyambut kelahiran Yesus.
Mereka telah mempelajari tentang nabi-nabi besar di Israel.Tidak dapat diragukan lagi bahwa mereka berasal dari wilayah yang mendapat pengaruh yang besar dari nabi Daniel. Rupanya orang-orang majus itu berasal dari Babel, yang saat ini disebut Irak. Mereka mungkin saja memiliki nubuatan Daniel yang tidak kita ketahui sekarang ini.

Tetapi mereka menunggu dan berharap. Dan ketika mereka melihat cahaya yang terang, bintang yang bersinar, mereka tahu bahwa itu adalah tanda dari sesuatu yang istimewa. Mereka mengingat-ingat lagi semua hal yang sudah mereka pelajari dan mereka siap untuk melakukan perjalanan, karena mereka tahu bahwa bintang itu merupakan pertanda bahwa di suatu tempat, seorang raja sudah dilahirkan dan mereka ingin menyembah Dia.
Mereka siap untuk menyambut Natal.

Tetapi raja Herodes sebaliknya, ia tidak siap.
Apakah Sdr bertanya-tanya mengapa Herodes tidak melihat bintang itu?
Jika bintang itu cukup terang bagi para orang majus  di negeri yang jauh, seharusnya bintang itu juga cukup terang untuk dilihat juga oleh Herodes.

Mengapa Herodes tidak mendengar berita kelahiran dari para malaikat?
Mengapa ia tidak melihat bahwa surga berhias pada malam Natal pertama itu?
Seharusnya ia bisa melihatnya. Tetapi ia tidak mempunyai mata untuk melihat. Ia juga tidak mempunyai telinga untuk mendengar.

Natal datang kepada Herodes seperti juga datang kepada para orang majus dan para gembala. Tetapi Herodes tidak mengetahuinya karena Herodes tidak siap.

Apakah Sdr paham, jika Sdr menolak Yesus; jika Sdr mengabaikan apa yang telah diperbuat oleh Tuhan melalui Yesus Kristus, maka Natal akan datang pada tanggal 25 Desember seperti biasanya, tetapi hal itu  hampir tidak membawa arti apa-apa bagi Sdr karena hati Sdr dingin dan tidak sensitif terhadap apa yang ingin dilakukan Tuhan di dalam hidup kita.

Natal hampir tiba.
Apakah Sdr siap?
Apakah hati Sdr lembut?
Apakah telinga Sdr sensitive?
Apakah Sdr dapat mendengar Tuhan yang sedang memberitahukan kepada Sdr bahwa Dia mengasihi Sdr?

2. MEREKA MAU MENEMPUH PERJALANAN IMAN UNTUK BERTEMU DENGAN YESUS
Pelajaran kedua: Ketika mereka mendengar berita, orang-orang majus dan para gembala mau melangkah dan menempuh perjalanan iman, tetapi Herodes tidak.

Saya menyukai tanggapan dari para gembala. Setelah para malaikat itu kembali ke surga, para gembala berkata satu kepada yang lain, “Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana.”
Mereka tidak berkata, “Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apakah berita itu benar.” Mereka tidak meragukan pesan dari Tuhan.Mereka tidak meragukan pengumuman dari para malaikat. Mereka tidak duduk-duduk saja dan merenungkan berita itu sebagai suatu hal yang mustahil atau secara logika tidak masuk di akal.
Tidak, mereka bergegas ke Betlehem untuk melihat bayi itu. Kepergian mereka adalah suatu perjalanan iman.

Bagaimana dengan para orang majus?
Apakah Sdr pernah menempatkan diri Sdr pada posisi mereka?
Apakah Sdr dapat membayangkan mereka sedang berdiri di halaman rumah mereka dan mempersiapkan unta-unta mereka untuk perjalanan yang panjang? Mereka mengisi pelana mereka dengan makanan dan pakaian, emas, kemenyan dan mur.

Pada waktu itu beberapa tetangga mereka mungkin lewat dan bertanya, “Sedang apakah kalian?” Orang-orang majus itu menjawab, “Kami bersiap-siap untuk melakukan perjalanan.” “Mau kemanakah kalian?” “Terus terang saja, kami juga tidak tahu. “Apakah kalian membawa peta?” “Tidak, kami akan mengikuti bintang.”

“Oh! Apa yang akan kalian lakukan sesampainya di sana?” “Kami akan melihat seorang raja.” “Siapa nama raja itu?” “Kami tidak tahu. Yang kami tahu adalah bahwa kami sudah melihat bintang-Nya dan kami akan mengikuti bintang itu karena bintang itu akan membawa kami kepada-Nya, lalu kami akan menyembah Dia.”

Itu adalah suatu perjalanan iman! Iman tidak masuk akal bagi orang yang tidak tahu tentang pesanitu.
Itu adalah perjalanan iman. Iman hanya dapat dijelaskan oleh hati yang mengerti apa artinya iman.

Tetapi bagi Herodes tidak ada iman. Ia mendengar berita itu dari para orang majus. Orang-orang majus datang ke istana Herodes dan bertanya, “Di manakah Dia raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.”

Ketika Herodes mendengar hal ini, Herodes terkejut.”Dimana? Dimana ada seorang raja? Aku belum pernah mendengar ada raja yang  lain.  Segera ia mengumpulkan semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi. Mereka memberitahu Herodes bahwa para nabi sudah bernubuat tentang Mesias, Kristus, yang akan dilahirkan di Betlehem.
Sdr tahu kisah selanjutnya.
Herodes menyuruh para orang majus itu ke Betlehem. Ia mempunyai kesempatan untuk menyelidiki tentang raja baru itu. Tetapi ia tidak memiliki mata iman. Ia juga tidak memiliki hati yang percaya. Maka, meskipun Sang Raja dilahirkan beberapa kilometer jauhnya dari istananya, ia tidak siap untuk menerima Dia karena tidak ada iman di dalam hatinya.

Banyak hal yang tidak dapat dijelaskan.
Sdr tidak dapat menjelaskan mengapa seorang perawan melahirkan.
Sdr tidak dapat menjelaskan bahwa surga berhias dan para malaikat mengumumkan lahirnya seorang raja.
Sdr tidak dapat menjelaskan sebuah bintang yang misterius bersinar di langit.
Sdr tidak dapat menjelaskan semua drama dan kemuliaan dan tanda-tanda heran.
Semuanya iItu adalah suatu hal yang sifatnya Ilahi.
Kejadian itu hanya bisa dipahami dengan hati dan pikiran yang memiliki iman.

Sebelum Natal menjadi nyata bagi kita, perjalanan kita haruslah perjalanan iman juga.
Kita harus menyadari bahwa kita tidak akan pernah mengerti secara lengkap keajaiban dari kasih Allah, tetapi dalam iman kita harus siap menerimanya.

3. MEREKA MAU MEMBAYAR HARGA DAN MEMBERI PENGORBANAN
Pelajaran terakhir: orang majus dan para gembala mau membayar harga dan memberi pengorbanan.

Bayangkanlah para gembala.
Ketika mereka berkata, “Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana,” itu adalah keputusan yang penting bagi mereka. Pada waktu mereka pergi ke Betlehem mereka harus meninggalkan domba-domba mereka. Semua harta mereka berada dalam bentuk domba-domba itu. Pada malam hari serigala bisa datang dan menyerang serta membunuh domba-domba mereka.

Jadi diperlukan iman. Mereka harus berkata, ” Kami akan meninggalkan semua yang kami punya untuk mencari Domba Allah, dan kami akan mempercayakan kawanan domba kami kepada Gembala yang Baik yang akan menjaga mereka.”

Saya selalu berharap bahwa ketika mereka pulang kembali ke padang, mereka akan menemukan semua domba-dombanya aman dan baik-baik saja, dan sejak saat itu Tuhan akan memberkati mereka dengan cara-cara yang tidak pernah mereka mimpikan, karena mereka mau menyerahkan segala sesuatunya ke dalam tangan Tuhan.

Orang-orang majus juga membayar harga.
Mereka meninggalkan keluarga mereka, bisnis mereka dan semua hal lain yang disukai mereka. Mereka meninggalkan semuanya untuk mengikuti sebuah bintang – untuk melakukan suatu perjalanan yang aneh dan mungkin berbahaya – hanya untuk memberikan penghormatan kepada raja baru.Selain itu mereka juga memberi persembahan.

Mat 2:11b “Mereka-pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.” Mereka tahu bahwa memberi persembahan adalah bagian dari penyembahan yang sejati.

Ada sebuah kisah yang menyentuh hati.
Pada suatu hari Minggu pagi selepas kebaktian di gereja, seorang anak laki-laki, murid Sekolah Minggu mendatangi Bapak Gembala Sidang dan meminta izin untuk memetik sekuntum bunga mawar dari sebuah vas bungayang berada di bawah mimbar. Sang Gembala memberi ijin dan bertanya mengapa anak itu menginginkan bunga itu. Anak itu berkata bahwa orang tuanya sudah bercerai setahun yang lalu, dan ia tinggal bersama ibunya. Tetapi ketika ibunya menikah lagi, ayah tirinya tidak menghendaki anak itu tinggal serumah dengan mereka. Karena itu ia dikirim ke rumah ayah kandungnya. Sebulan kemudian, ayahnya berkata, bahwa ia terlalu sibuk untuk merawat dia dan mengirimkan anak itu ke rumah neneknya. Anak itu berkata bahwa sang nenek merawat dia dengan penuh kasih sayang, memberinya makan dan membelikannya pakaian. Anak itu berkata, karena itu ia ingin memberikan bunga itu kepada neneknya, karena neneknya mengasihi dia.
Hamba Tuhan itu tidak dapat menahan air matanya.Ia berkata bahwa untuk alasan yang begitu istimewa, anak itu tidak cukup hanya memberikan sekuntum bunga. Sang Gembala Sidang menyuruh anak itu mengambil seluruh buket bunga dari dalam vas itu dan memberikannya kepada neneknya.

Ada pepatah yang mengatakan, You can give without loving, but you can not love without giving. (Anda dapat memberi tanpa kasih, tetapi anda tidak dapat mengasihi tanpa memberi).

Ada perlambang dalam persembahan orang-orang majus  yang terdiri dari emas, kemenyan dan mur.

a. Emas
Arti dari persembahan berupa emas yaitu: YESUS ADALAH RAJA KITA.
Emas pada masa itu pada umumnya disimpan oleh raja .Pajak  yang dikumpulkan dari rakyat suatu kerajaan  disimpan dalam rumah perbendaharaan raja. Jadi, orang-orang majus itu bukan membawa persembahan hanya untuk “orang yang baik,” tetapi membawa persembahan untuk keluarga kerajaan ……… Raja di atas segala Raja dan Penguasa di atas semua Penguasa di bumi ini.

Raja Edward VIII dari Kerajaan Inggris sangat peduli dengan kondisi sosial di negrinya. Pada suatu hari ia berkunjung ke sebuah desa nelayan untuk meresmikan sebuah kapal. Ia menggunakan kesempatan itu untuk berkunjung ke rumah penduduk. Ia berhenti di pintu sebuah rumah yang dihuni oleh orang dengan reputasi yang kurang baik. Orang itu mendengar pintunya diketuk, dan berseru dengan suara kasar, “Siapa itu?” jawabannya, “Aku adalah raja-mu. Bolehkah aku masuk?” Orang itu berpikir, jangan-jangan ada orang yang ingin bergurau dengannya.Ia menolak untuk membuka pintu. Raja Edward VIII adalah  orang yang menghargai hak seseorang di dalam rumahnya. Ia tidak akan memaksa untuk masuk, karena itu ia pergi meninggalkan rumah itu. Orang miskin itu kehilangan kesempatan untuk bertemu dengan rajanya.

Saudara jangan terkecoh ……  Ia lahir seperti bayi, tetapi Dia adalah Pencipta dan Raja kita yang menjadi manusia dan tinggal di antara kita.

b. Kemenyan
Arti dari persembahan berupa kemenyan yaitu : YESUS ADALAH IMAM AGUNG KITA.
Kemenyan digunakan sebagai salah satu elemen dalam penyembahan ……. Kemenyan itu dibakar dan asapnya disebarkan di sekeliling mezbah oleh imam yang memimpin ibadah.

Dalam Alkitab, kemenyan melambangkan doa ………….. dan kita harus berdoa di dalam nama Yesus.

Kitab Ibrani mengatakan bahwa Ia adalah satu-satunya Perantara di antara kita dan Bapa. Dia adalah Imam Agung kita yang memahami penderitaan kita dan Dia juga pernah mengalami pencobaan seperti kita.

Jangan membiarkan kesibukan menjelang Natal membuat Sdr tidak berdoa. Jangan membiarkan kesibukan Sdritu  memutus “hubungan” Sdr dengan Bapa melalui doa di dalam nama Yesus.

c. Mur
Arti dari persembahan dalam bentuk Mur adalah: YESUS ADALAH KORBAN KITA.
Mur adalah cairan untuk pembalseman jenazah pada masa itu.
Betapa anehnya mur dijadikan pemberian untuk kelahiran bayi.

Persembahan mur itu mendapat konfirmasi melalui pernyataan Hana dan Simeon pada waktu Yesus berumur 8 hari dan diserahkan di Bait Allah untuk disunat, bahwa Anak tersebut dilahirkan untuk mati. Lukas 2:35 “Dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri, supaya nyata pikiran hati banyak orang.”

Pada waktu Natal kita memberi perhatian pada palungan, tetapi palungan tidak ada artinya tanpa salib yang menyusulnya. Karena itu, setiap kali kita melihat palungan, kita harus ingat bahwa kelahiran Yesus akan memberi arti penuh melalui kematian dan kebangkitan-Nya.

Apakah orang-orang majus itu mengerti semua perlambang itu dan bagaimana nubuatan diungkapkan? Tampaknya tidak.

Mereka semata-mata mengijinkan Tuhan untuk memimpin mereka tentang apa yang harus diperbuat, kemana mereka harus pergi, dan apa yang harus diberikan.

Tetapi tidak demikian halnya dengan Herodes.
Herodes mendapat informasi tentang lahirnya seorang raja dan cepat- cepat ia kembali ke tahtanya. Sambil memegangi tahtanya, ia bertanya, “Dimana Dia?” Ia ingin memeluk semua harta kepunyaannya – emas dan perak, kekuasaannya dan kebanggaannya. Ia takut kehilangan semuanya itu.

Natal berarti penyerahan. Natal artinya adalah kedaulatan Allah di surga yang sedang melihat ke bawah dan melihat kita sedang menuju kematian karena dosa-dosa kita, dan Ia berkata, “Aku tidak akan membiarkan semuanya terjadi. Aku harus melakukan sesuatu.”
Yesus menyerahkan kemuliaan-Nya dan kekuasaan-Nya.
Ia menjadi bayi. Ia berjalan di antara kita. Ia menghirup debu kita. Ia mengijinkan kita untuk menganiaya Dia dan meludahi Dia dan memasang paku pada tangan dan kaki-Nya.
Itulah penyerahan.
Natal berarti memberi.Bukan hanya membungkus kado dan memberikannya kepada orang yang kita kasihi, tetapi seharusnya memberi diri kita sendiri kepada Tuhan.

Rangkuman.

Saudara, di antara kita yang hadir pagi ini, mungkin ada beberapa yang seperti para gembala. Kita tidak mempunyai apa-apa dan mungkin kita tidak mengetahui banyak tentang apa yang dianggap penting oleh dunia. Tetapi kita siap untuk mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh Tuhan.

Sebagian lain di antara kita mungkin seperti orang-orang majus, mencari kebenaran, bertanya, tahu akan janji Tuhan.  Jika kita mencari kebenaran dengan segenap hati kita, kita akan menemukan Dia.
Sayang sekali, di luar sana mungkin ada beberapa orang yang seperti Herodes yang bersifat menentang Tuhan – yang membenci Dia, bukannya mengasihi Dia dan tidak mau menerima apa yang akan diberikan oleh Tuhan.

Saudara,  setiap tahun, pada masa Natal, garis pemisah ini digoreskan. Ada orang-orang yang seperti para gembala dan orang-orang majus yang datang kepada Yesus untuk menyembah Dia. Dan ada orang-orang yang seperti Herodes yang berdiri dengan tegang dan dingin, menolak semua yang Tuhan ingin lakukan di dalam hidup mereka.

Saudara berada dalam kategori yang mana?
Kelompok mana yang paling tepat mewakili Sdr?

Tuhan ingin mengubah semua Herodes dan membuat mereka menjadi gembala-gembala dan orang-orang majus.
Tetapi hal itu hanya dapat terjadi jika kita mau semuanya itu terjadi, yaitu
•    Jika Sdr siap untuk menyambut kabar baik Tuhan
•    Jika Sdr mau melakukan perjalanan iman
•    Jika Sdr mau membayar harga dan melakukan pengorbanan.

Pagi ini undangan disampaikan.
Tuhan mengundang Sdr untuk datang ke palungan-Nya
Tuhan mengundang Sdr untuk datang ke tahta-Nya,
Tuhan mengundang Sdr untuk datang ke salib-Nya dan untuk mengenal kasih-Nya.

(Kotbah di Rajawali Family Ministries tanggal 9 Desember 2012, dibawakan oleh Rudy Suwardi)

Artikel oleh: December 12, 2012   Kategori : Bahan Khotbah  Sebarkan 

Satu komentar

  1. Sjaboedi Poernomo - December 24, 2012

    Sekali GSJA Tetap GSJA… GSJA yang Pertama dan Terakhir…

Tulis Komentar Anda