Berjumpa Dengan Tuhan (12) Saulus: Menjadi Pengikut Kristus

Pertemuan : Untuk merubah pikiran
Tempat : Dalam perjalanan menuju Damsyik
Bacaan Alkitab : Kisah Para Rasul 9:1-25

 

Suasana sangat kacau. Para penonton yang ingin tahu berdatangan untuk melihat ia tewas, para pemuda Lewi yang penuh semangat memunguti batu dan bergabung dalam penganiayaan; kerumunan orang itu berteriak-teriak demi darah. Para wanita juga berteriak,

“LEMPARI DIA ………. LEMPARI DIA ………… LEMPARI DIA…”

Stefanus, seorang pemimpin sekte yang baru, adalah seorang pengikut Yesus.Darah mengalir keluar dari mulutnya.Tangannya diangkat untuk menangkal batu.Luka yang terbuka di belakang kepalanya terasa berdenyut.

Kerumunan orang banyak itu menghukum dia bukan karena ia seorang Kristen, tetapi mereka membenci dia karena ia berdebat dengan para guru mengenai Hukum Taurat dan ia menang. Stefanus adalah seorang Yahudi dari luar Tanah Suci, ia diberi pelajaran mengenai logika orang-orang bukan Yahudi dan Mahkamah Agama sebelumnya tidak pernah menghadapi argumen dari Stefanus.Ia menginterpretasikan Perjanjian Lama dari sudut pandang orang bukan Yahudi, karena itu orang-orang Lewi yang kalah itu memukulnya dengan tinju mereka. Sambil menyeret dia ke luar dari Bait Allah, seseorang berseru,

“SERET DIA KE LEMBAH HINOM DAN RAJAM DIA!”

“YA …….” massa menjawab.

Pada mulanya mereka akan menghukum dia, tetapi bau darah pada hidung seekor binatang pemangsa mendorong binatang itu untuk membunuh.

Pada waktu mereka berseru untuk merajam dia, kematian adalah kesimpulan akhir yang berada di dalam pikiran setiap orang.

Saulus, seorang anggota muda dari Mahkamah Agama, tidak hadir dalam perdebatan itu, iamestinya dapat menjawab logika Stefanus. Saulus adalah seorang Yahudi dari Tarsus di Asia, sebuah kota pendidikan liberal dan pusat kesenian. Saulus adalah seorang yang brilian dalam perdebatan karena ia membawa interpretasi yang segar tentang Hukum Taurat. Saulus mendengar tentang keributan orang banyak; ia bergegas datang.

“KE SINI …..” Saulus berseru kepada para pelempar batu, “Aku akan memegangi jubah-jubah kalian.”

Saulus mengamati batu-batu itu menghantam Stefanus, beberapa diantaranya meleset. Tetapi tidak seorangpun membela sang martir, tidak ada seorangpun yang menenangkan orang banyak, tidak ada seorangpun yang datang untuk menolongnya. Ketua Mahkamah Agama tiba, aksi itu berhenti sejenak ketika Imam Besar tiba di sana. Setiap orang memandang pemimpin mereka menunggu izin untuk melanjutkan, pemimpin Yahudi tua itu dengan tergesa-gesa memberi perintah; ia tidak memakai pakaian resminya. Ia bertanya kepada orang banyak yang berkumpul disitu,
“Apakah orang ini sudah melakukan sesuatu yang membuatnya layak untuk mati?”

Itu adalah pertanyaan yang tidak akan dijawab, setidaknya tidak dijawab dengan lantang.

Saulus berpikir,
“Bunuhlah orang-orang Kristen ini karena mereka tidak menghormati hari Sabat ………… karena mereka tidak membawa persembahan domba korban ke Bait Allah …………. Karena mereka berkotbah di jalan-jalan ……….. karena mereka membuat mukjizat-mukjizat …….. karena mereka mengklaim Yesus bangkit dari antara orang mati.”

Saulus ingin membunuh orang yang berlumuran darah dan sedang berlutut ditempat penggalian batu itu, sama seperti Yesus dibunuh; tetapi tidak ada salib yang akan membuat Stefanus menjadi pahlawan, seperti mereka membuat Yesus menjadi seorang pahlawan.

Orang banyak itu berdiri tenang ……. menunggu ……… dalam keadaan siap. Lalu Ketua Mahkamah Agama itu bertanya lagi,
“Apakah orang ini melakukan sesuatu yang membuat ia layak untuk mati?”

“YA!” para anggota Mahkamah Agama yang tua berseru lebih dahulu.

“YA!” anggota –anggota lainnya memberi pendapat yang sama.

“YA!” Saulus muda berseru, ia senang melihat seorang Kristen mati.

Sebuah batu dilemparkan, Stefanus mengangkat tangannya untuk menangkalnya. Lalu tiga atau empat buah batu dilemparkan sekaligus, ia tidak dapat menangkal semuanya. Sebuah batu dilemparkan dari belakang memukul kepala Stefanus.

Gedebuk.

Stefanus tahu waktunya sudah selesai. Dalam keadaan berlutut, ia melihat ke surga dan berdoa,
“Tuhan Yesus ……….” Damai menutupi wajahnya.”Tuhan, jangalah tanggungkan dosa ini kepada mereka ……….. aku berdoa bagi mereka ……… selamatkan mereka.”

Doa itumembuat sadar pelempar batu yang paling keras sekalipun. Orang yang paling benci kepadanya sekalipun menghentikan serangannya untuk mendengarkan apa yang dikatakannya. Stefanus melihat ke langit …………. Ia melihat Yesus, tetapi orang banyak itu berpikir ia hanya melihat ke atas. Saulus tidak melihat apapun di langit, tetapi ia tertarik pada kata-kata terakhir dari orang ini sebelum ia meninggal dunia. Banyak ahli sejarah menganalisa kata-kata terakhir sebelum kematian, karena hal itu mengungkapkan apa yang benar-benar dipercaya oleh seseorang, dan bagaimana ia hidup.

Stefanus melihat ke surga.Ia melihat Yesus sedang duduk di sebelah kanan tahta Allah, dan Stefanus mengenali Yesus. Meskipun ia belum pernah melihat Yesus dengan matanya secara jasmani, ia mengenal Dia dalam kematian karena ia sudah sering bedoa. Yesus mulai berjalan menuju Stefanus seperti seseorang datang menemui seorang teman, Stefanus menggapai Yesus.Saulus mendengar doanya, demikian juga setiap orang yang ada di lokasi penggalian batu itu, meskipun tidak ada seorangpun yang melihat Yesus kecuali Stefanus. Saulus melihat ke atas untuk melihat apa yang sedang dipandang oleh Stefanus, Saulus tidak melihat apapun. Stefanus berseru,
“Ya Tuhan Yesus ………, terimalah rohku.”

Stefanus meninggal sebagai seorang martir, tetapi bukan batu-batu itu yang mengambil nafas dari paru-parunya.Tuhan Yesus yang mengambil dia.

Pada sore harinya, Saulus masih berada ditempat penggalian batu.Ia melihat orang-orang Kristen datang membawa air untuk membasuh kotoran dan darah kering dari jenazah. Mereka dengan lembut mengurapinya dengan minyak, lalu membalut tubuh Stefanus dengan kain kafan.Saulus terkesan dengan keberanian mereka, mereka berani menghadapi bahaya.Mereka juga dapat dirajam batu oleh orang banyak.Tetapi Saulus juga tersentuh oleh kelembutan mereka, mereka mengasihi Stefanus.

Beberapa hari kemudian, Saulus datang ke Mahkamah Agama.Ia mempunyai sebuah rencana untuk menghentikan penyebaran Kekristenan ke kota-kota lain. Ketika mereka merajam Stefanus, mereka menghentikan juga kotbah jalanan yang dilakukan oleh orang-orang Kristen; ornag-orang Kristen tidak lagi berkumpul secara terbuka untuk berdoa. Mata-mata orang Yahudi melaporkan bahwa orang-orang Kristen meninggalkan Yerusalem menuju ke kota-kota lain ………. Aleksandria, Babel, dan Damsyik. Mereka memilih kota-kota tersebut karena ada populasi Yahudi yang besar di sana. Saulus sangat geram,
“Orang-orang Kristen akan menarik kerabat mereka …….” Ia menjelaskan kepada Mahkamah Agama. Saulus berkata dari baris belakang kepada sidang yang dihadiri oleh 70 orang. Dengan tinju terkepal sehingga pembuluh darah di tangannya tampakjelas dan dengan nada suara yang ditinggikan, ia berkata,
“Kita harus menghentikan penyebaran Kekristenan……..” ia berhenti sejenak untuk melihat dari satu wajah ke wajah lain, mereka setuju. “Kita HARUS menghentikan mereka.”Mereka semua mengangguk setuju, mengantisipasi rencananya.

“Aku akan pergi ke Damsyik,” Saulus mengusulkan, “menangkap orang-orang Kristen, lalu mendapatkan surat ekstradisi untuk membawa mereka ke Yerusalem.”

“Engkau tidak dapat melakukan hal itu,” seorang Rabi tua mengelus janggutnya untuk mempermalukan Saulus muda.”Kita tidak mempunyai hak secara hukum di Damsyik.”Banyak anggota Mahkamah Agama yang lebih tua bergumam tanda setuju.Anggota lainnya menentang Saulus, “Kita tidak mempunyai wewenang secara hukum di luar Tanah Suci.”

“Ada,” Saulus membentak orang tua itu. Saulus adalah seorang murid dari Gamaliel, artinya ia sudah menyelidiki terlebih dahulu sebelum berbicara. “YA, kita mempunyai wewenang secara hukum ……. Di Damsyik …… di Aleksandria ……….. di Babel.” Saulus melanjutkan, “Kita mempunyai otoritas secara hukum terhadap orang-orang Yahudi di manapun di bawah Kekaisaran Romawi.”

Saulus menjelaskan sejarah kepada Sidang yang sedang diam. Ia mengungkapkan bahwa Imam Besar membantu Julius Caesar dalam pertempuran untuk mengalahkan Pompei di Mesir pada tahun 68 SM. Sebagai balasannya, Caesar memberikan kepada Hyreanus II, Imam Besar  dan para penggantinya otoritas rohani atas semua orang Yahudi di dalam kekaisaran Romawi. Lalu Saulus menyimpulkan,
“Orang-orang Kristen ini adalah bangsa Yahudi ………. secara hukum terlahir sebagai bangsa Yahudi.”Kelompok orang-orang itu tersenyum atas kecerdasan Saulus muda.Lalu Saulus tersenyum kembali kepada Mahkamah Agama setelah mengetahui bahwa mereka berada di pihaknya.Lalu Saulus berkata, “Ini adalah masalah rohani yang sangat mendesak, karena mengancam kepercayaan orang-orang Yahudi di manapun.”

Grup itu bertepuk tangan untuk memperlihatkan apresiasi dan persetujuan mereka.Tetapi Saulus belum menginginkan ungkapan terima kasih mereka.Ia menambahkan,  “Kita tidak dapat membiarkan penguasa di kota-kota lain itu bernegosiasi dengan orang-orang Kristen ini. Mereka tidak akan menghentikan orang-orang Kristen. Mereka tidak akan menghukum mereka seperti kita berurusan dengan Stefanus. Kita harus menangkapi para pemimpin orang Kristen, membawa mereka kembali ke Yerusalem, dan biarkan mereka merasakan kedahsyatan batu.”

“YA,” Mahkamah Agama berseru. “Ya …….. Ya ……”

Saulus tidak datang secara pribadi membawa rencananya kepada Imam Besar karena ia takut akan penolakan ……….. penolakan karena ia masih sangat muda. Maka Saulus menggunakan sarana Mahkamah Agama untuk mengintimidasi Imam besar. Saulus ingin Mahkamah Agama menekan Imam Besar. Saulus sudah mendapatkan persetujuan Mahkamah Agama, berikutnya adalah apakah Imam Besar akan setuju? Semua mata memandang Saulus dan Imam Besar.

Ruangan itu merasakan ketegangan antara Saulus muda dan Imam Besar tua.Ada perbedaan generasi di antara seorang pemimpin muda yang cepat marah dan seorang pemimpin yang lebih tua dan lebih bijaksana. Pandangan mata Mahkamah Agama beranjak dari wajah  Saulus ke mata Imam Besar. Apakah orang tua ini akan menyetujui inisiatif yang berani ini? Ia membuka bibirnya perlahan-lahan untuk berbicara,
“Aku akan memberikan sebuah Surat Kuasa kepada Saulus.”

Dengan satu rencana yang cerdik, Saulus muda – usianya belum mencapai 30 tahun – menjadi salah satu pendorong utama di dalam Mahkamah Agama.Saulus memperoleh kuasa yang tidak pernah diperoleh oleh beberapa anggota laindi sepanjang hidupnya.Saulus menjadi wakil dari Imam Besar dan menjadi suara yang berkuasa dari Mahkamah Agama.

Beberapa minggu kemudian, sebuah kafilahyang terdiri dari unta, keledai dan musafir yang kelelahan tiba di pegunungan yang ditumbuhi pohon-pohon balsam di sebelah barat lembah Baka.Mereka dapat melihat Damsyik dari kejauhan dari puncak pegunungan. Melihat ke arah belakang mereka bisa melihat pohon-pohan cedar dari Lebanon  di seberang lembah Baka dan ke arah selatan mereka dapat melihat Gunung Hermon, gunung di Tanah Suci yang ditutupi salju.

Saulus tidak hanya memperoleh surat dari Imam besar untuk menangkap dan mengekstradisi orang-orang Yahudi ke Yerusalem, tetapi ia juga memperoleh surat penghargaan. Saulus menunggangi seekor kuda, cara yang paling mewah untuk bepergian. Ia tidak terayun-ayun  di atas seekor keledai, ia juga tidak tergoyang-goyang di atas punggung unta. Orang-orang kaya menunggang kuda seperti perwira, demikian juga Saulus memakai surat penghargaannya untuk memperoleh seekor kuda yang bagus, yang menurut pikirannya sesuai dengan tugas barunya. Barang-barang bawaannya dibawakan oleh portir, sekali lagi suatu pameran kekayaan. Dari waktu ke waktu Saulus menunggang kuda ke lokasi pengintaian di tempat yang tinggi, di sana ia duduk seperti seorang Perwira Romawi menyelidiki medan pertempuran. Itu memberikan rasa harga diri yang tinggi bagi Saulus.

Tetapi yang diperolehnya dari portir adalah ketaatan yang kosong yang timbul karena uang. Mereka peduli bukan karena Saulus adalah seorang Yahudi, bahkan setidaknya ia adalah seorang yang terkemuka yang mewakili Imam Besar. Mereka menaati dia karena uang, tetapi mereka tidak menghormatinya. Saulus teringat akan kasih yang lembut dari orang-orang Kristen terhadap jenazah Stefanus, Saulus tidak memperoleh jenis kasih tersebut dari siapapun ……….. tidak dari portir ………. tidak dari Mahkamah Agama …….. tidak dari teman-teman sekolahnya di sekolah Gamaliel.

“Siapa yang akan peduli jika aku mati?”Kafilah itu menuruni bukit hijau yang subur ke arah tanah datar Ghuta. Sebentar lagi mereka akan minum dari Sungai Barada, lalu mengikuti sungai itu ke kota Damsyik. Mereka akan memasuki “Gerbang Timur” ke dalam kota. Saulus berencana menunggangi kudanya dengan penuh kemenangan menuruni jalan yang disebut Jalan Lurus yang terbentang dari barat ke timur, langsung menuju kota. Mereka akan sampai di kota pada tengah hari, saat yang paling tepat untuk masuk.

Kuda Saulus minum dengan banyak di Sungai Barada, Saulus berhenti sejenak untuk beristirahat sementara kafilah lewat di hadapannya. Ketika pada akhirnya ia dapat menyusul rombongan, para pembawa kopernya sedang berjalan dibagain belakang rombongan. Saulus tidak suka berada di posisi itu terlalu lama karena banyak debu yang ditimbulkan binatang –binatang lain yang berjalan di depannya.

Saulus mengambil kain putih untuk menyeka peluh dari wajah dan lehernya. Lalu ia melihat ke matahari, langsung ke dalam sinarnya yang membuat buta. Sinar matahari memancar lebih terang dari sinar manapun yang pernah dilihat Saulus.Ia dibutakan oleh silaunya, tetapi bukan matahari siang yang membuat Saulus buta. Sinar yang sangat terang – sinar yang membuat Saulus buta – adalah Tuhan Yesus Kristus sendiri.
Sinar yang sangat terang membuat Saulus buta.Kuda, merasa ketakutan, mulai menendang dengan liar. Saulus bukanlah seorang penunggang kuda yang terlatih, ia tidak dapat menguasai kuda yang menendang-nendang. Buta akibat sinar yang membakar dan kehilangan keseimbangan, Saulus jatuh ke tanah.Sinar itu begitu terang, Saulus menutupi mukanya dengan ke dua tangannya, tangan yang berpasir yang baru saja digunakannya untuk menahan tubuhnya ketika jatuh. Saulus menutupi mukanya dengan tangannya yang kotor, ia tidak dapat melihat matahari; ia tidak dapat melihat Yesus Kristus. Saulus tidak dapat melihat apapun.

Saulus buta.

Para pembawa barang melihat sinar yang sangat terang.Mereka menjatuhkan beban mereka ke tanah, dan meringkuk ketakutan. Mereka tidak tahu apa yang terjadi, tetapi mereka tahu bahwa hal itu adalah kejadian yang supranatural. Mereka mendengar suara dari surga, tetapi bagi mereka hanya terdengar sebagai  bunyi; mereka tidak dapat mendengar kata-katanya. Tetapi mereka tahu bahwa seseorang sedang berbicara kepada Saulus. Ada suara yang berbicara kepada Saulus dalam bahasa Ibrani,
“Saulus ……” matanya yang buta melihat ke arah langit, tetapi ia tidak dapat melihat, “Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?”

“Siapakah Engkau?” Saulus menjawab dengan gagap.

“Aku adalah Yesus ………” suara dari surga menjawab. “Engkau berpikir bahwa engkau menganiaya orang-orang Kristen, tetapi engkau sebenarnya menganiaya Aku.”

Saulus dengan cepat mencerna semuanya di dalam pikirannya.Ia membenci orang-orang Kristen dan ingin membunuh mereka, sama seperti para pimpinan Yahudi lainnya membunuh Yesus. Ia tahu orang-orang Kristen meng-klaim bahwa Yesus tidak mati, tetapi Ia hidup. Sekarang Yesus sedang berbicara dengan dirinya. Saulus mendengar suara,
“Aku adalah Yesus” ……… sulit dipercaya.Saulus tergeletak merendahkan diri di tanah yang kotor, bahkan ditendang oleh kuda.Seketika, Saulus tahu bahwa pendekatannya yang legalistikkepada Tuhan adalah salah.Orang-orang Kristen bukan hanya memiliki sistim agama yang lebih baik, tetapi mereka percaya kepada Seseorang.Mereka mengikuti Kristus. Saulus menjawab,
“Tuhan ………..” itu adalah pertama kalinya Saulus mengakui Ke-Tuhanan dari Yesus Kristus. “Tuhan ………. Apa yang Engkau ingin aku lakukan?”

Dengan pertanyaan itu, Saulus menyerahkan dirinya kepada Seseorang.  Diperlukan waktu untuk  memilah theologinya, dan ia harus memikirkan cara untuk menghadapi semua perubahan yang diperlukan dalam gaya hidupnya. Tetapi dengan berbaring di tanah, Saulus membuat suatu perubahan yang sangat penting – ia mengakui Yesus Kristus. Meskipun buta, Saulus telah melihat cahaya.Meskipun buta oleh cahaya, Saulus telah melihat sinar dari Yesus Kristus. Dalam penyerahannya, Saulus bertanya,  “Apa yang Engkau ingin aku lakukan?”

Tuhan memberi perintah kepadanya, “Bangunlah …..,” Saulus bangun dari tanah. “Bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kau perbuat.”

Kuda sudah lari, para pembawa barang tidak mengejarnya karena mereka tidak peduli.Mereka sudah melihat cahaya yang membutakan dan mendengar suara yang berbicara dari surga. Sekarang mereka bekerja untuk seorang majikan yang buta, mereka harus membawa dia ke dalam kota jika mereka menginginkan pembayarannya. Gerbang kota ada di depan mereka. Dengan menuntun Saulus, mereka membimbing dia di jalan yang disebut Jalan Lurus, ke sebuah rumah seorang Yahudi yang bernama Yudas.Suatu tontonan yang hebat, Saulus tidak masuk ke kota dengan kemenangan di atas kuda putih. Ia dituntun oleh pembawa beban ……… dengan mata yang buta ……… jubah yang kotor …… Tuhan sudah merendahkan Saulus.

Saulus kelihatan jelek, karena matanya jelek.Bukan hanya buta, tetapi gosokan pasir ke dalam matanya membuat matanya luka dan berdarah.

Semakin ia mencoba membuka matanya, semakin parah sakitnya, seperti jarum yang ditusukkan ke dalam bola matanya. Sinar apapun tidak dapat ditahannya.Saulus menutup matanya untuk menghindarkan cahaya, dan menggosoknya sampai berdarah.Semakin banyak matanya berdarah, Saulus semakin menggosoknya sehingga menimbulkan bercak-bercak darah kering di matanya. Saulus sudah buta secara rohani, sekarang ia benar-benar buta, ia buta secara jasmani.

Saulus sudah sering berpuasa, seorang Farisi yang baik berpuasa setiap hari Selasa dan Kamis.Ia berpuasa untuk memperlihatkan ketaatannya terhadap Hukum. Tetapi sekarang puasanya berbeda.Saulus tidak dapat makan ataupun minum, seperti orang yang kehilangan nafsu makan ketika terjadi kematian yang tiba-tiba di dalam keluarga, ada kematian di dalam kehidupan Saulus. Saulus yang lama telah mati ketika ia berjumpa dengan Yesus. Ia berpikir,  “Aku disalibkan bersama kristus …………… ketika Yesus mati, aku mati ………. Ketika Yesus dikuburkan, aku juga dikuburkan.”

Pada saat Yesus disalibkan, Saulus mengalaminya.Sebagai seorang mahasiswa theologi, Saulus sudah pernah mendengar kotbah dari Yesus. Ia ingat Yesus berkata, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.”Saulus yang lama sudah mati ……… dengan sempurna.Di bagian lain dari kota itu, Tuhan berbicara kepada seorang Kristen yang dapat dipercaya, seorang yang mengikut Yesus. Tuhan datang kepadanya, memanggil namanya, “Ananias.”

“Ya, Tuhan,” demikianlah jawabnya.”Apakah yang Engkau ingin aku lakukan?”

Tuhan menyuruh orang percaya yang rendah hati ini untuk pergi ke rumah di mana Saulus berada, menumpangkan tangannya ke atas Saulus, dan berdoa agar ia dapat melihat lagi. Tuhan memberitahu Ananias bahwa Saulus sudah dibuat buta.Tetapi Ananias tidak yakin.Ia menolak.

“Tuhan …….” sebuah penolakan yang alami, “Aku telah mendengar banyak hal jahat yang dilakukan oleh Saulus terhadap orang-orang Kristen di Yerusalem.Ia datang ke Damsyik untuk melakukan hal yang sama!”

Tuhan menjawab ketakutan Ananias.”Saulus sedang berdoa.”Lalu Tuhan memberitahukan kepada Ananias, “Saulus adalah bejana yang terpilih untuk menginjili orang-orang bukan Yahudi.Ia memang sudah menganiaya gereja pada masa lalu, karena itu ia akan dianiaya pada masa yang akan datang karena penginjilannya.”

Kamar yang kecil di dalam rumah hanya beberapa langkah jaraknya dari jalan yang disebut Jalan Lurus.Daun jendelanya menghalangi cahaya yang masuk, pintunya ditutup, tetapi cahaya tidak diperlukan.Saulus buta.Bercak darah kering berwarna merah kecoklatan menutupi matanya.Pelayan membawa sebaskom air untuk membersihkannya, tetapi Saulus menolak bantuan apapun.

Di dalam ruang yang gelap itu hanya ada sebuah kursi dan meja dengan segelas air dan sedikit roti, tetapi Saulus menolaknya. Ia bertiarap di lantai, berdoa … menangis ….. bertobat.Ia berpikir bahwa ia akan buta seumur hidupnya, tetapi bukan mata jasmaninya yang perlu diobati, melainkan mata rohaninyalah yang buta yang memerlukan penyembuhan. Ia berdoa untuk mendapat penglihatan rohani.

Setelah tiga hari, Ananias mengetuk pintu. Setelah masuk ke dalam kamar, Ananias menjelaskan kepada Saulus,
“Engkau adalah saudaraku” …….. Tuhan memberitahukan kepada Ananias apa yang terjadi di jalan menuju Damsyik. “Aku tahu engkau adalah saudaraku, karena Tuhan Yesus datang kepadamu.”

Saulus tidak dapat menjawab, ia hanya dapat menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju bahwa ia telah melihat Yesus. Ananias melanjutkan untuk menjelaskan,

“Yesus menyuruh aku untuk menumpangkan tanganku ke atas-mu dan berdoa agar engkau mendapat penglihatan.”Lalu Ananias menambahkan, “Dan bahwa engkau akan dipenuhi oleh Roh Kudus.”

Saulus bangkit dari lantai, dan berlutut. Seperti yang dijanjikannya, Ananias menumpangkan kedua tangannya di atas kepala Saulus dan berdoa,”Tuhan …… sembuhkanlah kebutaannya ……. Penuhilah dia dengan Roh Kudus ……. Pakailah Saulus untuk menyebarkan Injil kepada orang-orang bukan Yahudi.”

Tiba-tiba, Saulus dapat melihat.Sakit yang menyengat sudah hilang.Ia tahu sesuatu hal sudah terjadi karena ia dapat melihat di dalam pikirannya …….. ia dapat melihat dalam warna-warna ……….. ia dapat melihat dalam gerakan ……. Ia dapat melihat di dalam hatinya. Lalu Saulus mencoba membuka matanya, satu hal yang sebelumnya tidak dapat ia lakukan karena sakit dankarena korengnya. Koreng-koreng darah kering menutupi matanya.Ia berusaha untuk membuka matanya,

Tiba-tiba, koreng itu terlepas dan jatuh ke tanah. Koreng itu lepas dari mata Saulus dan ia dapat melihat. Apa yang sebelumnya dapat dilihat di dalam hatinya, sekarang dapat dilihatnya dengan matanya.

Saulus diselamatkan, disembuhkan dari kebutaannya dan dipanggil oleh Tuhan untuk menginjil, tetapi secara jasmani ia lemah. Doanya secara intensif selama 3 hari membuat ia lemah. Ia gemetar karena terlalu lelah. Untuk pertama kalinya dalam tiga hari, Saulus minum air dan makan sedikit roti.Ia memerlukan kekuatan.

Orang-orang percaya sudah berkumpul di rumah itu untuk membantu Ananias dan berdoa bagi Saulus. Sebagai balasan atas kesetiaan mereka, mereka dapat menyaksikan baptisan air Saulus.

SETELAH PERJUMPAAN

Saulus, anggota Yahudi dari Mahkamah Agama menjadi Saulus Rasul bagi orang-orang bukan Yahudi.Saulus menganiaya orang-orang Kristen, setelah pertobatannya, orang-orang Yahudi berusaha membunuhnya di Damsyik dan lalu di Yerusalem.Ia pergi kemana-mana mendirikan gereja, dan orang-orang Yahudi mengikuti Saulus untuk mengkritik ……… menangkap ………. merajam ……. dan berusaha membunuh dia. Tidak diragukan lagi, orang yang berjumpa dengan Kristus di jalan menuju Damsyik menjadi nama yang paling berpengaruh dalam penyebaran Kekristenan. Perjumpaan dengan Kristus memotivasi dirinya untuk melakukan pelayanan yang penuh pengorbanan.Ia menyebarkan Injil, menulis surat, mendidik murid-murid dan mempengaruhi arah Kekristenan di masa mendatang.

10 PELAJARAN DARI PERJUMPAAN DENGAN TUHAN

Seorang yang terhilang dapat berjumpa dengan Yesus dan diubahkan
Ketika Saulus melakukan perjalanan ke Damsyik, ia belum bertobat. Tetapi di dalam suatu pengalaman yang mengakibatkan perubahan, ia berjumpa dengan Yesus Kristus dan ia diubahkan. Bukan hanya kepribadaiannya yang berubah, theologinya pun berubah, dan tujuan hidupnya berubah.Pengalaman pertobatan dapat berupa perjumpaan dengan Kristus yang menjadi awal dalam hidup Kekristenan kita. Orang lainnya berjumpa dengan Kristus setelah ia bertobat cukup lama sebelumnya, seperti Yohanes yang berjumpa dengan kristus di Pulau Patmos, dan Abraham yang berjumpa dengan Tuhan setelah berjalan bersama Dia selama 25 tahun.

Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. (2 Kor 5:17)

Dasar dari perjumpaan dengan Kristus bukanlah berdasarkan penjelasan logis atau bukti empiris, tetapi lebih berdasarkan pengalaman bersama Yesus kristus.

Saulus yang mendapat pendidikan tentang logika dari Gamaliel, jelas dapat berdebat menentang Kekristenan, dan mempunyai argumen yang rasional untuk mempertahankan keyakinannya. Namun, Saulus tidak mempunyai pembelaan ketika ia berjumpa dengan Yesus Kristus. Dengan cara yang sama banyak orang yang atheis dan skeptis yang meragukan Firman Allah menjadi orang percaya ketika mereka berjumpa dengan Yesus Kristus. Tidak ada seorangpun yang harus membuktikan kepada mereka bahwa Alkitab adalah Firman Allah, mereka juga tidak tertarik pada argumen tentang keberadaan Tuhan.Ketika mereka berjumpa dengan Yesus Kristus, mereka di dalam hatinya tahu bahwa Tuhan itu ada, dan bahwa Firman-Nya adalah benar.

Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku. (Gal 2:20)

Yesus ingin agar kita mengenal Dia sesuai dengan Siapa Dia.

Ketika Yesus menjumpai Saulus di jalan menuju Damsyik, Ia tidak memberi alasan ataupun berusaha menginterpretasikan kembali Perjanjian Lama. Yesus hanya memberitahukan kepada Saulus, “Akulah Yesus yang kau aniaya itu( Kis 9:5). Berjumpa dengan Yesus sudah cukup untuk mentransformasikan hidup Saulus.

Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, (Flp 3:10)

Setelah perjumpaan dengan Yesus, hidup kita menuju ke arah yang lain.

Sudah nyata bahwa Saulus datang ke Damsyik untuk menangkap orang-orang Kristen.Tetapi setelah berjumpa dengan Yesus Kristus, ia mulai menginjil.“Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah” (Kis 9:20).  Saulus melakukan hal yang berlawanan dengan tujuan mengapa ia datang di Damsyik.

Kata-Nya kepada mereka semua: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” (Luk 9:23)

Orang-orang di sekeliling kita tidak mengerti apa yang terjadi ketika kita berjumpa dengan Kristus.

Orang-orang yang bersama Saulus tidak mengerti apa yang dilihat dan didengar oleh Saulus. “Dan mereka yang menyertai aku, memang melihat cahaya itu, tetapi suara Dia, yang berkata kepadaku, tidak mereka dengar”(Kis 22:9). Ketika kita bertemu dengan Yesus Kristus, kita berbaris kearah genderang yang berbeda.Teman-teman kita yang tidak mengenal Yesus Kristus tidak mengerti motivasi kita, ataupun tujuan kita. Barangkali itulah sebabnya mengapa begitu banyak terjadi perjumpaan dengan Tuhan secara pribadi, Tuhan tahu bahwa orang-orang tidak akan mengerti, maka ia menemui hamba-Nya secara pribadi.

Orang-orang yang bersama-sama dengan Saulus mendengar suara, tetapi mereka tidak mengerti kata-katanya; barangkali karena Tuhan berbicara dengan Saulus dalam bahasa Ibrani. Barangkali mereka mendengar bunyi seperti mereka yang berada di Bait Allah dan menduga bahwa itu adalah Guntur ketika Tuhan berkata, “Aku telah memuliakan-Nya, dan Aku akan memuliakan-Nya lagi!” (Yoh 12:28)

Hanya aku, Daniel, melihat penglihatan itu, tetapi orang-orang yang bersama-sama dengan aku, tidak melihatnya; tetapi mereka ditimpa oleh ketakutan yang besar, sehingga mereka lari bersembunyi (Daniel 10:7)

Perjumpaan dengan Tuhan akan menghilangkan kesombongan kita dan membuat kita rendah hati.

Setiap orang ingin duduk di atas tahta kehidupannya sendiri.Kita semua didorong oleh tujuan-tujuan yang egois.Namun, Yesus Kristus ingin duduk di atas tahta kehidupan kita.Saulus yang arogan yang berjumpa dengan Yesus Kristus, dapat berkata di sepanjang sisa hidupnya, “Tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal 2:20).

(13) Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, (14) dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus (Flp 3:13,14)

Kadang-kadang kita tidak dapat menjelaskan pengalaman mengenai apa yang terjadi di dalam suatu perjumpaan, kita hanya dapat memberikan kesaksian mengenai kuasa yang mengubahkan dari Yesus Kristus.

Dalam dua kesempatan lain dalam hidupnya, Saulus memberikan kesaksian mengenai pertobatannya di jalan menuju Damsyik. Dalam kesaksian-kesaksian tersebut, ia tidak berusaha untuk menjelaskan apa yang terjadi di dalam pengalamannya. Ia menekankan transformasi yang radikal dalam hidupnya. Sebelum bertobat, ia adalah orang Yahudi yang membenci Kristus dan ingin menganiaya gereja. Setelah ia bertemu dengan Yesus Kristus, ia menjadi penyebar Injil. (Pelajari Kis 22:3-21; Kis 26:2-23)

Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. (Flp 1:21)

Dalam suatu perjumpaan kadang-kadang Tuhan memberikan kepada kita suatu tugas yang tidak menyenangkan.

Sebelum berjumpa dengan Yesus Kristus, Saulus bersaksi bahwa ia “disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi” (Flp 3:5). Tetapi dalam perjumpaan dengan Yesus Kristus, ia dibelokkan dari pelayanan kepada orang-orang Yahudi menjadi rasul untuk orang-orang bukan Yahudi.

(15) Tetapi firman Tuhan kepadanya: “Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. (16) Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku.” (Kis 9:15,16)

Teman-teman kita dan kolega kerja kita mungkin akan berbalik menentang kita karena perjumpaan kita dengan Yesus Kristus.

Sebagai seorang juru bicara untuk orang-orang Yahudi, Saulus membawa surat ke Damsyik untuk menangkap dan mengekstradisi orang-orang Kristen ke Yerusalem. Setelah Saulus berjumpa dengan Yesus Kristus, mereka yang telah bekerja sama dengan dia berusaha untuk membunuhnya; sama seperti ia sudah berusaha membunuh orang-orang Kristen. Di Damsyik, “beberapa hari kemudian orang Yahudi merundingkan suatu rencana untuk membunuh Saulus” (Kis 9:23). Ia lari ke Yerusalem dan di sana, “mereka itu berusaha membunuh dia” (Kis 9:29). Barangkali banyak teman-teman kita yang tidak mengasihi kita apa adanya, mereka mengasihi kita karena apa yang dapat kita lakukan untuk mereka dan menguntungkan mereka.

(12) Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu. (13) Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya. ( 1 Pet 4:12,13)

Tuhan mempunyai beberapa orang yang akan membantu menjelaskan kepada kita tentang perjumpaan dengan Kristus
Ada seorang percaya di Damsyik yang bernama Ananias yang belum disebutkan sebelumnya di dalam Alkitab, dan tidak pernah disebutkan lagi kemudian.Tampaknya, Ananias dibesarkan untuk suatu saat yang penting dalam hidupnya, Ananias diberi tugas membantu Saulus dalam perjumpaannya dengan Yesus Kristus. Meskipun Ananias pada awalnya merasa takut karena ia telah mendengar mengenai reputasi Saulus, ia taat, menumpangkan tangannya ke atas Saulus, dan berdoa untuk kesembuhannya. Tuhan memakai Ananias untuk menyampaikan pesan kepada Saulus bahwa ia akan menjadi rasul bagi orang-orang bukan Yahudi.

(30) Filipus segera ke situ dan mendengar sida-sida itu sedang membaca kitab nabi Yesaya. Kata Filipus: “Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?” (31) Jawabnya: “Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?” Lalu ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya. (Kis 8:30,31)

PELAJARAN

  • Aku tahu bahwa orang yang terhilang dapat berjumpa dengan Kristus dan diubahkan
  • Aku mendapat bukti untuk imanku dari Kristus, bukan dari logika atau perasaan
  • Aku perlu berjumpa dengan Yesus sesuai dengan siapa Dia.
  • Aku akan mempunyai arah yang baru dalam hidupku setelah berjumpa dengan Yesus
  • Aku dapat berjumpa dengan Yesus ketika orang-orang disekelilingku tidak tahu apa yang terjadi
  • Aku memperoleh kerendahan hati yang alkitabiah dalam perjumpaan dengan Kristus.
  • Aku mungkin tidak mampu menjelaskan suatu perjumpaan tetapi aku dapat memberikan kesaksian tentang kuasanya yang mengubahkan
  • Aku kadang-kadang mendapat tugas yang kurang menyenangkan dalam perjumpaan dengan Kristus
  • Aku mungkin kehilangan teman-teman setelah perjumpaan dengan Kristus
  • Aku mungkin mendapat pertolongan dari orang-orang percaya lainnya untuk memahami perjumpaan dengan Kristus.

Sumber:  ENCOUNTERING GOD FOR SPIRITUAL BREAKTHROUGH, oleh Elmer L Towns
Alih Bahasa: Inawaty Suwardi, Rajawali Family Ministry

Artikel oleh: August 1, 2012   Kategori : Bahan Khotbah  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda