Berjumpa Dengan Tuhan (13) Yohanes: Menulis Untuk Kristus

Pertemuan :  Untuk     menyembah Kristus
Tempat:  Di dalam gua di Pulau Patmos
Bacaan Alkitab:   Wahyu 1:1 –  5:14

Matanya terbuka, tetapi ia tidak menggerakkan kepalanya. Ada cahaya yang redup pada mulut gua. Badannya yang sudah renta terasa sakit; ia tahu ajalnya sudah dekat, tetapi ia ingin Yesus datang kembali dan hati muda-nya berdoa,
“Bagaimanapun juga datanglah Tuhan Yesus ………”
Lantai gua dari batu hitam yang lembab membuat tulangnya menggigil, tetapi masih lebih baik daripada tidur di luar di bawah embun. Para anggota jemaatnya mendesak dia untuk tidur di dalam gua.
“Hari ini adalah hari Minggu,” orang tua itu mendorong sarang laba-laba dari pikirannya. “Hari ini, aku akan berkotbah kepada domba-dombaku.”
Gua itu adalah potongan dari Gunung Elias, sebuah batu yang kasar yang mencapai ketinggian 800 kaki dari permukaan Laut Aegean, puncak yang paling tinggi di Pulau Patmos. Kaisar Roma Domitianus memilih benteng yang terisolasi untuk tempat pembuangan para tahanan politik pada tahun ke 14 dari pemerintahannya dan mengirimkan Rasul Yohanes ke Patmos dalam upaya menghancurkan Kekristenan.
Pulau yang kecil ini – 10 mil panjangnya dan 6 mil lebarnya – tidak dapat memenjarakan seseorang yang sudah dibebaskan oleh Kristus. Maka Yohanes tua tidak takut pada pulau ini, ia juga tidak takut kesepian. Usianya mendekati 90 tahun dan ia sudah berjalan bersama Kristus sejak ia meninggalkan jala ikannya untuk mengikut Tuhan. Maka ia tidak sendirian di Patmos, Kristus beserta dia; Kristus hidup di dalam hatinya.
“Jangan datang kepadaku,” Yohanes memberitahukan asistennya yang masih muda yang datang membawakan segelas air dan sepotong roti. Anak muda itu mengangguk lalu meletakkan gelas di atas meja yang kasar. Ia menutupi roti dengan sehelai kain yang bersih. Banyak lalat, sekalipun di dalam gua. Yohanes tua memberitahukan asistennya, “Tuhan memanggilku untuk berdoa ……… aku tidak mau diganggu.”
Setiap hari Minggu orang-orang yang sudah bertobat akan berkumpul di gua, menunggu Yohanes ke luar dari gua. Terlindung dari angin laut oleh batu, Yohanes akan duduk di atas kursi untuk berkotbah kepada gerejanya yang terdiri dari para narapidana Roma – bebas dari dosa, tetapi menjadi narapidana dari Kristus dan Romawi. Tetapi gereja tidak cuma menunggu Yohanes dengan gelisah setiap hari Minggu pagi, mereka berlutut dalam doa untuk Yohanes dan untuk pesan yang akan diberikan Tuhan kepada mereka. Kadang-kadang penantian mereka pendek dan pada waktu yang lain penantiannya panjang, tetapi tidak ada seorangpun yang merasa keberatan, semakin lama mereka menunggu, semakin banyak yang harus disampaikan oleh Tuhan kepada mereka melalui hamba-Nya Yohanes.
“Jangan ganggu aku,” Yohanes mengulangi perintahnya kepada anak muda itu. “Ketika Tuhan memberitahukan kepadaku apa yang harus ku-katakan,” ada kelipan di matanya, “Aku akan keluar dari gua, tetapi janganlah datang kepadaku sampai Tuhan selesai berbicara kepadaku.”
Mereka mengasihi Yohanes; ia dekat dengan Yesus. Yohanes adalah yang paling muda di antara 12 murid dan ia adalah murid yang dikasihi lebih oleh Yesus, ia bersandar di dada Tuhan. Ketika Yesus dikhianati, semua murid-murid-Nya lari – tetapi Yohanes tidak. Ia hadir pada saat pengadilan. Ia hadir di kaki salib; Yesus menyuruh dia untuk merawat Maria – ibu Yesus. Ia adalah murid yang pertama datang di makam. Sekarang ia adalah satu-satunya murid yang masih hidup. Murid-murid lain yang lari dari bahaya salib ……….. karena mereka takut mati ………… semuanya mati sebagai martir. Tetapi orang-orang percaya di Patmos percaya pada tradisi bahwa Yohanes akan mati secara normal. Tidak akan ada Kaisar Romawi yang akan membunuhnya.
“Yohanes masih hidup dan sudah bangun,” pengunjung muda ke luar dari gua dan berseru kepada gereja muda itu.
“AMIN ……!” mereka semua berseru, lalu kembali ke dalam doa yang tenang.
Sepanjang minggu, Yohanes sudah berdoa puasa. Tuhan menaruh beban di dalam hatinya, ia sedang mencari hadirat Tuhan ……. untuk menyembah Tuhan ……….. untuk bersekutu dengan Tuhan                                 …….. untuk menantikan sebuah pesan khusus dari Tuhan.
Pagi ini Yohanes bangun lebih pagi dari biasanya. Yohanes tidak mendapat kesulitan tidur di atas lantai yang keras. Ia tidak mengambil gelas air yang menunggunya di atas meja yang kasar, ia juga tidak mengangkat kain putih yang menutupi roti. Ia tidak lapar akan makanan, ia lapar akan Tuhan. Ia tahu kepergiannya sudah dekat, melalui kematian atau melalui kedatangan Yesus. Yohanes berpikir setiap pagi,
“Hari ini mungkin adalah hari penobatan.” Yohanes berjalan terhuyung-huyung ke mulut gua untuk melihat langit sebelah timur, tetapi tidak terlalu dekat agar gerejanya tidak dapat melihat dia. Ia tetap berada di dalam bayangan, melihat ke arah timur dan ………… berdoa ………. berharap.
“Mungkin hari ini ……..” Ia menutup matanya dan berdoa lagi, “Bagaimanapun juga datanglah Tuhan Yesus ……..”
Seekor ayam berkokok di kejauhan, lalu Yohanes mendengar ombak yang pecah di pantai yang berbatu. Hanya pada musim dingin ketika lautnya berkabut ada kabut di Patmos; tetapi hari ini akan kembali menjadi hari yang cerah.
Angin pagi yang segar menyegarkan Yohanes. Tuhan akan melakukan sesuatu yang istimewa untuknya hari ini. Ia menyeret badannya yang rapuh kembali ke dalam gua, lagi-lagi melewatkan roti dan air. Ia berlutut pada tampat yang biasa. Roh Tuhan memenuhi ruangan – atmosfir kehadiran Tuhan – Yohanes dapat merasakan Tuhan. Ruangan itu terasa seperti Pentakosta ketika Roh Tuhan jatuh ke atas mereka.
“Bilamanakah Engkau datang kembali?” Yohanes bertanya dalam doa. “Bilamanakah Engkau datang untuk membebaskan gereja-Mu?”
Yohanes tidak keberatan dipenjara, ia tidak memiliki keluarga lagi. Tetapi orang-orang percaya di Patmos terpisah dari keluarga dan rumah mereka. Kerajaan Romawi menganiaya orang-orang percaya karena iman mereka …….. di lempar ke kandang singa …….. dibakar di tiang ……….. dipukuli ……. disiksa, hanya karena mereka percaya kepada Yesus Kristus.  Lagi, air matanya keluar dari matanya yang tertutup.
“Datanglah segera, Tuhan Yesus.”
Dengan doa itu, Yohanes merasakan dorongan dari dalam, hampir seperti paksaan dari dalam. Rasanya seperti dorongan yang sama yang dirasakannya ketika ia menulis Injil, Kitab yang disebut Injil Yohanes. Yohanes segera menaatinya, secepat orang yang berusia 90 tahun dapat bereaksi. Menuju ke meja, Yohanes menyisihkan roti dan gelas. Ia mengambil kertas papirus yang dibuat untuknya oleh narapidana lain, dari alang-alang yang ditemukan di teluk antara LaScala dan Merika, ia mencelupkan sebuah pena dari bulu ayam ke dalam tinta,
“Aku akan menuliskan apa yang diberitahukan oleh Roh kepadaku.”
“Tulislah apa yang ada di hatimu,” Roh menyuruh Yohanes.
Pikirannya yang pertama ketika ia bangun adalah ….. Yesus. Pikirannya yang terakhir sebelum tidur adalah ……. Yesus. Lebih dari apapun juga, Yohanes ingin berada bersama Yesus. Yohanes teringat akan janji Tuhan pada malam sebelaum ia wafat,
“Aku akan datang kembali dan menerima engkau oleh diri-Ku sendiri,” Yohanes menangis lagi ketika mengingat hal itu karena Yesus meyakinkan dia, “Dimanapun Aku berada, disitu Engkau akan berada bersama-Ku.”
“Itulah,” Yohanes berbicara, tetapi tidak ada seorangpun di situ untuk mendengarnya. “Aku tahu apa yang akan aku tuliskan.” Ia akan menulis sebuah buku tentang kedatangan Yesus kembali. Ia akan mendorong orang-orang percaya di manapun juga untuk percaya akan Kedatangan Sang Juru Selamat yang ke dua kali.
Bagaimana ia akan mulai? Apa yang akan menjadi kata pertama dari bukunya yang terakhir? Yohanes berpikir tentang orang percaya yang pergi ke surga ………. tentang orang-orang yang tidak percaya yang dilemparkan ke neraka ……… tentang masa kesukaran besar …….. tentang visi. “Itulah.” Yohanes tahu bagaimana ia akan mulai. Maka ia menuliskan kata-katanya,
“Wahyu tentang Yesus Kristus ……..” ia akan menulis tentang Yesus, meskipun hal itu akan menjelaskan tentang akhir dunia.
Yohanes senang dengan kalimatnya yang pertama, mengarahkan pembaca kepada Yesus …….. bukan pada penghakiman ………… bukan pada masa kesukaran besar ……….. bukan pada tanda-tanda ajaib di langit jika bintang-bintang berjatuhan dan bukan pada peperangan yang akan terjadi di seluruh dunia.
Yohanes menulis, “Dari Yesus Kristus, Saksi yang setia ….. Yesus, Yang pertama bangkit dari antara orang mati ……. Yesus, yang berkuasa atas raja-raja bumi ini.”
Roh Tuhan datang ke atas Yohanes ketika ia menulis buku. Ia digendong selama ia menggoreskan kata-kata di atas kertas, menulis dari hatinya, menuliskan apa yang diperintahkan oleh Tuhan kepadanya untuk dituliskan diatas kertas.
“Bagi Yesus, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya.”
Setiap kali Yohanes menuliskan nama Yesus ia berhenti, meletakkan penanya untuk memuji Tuhannya. Rasul tua ini menikmati  saat-saat memuji Yesus lebih dari apapun di dalam hidupnya. Tidak akan ada kotbah hari ini; ia akan menulis sepanjang hari ……… sepanjang minggu ………. sepanjang bulan, karena ia sedang menulis kitab yang panjang.
Dan ketika Yohanes menulis, gereja kecilnya yang terdiri dari para narapidana menunggu …………. mengamati ………… berdoa. Meskipun baju mereka compang-camping dan mereka kekurangan gizi, namun keinginan mereka yang paling besar adalah Yohanes menerima pesan dari Tuhan untuk mereka. Dengan sabar, mereka berdoa bagi Yohanes selagi ia menulis.
“Yesus ………. Alfa dan Omega …… Yesus Yang Maha Kuasa …………. Yesus Yang Awal dan Yang Akhir ………. Tuhan Yesus Yang ada dan Yang sudah ada dan Yang akan datang.”
Yohanes mendengar seseorang berbicara di dalam gua, suara itu dikenalinya ………. bukan suara dari seorang rekan narapidana yang menunggu dia …… bukan suara dari penjaga Romawi.  Suara itu bermain-main dengan memorinya, karena kedengarannya seperti Orang yang berkata,
“Ikutlah Aku, Aku akan menjadikan engkau penjala manusia.”
Yohanes berbalik ke arah datangnya suara itu. Tampaklan Tuhan Yesus berdiri di dalam bayangan  gua yang lembab, tetapi Yesus tidaklah seperti yang ia ingat. Yohanes mengingat kembali tubuh jasmani Yesus dengan karakteristik manusia. Rasul tua itu masih ingat akan karakteristik wajah Yesus ……  tinggi-Nya  ………… besar-Nya ………. senyum-Nya. Suara itu berbicara kepada Yohanes,
Aku adalah Alfa dan Omega,” Yohanes mengenali suara Yesus yang menyuruh dia, “tuliskanlah di dalam buku apa yang engkau lihat.”
Yohanes melihat Yesus dimuliakan, bersinar dan agung. Jubah-Nya berkilau seperti ditenun dari emas murni, merefleksikan matahari. Yohanes menutupi matanya dengan tangannya karena pakaian itu begitu cemerlang.
Yohanes ingat bersandar di dada-Nya pada Perjamuan terakhir, tetapi kali ini rasul tua ini tiba-tiba jatuh tertelungkup dalam penyembahan; ia mengakui kehadiran Ilahi.
“Indah ……..” Yohanes berpikir. “Ia luar biasa ……………”
Rambut-Nya putih murni, bukan kelabu seperti orang tua, tetapi putih seperti salju.
Kakinya adalah nyala api yang berwarna kuning keemasan.
Cahaya bersinar dari dinding gua, hadirat-Nya memenuhi ruangan. Kemuliaan Yesus mengubah gua menjadi sebuah tempat suci, sebuah tempat di mana Tuhan berdiam. Nyala api yang berkedip-kedip dari sebatang lilin kecil tenggelam oleh cahaya yang megah dari Yesus Kristus. Tidak ada lagi hari Minggu berikutnya untuk menyembah Tuhan, ini adalah benar-benar harinya Tuhan, karena Tuhan sudah datang kepada Yohanes. Sebuah pemikiran terlintas dalam kepala Yohanes.
“Apakah hari ini adalah hari penobatan?” Yohanes membiarkan dirinya berpikir. “Apakah aku akan masuk surga?”
Yohanes tahu bahwa Yesus meninggalkan kemuliaan surga untuk dilahirkan sebagai seorang bayi di Bethlehem. Ia tahu Tuhan menjadi daging dan tinggal di anatara manusia di atas bumi. Dan ia juga melihat Yesus naik kembali ke Surga. Yohanes tahu bahwa Yesus dimuliakan, tetapi ia tidak menyangka sesuatu hal seperti ini.
Seperti seorang manusia yang tidak dapat menatap matahari tanpa kehilangan penglihatannya, Yohanes tidak dapat menatap Yesus. Cahaya-Nya membuat mata sakit.
Yohanes tidak dapat menulis …… ia tidak dapat menyembah ……… ia tidak dapat menanggapi. Kemuliaan dari kemurnian Yesus membuat Yohanes terpana; ia jatuh di kaki Yesus seakan-akan ia mati. Tetapi Yohanes tidak seperti manusia lainnya yang mungkin sudah hancur oleh hadirat Tuhan. Yohanes adalah murid yang dikasihi oleh yesus.
Yesus menjamah Yohanes dengan tangan kanan-Nya sambil berkata, “Jangan takut, Aku mempunyai tugas untukmu.” Itu adalah pekerjaan yang ditaruh Tuhan di dalam hatinya tadi pagi. Yesus memberi perintah agar Yohanes menulis buku yang kedua. Yesus bergerak ke arah meja dan pena. Tuhan kembali berkata kepadanya,
“Tuliskanlah hal-hal yang engkau lihat …….”
“Aku melihat sebuah pintu terbuka di surga,” Yohanes menanggapi. Lalu dengan suara berbisik, “Aku melihat sebuah pintu yang dibuka di surga.”
Yohanes tidak merasa yakin apakah ia melihat pintu yang nyata ke surga, atau “Apakah aku bermimpi?” ia bertanya. Tetapi Yohanes tidak memperoleh jawaban. Ia mendengar suara yang memberi perintah – sebuah suara yang tidak dapat diabaikannya.
“Naiklah kemari.”
Yohanes tahu ia sedang melihat suatu penglihatan karena ia dibawa menuju pintu. Sewaktu ia diangkat ke atas, Yohanes mendengar,
“Naiklah ke surga, dan Aku akan menunjukkan kepadamu  apa yang harus terjadi sesudah ini.”
Memasuki surga, Yohanes melihat sebuah tahta. Ia melihat tahta Tuhan yang gilang gemilang ……… tahta itu menyinarkan indahnya batu-batu permata yang langka, pelangi yang beraneka warna melingkungi tahta. Tahta itu juga demikian terang sehingga Yohanes tidak dapat melihat Seseorang yang sedang duduk di atas tahta.
Kilat menyala dari tahta, lebih terang dari apa yang pernah dilihat oleh Yohanes di bumi karena surga tidak berdinding. Kilat menyala ke dalam kekekalan. Guruh menderu dari tahta, lebih keras dari apa yang pernah didengar Yohanes di bumi. Guntur bergemuruh ke dalam kejauhan.
Dua puluh empat tua-tua duduk di hadapan Tuhan. Yohanes tidak perlu bertanya siapa mereka itu karena Roh Kudus memberitahukan ke dalam hatinya. Dua belas adalah tua-tua yang berasal dari perjanjian lama, lambang dari orang-orang Israel yang percaya pada salib Yesus Kristus. Dua belas adalah tua-tua dari Perjanjian baru, mewakili suku-suku, lidah-lidah, dan berbagai kebangsaan di dalam gereja. Lalu Yohanes mendengar pujian yang sangat kuat,
“KUDUS …………KUDUS………………KUDUS………..”
Yohanes tidak dapat tetap diam, suaranya berbaur dengan suara mereka di surga, “KUDUS …………KUDUS………………KUDUS………..” Lalu suara itu berseru lebih keras lagi,
“KUDUS …………KUDUS………………KUDUS……….. Allah Maha Kuasa, Yang ada dan Yang sudah ada dan Yang akan datang.”
24 tua-tua itu bangkit sebagai satu kesatuan, lalu membuka mahkota mereka, mereka memegang mahkota mereka dengan tangan terentang kepada Tuhan di atas tahta. Yohanes tidak harus bertanya mahkota apakah itu, Roh Kudus memberitahukan lagi ke dalam hatinya. Ia tahu bahwa mahkota-mahkota itu adalah upah atas pelayanan yang setia kepada Tuhan. Beberapa memiliki mahkota karena mereka mati sebagai martir ……… beberapa mahkota melambangkan pengorbanan terhadap kesenangan ……… beberapa mahkota melambangkan cemoohan ……… beberapa mahkota diterima untuk saat-saat pelayanan yang sulit dan panjang. Mahkota-mahkota itu melambangkan semua yang mereka lakukan di bumi. LAlu dengan tangan-tangan yang terentang,
Mereka melemparkan mahkota-mahkota itu ke hadapan tahta!!!
Setelah satu tatapan kepada Tuhan di atas tahta, tidak ada satupun yang dapat dibandingkan dengan Tuhan. Semua yang mereka lakukan bagi Tuhan, mereka melakukannya dengan pertolongan Tuhan, dan mereka melakukannya untuk kemuliaan-Nya. Lalu 24 tua-tua itu memuji Tuhan dengan satu suara yang keras,
“Layak ….. ” mereka berseru bersama-sama. “Engkau layak menerima puji-pujian ………. hormat …….dan kuasa; karena Engkau sudah menciptakan matahari, bintang-bintang, bumi  dan segala sesuatu di dalamnya. Engkau menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan.”
Yohanes memandang keadaan di surga; ia mengingat apa yang ia lihat, ia tidak  mau lupa akan hal apapun. Ia ingin menuliskan sebuah gambaran yang akurat tentang pintu ……. tahta ………. kebesaran cahaya dan pelangi yang indah. Lalu Yohanes melihat fokus dari surga, pada panggung tepat di tengah-tengah surga, Yohanes melihat drama dibeberkan.
Orang yang duduk di atas tahta memegang sebuah gulungan Kitab di tangan-Nya, tetapi Kitab itu bukanlah Kitab sembarangan. Mereka yang ada di surga menatap Kitab itu. Yohanes berpikir,
“Ada apa selanjutnya” rasul tua ini bertanya-tanya ada apa di dalamKitab itu. Lalu ia mendengar suara yang keras memenuhi ruangan tahta itu. Suara itu bergema melalui koridor-koridor ke luar ke wilayah surga yang amat luas. Itu adalah suara yang memerintahkan semuanya untuk mendengar. Seorang malaikat dengan suara yang lantang berbicara,
“SIAPAKAH YANG LAYAK MEMBUKA GULUNGAN KITAB ITU DAN MEMBUKA METERAI-METERAI-NYA?” Malaikat itu bertanya, “SIAPAKAH YANG LAYAK MEMBERITAHUKAN KEPADA KITA APA ISI KITAB ITU?”
Yohanes menunggu seseorang yang akan maju untuk membuka kitab itu dan membacakannya.  Yohanes teringat pada masa kecilnya, orang-orang tua yang maju di sinagoga untuk membuka Alkitab dan membacakannya kepada orang-orang di Bethesda. Hanya ada beberapa orang di kota masa kecilnya yang layak membaca kitab-kitab suci. Tetapi di surga, tidak ada seorangpun yang maju.
Tidak ada seorangpun dari 24 tua-tua yang duduk di hadapan Tuhan maju, mereka tidak layak. Tidak ada satupun malaikat yang maju, mereka tidak layak membuka Kitab yang ada di tangan Tuhan atau membacanya. Yohanes tahu dirinyapun tidak layak.
Ia menangis.
“Jangan engkau menangis ………. ” seseorang memberitahu Yohanes. “Singa dari suku Yehuda sudah menang, Anak Domba itu layak.”
Yohanes melihat Seseorang yang sebelumnya ia lupakan. Dalam seluruh penglihatannya mengenai isi surga, Yohanes telah melewatkan satu figur pokok. Tepat di tengah-tengah dari segala sesuatu Yesus berdiri.
Pada saat Yohanes melihat Tuhan, semua mata yang lain di surga juga sama. Mereka melihat Yesus, bukan seperti pada saat Ia dimuliakan, tetapi mata mereka melihat Yesus sebagai anak domba yang tidak membuka mulutnya di hadapan Pilatus. Mereka melihat Yesus ketika Ia mati untuk dosa-dosa dunia. Yesus adalah Anak Domba Allah yang telah menghapus dosa-dosa dunia. Yohanes menyadarinya karena kematian-Nya.
“Yesus layak …………”
Yesus melangkah maju ke tahta, mengambil gulungan Kitab dari tangan Orang yang duduk di tahta. Yohanes tahu secara naluriah apa yang ada di dalam Kitab, ia tahu Kitab itu menjelaskan tujuan dari Tuhan menciptakan segala sesuatu. Kitab itu menjelaskan rencana Tuhan dalam kehidupan umat-Nya di bumi. Kitab itu menjelaskan mengapa beberapa orang percaya dan mengapa musuh-musuh Tuhan membenci orang-orang Kristen. Yohanes tahu Kitab itu menjelaskan tentang masa depan ……….. masa depan dirinya ………… masa depan dunia.
Yesus mengambil Kitab itu dari Tuhan dan melangkah ke bagian tengah dari surga. Yohanes mengerti bahwa segala sesuatu akan bekerja untuk kebaikan karena Yesus memiliki Kitab itu, Ia memegang masa depan di tangan-Nya.
Ketika Yesus berdiri di tengah-tengah surga sambil memegang Kitab di tangan-Nya, Yohanes melihat berkeliling untuk melihat setiap orang yang sedang menyembah Yesus. Rasul melihat orang banyak yang belum pernah dilihatnya sebelumnya. Yohanes melihat malaikat,
“Berapa banyak?” ia bertanya-tanya.
Dalam estimasinya yang terbatas, Yohanes menduga pasti ada 10.000 kali 10.000 ditambah ribuan kali ribuan. Ada begitu banyak malaikat, hal itu mengejutkan pikirannya.
“Aku tidak dapat menghitungnya,” ia tersentak.
Lalu selain para malaikat, Yohanes melihat setiap orang yang telah percaya kepada Yesus, ditambah mereka yang akan percaya pada masa depan. Yohanes melihat semuanya. Meskipun ia dipenjara di dalam sebuah gua, dan terperangkap di sebuah pulau kecil dengan luas 10 mil kali 6 mil; Yohanes melihat masa depan yang didoakannya. Ia mempunyai penglhatan bahwa semua orang percaya mengelilingi tahta Allah.
Dari keterbatasan gua batu karang yang menjemukan, Yohanes melihat kemuliaan surga. Ia mencoba untuk memahami berapa banyak pengikut Yesus ada di sana, jutaan kali jutaan, kulit hitam, kulit coklat, ditambah orang-orang berkulit putih seperti Yunani, Italia, dan Spanyol. Mereka datang dari timur; orang-orang Tionghoa, Jepang, dan dari pulau-pulau di samudera. Mereka semua berbicara bahasa-bahasa yang berbeda, tetapi secara bersama-sama mereka bernyanyi,
“LAYAK ………..” musiknya mengagumkan. “ANAK DOMBA ITU LAYAK.”
Yohanes bergabung dalam nyanyian mereka, “LAYAK.” Mereka menyanyi,
“Ia layak karena Ia sudah disembelih untuk kami.” Mereka menyembah Orang yang ada di tahta dan Anak Domba, “Ia layak untuk menerima kuasa …………. kekayaan …… hikmat ……. kekuatan ….. hormat ………… kemuliaan …………dan puji-pujian.”
Lalu tiba-tiba surga menjadi sunyi, kesunyian yang mengharuskan Yohanes berdiam diri tidak bergerak. Ia tidak berani bergerak. Saat itu dipenuhi dengan antisipasi. Yohanes tahu apa yang ingin dilakukannya, ia tahu bahwa setiap orang di surga juga ingin melakukannya. Lalu tanpa seorangpun memberikan aba-aba untuk mulai, dan tidak ada satupun yang menolak, Yohanes bersama setiap orang di surga memberi tanggapan sesuai hatinya,
Kami jatuh tertelungkup untuk menyembah Anak Allah.

SETELAH PERJUMPAAN

Sejarah memberitahukan kepada kita bahwa Yohanes dibebaskan dari Patmos setelah Kaisar Domitianus diganti. Yohanes pulang ke Efesus di bawah Kaisar Nerva pada tahun 96. Tampaknya, menulis Kitab Wahyu adalah tugas besar terakhir yang diberikan Tuhan kepada Yohanes. Murid-murid lainnya mati sebagai martir, tetapi Yohanes tidak. Ia menghadapi risiko kematian sebagai martir ketika mengikuti Yesus ke kaki salib, karena itu Tuhan memberi hadiah kepadanya, ia meninggal dunia dengan damai di tempat tidur di dalam tidurnya.

10 PELAJARAN DARI PERJUMPAAN DENGAN TUHAN

 

1.    Perjumpaan dengan Kristus dapat terjadi pada usia berapapun di dalam hidup ini.
Ingatlah Gideon adalah seorang anak muda yang memulai pelayanan ketika ia berjumpa dengan Tuhan dan Yohanes yang sudah lanjut usia berjumpa dengan Yesus pada akhir dari pelayanannya. Beberapa orang mungkin berpikir bahwa perjumpaan dengan Tuhan adalah suatu panggilan untuk masuk ke dalam pelayanan, tetapi kadang-kadang perjumpaan itu terjadi pada akhir kehidupan untuk melakukan suatu tugas tertentu. Barangkali Tuhan menginginkan penyembahan dari para lanjut usia, atau barangkali Tuhan dimuliakan ketika Ia memakai bejana yang lemah karena semua kemuliaan diberikan kepada-Nya. Yohanes diberi tugas untuk menulis Kitab Wahyu.

“(6) Aku masih muda dan kamu sudah berumur tinggi; oleh sebab itu aku malu dan takut mengemukakan pendapatku kepadamu. (7) Pikirku: Biarlah yang sudah lanjut usianya berbicara, dan yang sudah banyak jumlah tahunnya memaparkan hikmat. (Ayub 32:6,7)

2.    Perjumpaan dengan kristus dapat dialami oleh orang percaya yang belum dewasa ataupun oleh orang kudus yang paling saleh.
Sudah nyata, bahwa Yohanes sudah menjalani seluruh hidupnya berjalan bersama Kristus sebelum Kristus menjumpainya di Pulau Patmos. Pada saat yang sama, orang-orang lain berjumpa dengan Tuhan pada saat kerohaniannya masih bayi seperti halnya Yesaya dan Gideon.

Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya. (I Yoh 2:3)

3.    Perjumpaan dengan Kristus dapat terjadi di lokasi manapun.
Banyak orang berpikir bahwa para narapidana terpisah secara penuh dari arus kehidupan sehari-hari, tetapi Yohanes berjumpa dengan Kristus di Pulau Patmos yang tandus dan terlupakan.
Bahkan di penjara, Tuhan menjumpai anak-anak-Nya. Abraham duduk di pintu kemahnya, Gideon mengirik biji gandum di bawah pohon, Yakub mencoba bersembunyi dari musuh-musuh-nya, Yehezkiel tidak dapat pulang ke rumahnya di Yerusalem dan Yesaya berjumpa dengan Tuhan tepat di tengah-tengah tempat persemayaman-Nya, yaitu di Bait Allah.

(23) Masakan Aku ini hanya Allah yang dari dekat, demikianlah firman TUHAN, dan bukan Allah yang dari jauh juga? (24) Sekiranya ada seseorang menyembunyikan diri dalam tempat persembunyian, masakan Aku tidak melihat dia? demikianlah firman TUHAN. Tidakkah Aku memenuhi langit dan bumi? demikianlah firman TUHAN. (Yer 23:23-24)

4.    Perjumpaan dengan Kristus biasanya tidak terduga.
Yohanes memberikan indikasi bahwa ia sedang berada di dalam Roh pada Hari Tuhan ketika ia dikejutkan oleh sebuah suara di belakangnya. Itu adalah suara dari Yesus Kristus.

Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan.” (Luk 12:40)

5.    Ada anugerah khusus bagi orang-orang Kristen yang sedang dianiaya.
Tidak ada satupun orang Kristen yang terkejut ketika mereka menderita akibat perlawanan karena iman mereka. Yesus berjanji: “Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu” (Yoh 15:20). Daripada berkeluh kesah, prang percaya seharusnya “bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus (1 Pet 4:13). Karena itu semua orang percaya harus mengantisipasi penganiayaan.

(16) Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu. (1 Pet 4:16)

6.    Meskipun kita berpikir bahwa kita sudah mengenal Kristus dengan baik, kita belajar hal-hal yang baru tentang Dia ketika kita berjumpa dengan-Nya.
Dari semua murid, Yohanes paling baik mengenal Yesus; karena Yohanes adalah orang yang dikasihi Yesus. Yohanes selalu setia, ia tidak lari seperti murid-murid lainnya ketika Yesus disalibkan. Ia menjalani hidupnya dengan berjalan bersama Yesus Kristus. Meskipun demikian di Pulau Patmos ia belajar hal-hal baru menegnai Yesus, yaitu gelar-gelar baru, penjelasan-penjelasan baru, dan ia mendapat tugas baru dari Dia.

Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. (II Kor 5:17)

7.    Musuh-musuh kita berpikir bahwa mereka dapat memberangus kesaksian kita dengan cara menempatkan kita di dalam keadaan yang terbatas dengan prospek yang kecil untuk melayani Kristus; tetapi perjumpaan dengan Kristus memberikan kepada kita suatu pelayanan yang lebih luas.
Kaisar Romawi berpikir ia dapat membungkam Kekristenan dengan cara memenjarakan Yohanes di Pulau Patmos. Tetapi di pulau kecil yang berbatu ini, salah satu Kitab yang paling penting dalam Alkitab dituliskan, yaitu Kitab Wahyu. Kaisar Domitianus terkenal akan usahanya untuk menghancurkan Alkitab, tetapi Kristus menjumpai Yohanes untuk memberikan tugas kepadanya menulis Kitab terakhir dalam Alkitab.

(13) Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus. (14) Tetapi karena mereka melihat orang yang disembuhkan itu berdiri di samping kedua rasul itu, mereka tidak dapat mengatakan apa-apa untuk membantahnya. (Kis 4:13,14)

8.    Perjumpaan dengan Kristus dapat menarik seluruh perhatian kita sehingga kita kehilangan perspektif tentang waktu, orang dan tanggung jawab lainnya.
Jelas sekali, ketika kita berjumpa dengan Yesus Kristus kita lupa akan segala hal lainnya dalam hidup ini. Mengapa? Karena Yesus Kristus adalah Yang Awal dan Yang Akhir, Ia adalah orang yang paling penting di dalam alam semesta ini. Ketika anda betul-betul menyembah Dia, anda dapat kehilangan pandangan akan semua hal lainnya karena anda memberikan kesetiaan dan kasih sepenuhnya kepada Yesus Kristus.

Dan ketika mereka mengangkat kepala, mereka tidak melihat seorangpun kecuali Yesus seorang diri. (Mat 17:8)

9.    Perjumpaan menghasilkan pengertian yang lebih mendalam tentang Kristus.
Jika anda membaca pasal pertama dari Kitab Wahyu, isinya bukanlah sekedar kisah pertemuan antara Yohanes dengan Yesus Kristus. Isinya juga bukan pendahuluan dari Kitab Wahyu. Di dalam pasal pertama kita melihat salah satu daftar yang paling panjang dari banyak nama-nama Yesus Kristus yang ditemukan di dalam Alkitab, yaitu, Yesus, Yesus Kristus, (4 kali), Yang Ada, dan Yang Telah Ada, dan Yang Akan datang, Saksi yang Setia, Yang Pertama Bangkit Dari Antara Orang Mati, Yang Berkuasa Atas Raja-Raja Di Bumi, Dia Yang Mengasihi Kita, dan Mencuci Kita, DarahNya Sendiri, Dia Yang Datang, Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir, Tuhan, Yang Maha Kuasa, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Sang Suara, Anak MAnusia, Rambut-Nya Putih Seperti Wool, Mata-Nya Seperti Nyala Api, Kaki-Nya Seperti Tembaga Yang HAlus, Suara-Nya Seperti Suara Air Yang BAnyak, Wajah-Nya Seperti MAtahari, Aku Adalah Dia Yang Hidup, Aku Hidup Selama-lamanya, dan Yang Berjalan Di Tengah-Tengah Gereja.

Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, (Flp 3:10)

10.    Perjumpaan dengan Kristus menghasilkan penyembahan yang lebih besar kepada-Nya.
Ketika Yohanes melihat Yesus Kristus di Pulau Patmos, Alkitab menjelaskan perjumpaan tersebut, “Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati” (Why 1:17). Sekarang, kepada para pengunjung di Pulau Patmos ditunjukkan sebuah gua dimana tradisi berkata bahwa Yohanes menerima penglihatan dan dimana ia melihat wahyu dari Yesus Kristus. Tradisi meng-klaim bahwa ia menulis Kitab Wahyu di dalam gua itu. Apakah benar, kita tidak tahu. Banyak peziarah agamawi ke pulau itu ingin menyembah di tempat yang sama di mana Yohanes berlutut, karena mereka berpikir bahwa disitulah Yohanes menyembah Yesus Kristus. Kita tidak harus pergi ke gua itu atau ke pulau itu. Kita dapat menyembah Kristus di mana saja. Kita tidak harus mendapat penglihatan seperti yang diperoleh Yohanes, kita dapat membacanya di dalam Alkitab dan menyembah Kristus. Kita dapat berjumpa dengan Kristus dan menyembah Dia di manapun juga.

Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar. (II Kor 3:18)

PELAJARAN
1.    Aku dapat berjumpa dengan Tuhan pada usia lanjut.
2.    Aku dapat berjumpa dengan Tuhan pada tingkat apapun dari kerohanian-ku
3.    Aku dapat berjumpa dengan Tuhan di lokasi manapun.
4.    Aku biasanya tidak menduga akan berjumpa dengan Kristus
5.    Aku belajar hal-hal baru melalui perjumpaan dengan Kristus
6.    Aku mengatasi hambatan-hambatan dengan suatu perjumpaan
7.    Aku melihat Kristus dengan lebih baik dalam suatu perjumpaan
8.    Aku memblokir semua hal lain selama perjumpaan
9.    Aku memahami Kristus dengan lebih baik melalui perjumpaan dengan Dia
10.    Aku menyembah Tuhan karena perjumpaan

Sumber:  ENCOUNTERING GOD FOR SPIRITUAL BREAKTHROUGH, oleh Elmer L Towns
Alih Bahasa: Inawaty Suwardi, Rajawali Family Ministry

 

Artikel oleh: August 15, 2012   Kategori : Umum  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda