Jangan Menjadi Pemfitnah!

Bacaan Alkitab: Mazmur 109

“Sebab mulut orang fasik dan mulut penipu ternganga terhadap aku, mereka berbicara terhadap aku dengan lidah dusta”

(Mazmur 109 : 2)

Pemazmur adalah korban dari serangan pemfitnah.  Dalam bermasyarakat, pemfitnah adalah perusak nama baik dan kehormatan seseorang.  Dengan tujuan itulah sehingga para musuhnya melancarkan fitnah terhadap diri si pemazmur. Jika pemazmur berkata jujur, maka para pemfitnah berkata-kata bohong tentang dirinya. Pemazmur bertindak dengan kasih, tetapi dibalas dengan kebencian. Pemazmur berbuat baik tetapi dibalas dengan kejahatan. Sungguh tidak adil!

Menjadi penfitnah ataupun difitnah adalah dua hal yang bisa saja sewaktu-waktu “memakan” diri kita.  Kita bukanlah orang yang kebal terhadap godaan, termasuk godaan untuk menjadi pemfitnah. Terkadang, fitnah itu dimulai dari gosip yang negative tentang seseorang yang beredar dari mulut ke mulut. Bisa juga fitnah itu adalah hasil rekayasa kita sendiri, tetapi sesungguhnya “kebiasaan buruk” itu harus di delete dalam diri kita. Jangan ijinkan roh fitnah ataupun gosip menguasai hati dan keinginan kita; karena hal itu sangat mengganggu hubungan kita dengan sesama dan terlebih dengan Tuhan kita.

Perhatikan illustrasi berikut ini:  Suatu hari, seseorang mendekati Sokrates yang bijaksana itu. Ia berbisik, “Sokrates, dengarkanlah gosip tentang sahabatmu itu”.  “Tunggu!” Sokrates menjawab dengan cepat. “Sudahkah cerita itu melewati tiga saringan?” kata Sokrates.  “Apa tiga saringan itu?” Tanya si pembawa gossip.  “Ya, sobat, tiga saringan. Sekarang coba kita lihat apakah sesuatu yang mau kauberitahukan kepada saya itu bisa melewatinya. Saringan yang pertama adalah kebenaran. Apakah kau yakin bahwa apa yang hendak kamu katakan itu merupakan kebenaran?”. “Begini,” katanya terbata-bata, “sebenarnya saya mendengarnya dari orang kedua”.  “Hmmm”, jawab jawab Sokrates yang bijaksana itu. “Sekarang, kita teruskan apakah ia bisa lolos  saringan yang kedua. Apakah sesuatu yang hendak kau katakan itu baik?”   “Tidak,” kata orang itu. “Ini justru sebaliknya”.  “Jadi, hati-hatilah dengan cerita itu. Sekarang beri tahu saya, apakah itu perlu dan penting sekali?”  “Tidak”. Jawab orang itu.  “Kalau apa yang ingin kau beritahukan kepadaku itu tidak benar, tidak baik dan tidak penting, maka biarkan saja berlalu”.

Biasakanlah berkata-kata tentang hal-hal yang baik mengenai sesamamu, bukan kekurangan atau kejelekkannya!

Artikel oleh: November 10, 2012   Kategori : Biblical Devotion from Psalm (Renungan Alkitabiah dari Kitab Mazmur)  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda