Kasih dan Ketaatan

Bacaan Alkitab: Ester 1: 1 – 8

“Pada zaman Ahasyweros—dialah Ahasyweros yang merajai seratus dua puluh tujuh daerah mulai dari India sampai ke Etiopia”  (Ester 1 : 1)

Kitab Ester pasal pertama menunjukkan kekuasaan sekaligus kesombongan Raja Ahasyweros, pemimpin kerajaan Persia yang sangat besar. Ia menyelenggarakan sebuah pesta besar-besaran untuk memamerkan kekayaan dan kemegahannya. Setelah berpesta selama tujuh hari, raja memerintahkan para pelayannya membawa Wasti, sang ratu, di hadapan pengunjung pesta agar mereka dapat melihat kecantikannya yang luar biasa. Tetapi Ratu Wasti menolak untuk datang, dan penolakannya memalukan raja agung Persia tersebut (ayat 12-18).  Alasan penolakan tersebut tidak jelas.

Kemungkinan, ratu tidak bersedia martabatnya direndahkan di hadapan raja dan tamu yang dalam keadaan mabuk (1:7-8, 10).  Catatan sejarah Yahudi menjelaskan bahwa ratu Wasti diminta untuk menghadap raja dengan mengenakan mahkota kerajaan (1:11). Apapun alasannya, kisah ini menunjukkan bahwa ratu Wasti tidak mempunyai hak untuk menolak perintah raja.

Ahasyweros marah besar atas sikap sang ratu. Sebagai raja yang memerintah kerajaan yang sedemikan besar (1:1), raja Ahasyweros meminta nasehat dari orang-orang bijaksana untuk mengambil sikap terhadap perilaku istrinya. Mereka menasihatinya untuk mencopot Wasti dari jabatannya sebagai ratu dan “mengaruniakan kedudukannya sebagai ratu kepada orang lain yang lebih baik daripadanya” (ayat 19).

Berkaitan dengan sikap Wasti, maka jika ditinjau dari terang Perjanjian Baru dalam surat Efesus 5:22-23 menjelaskan tentang prinsip Allah tentang hubungan suami istri. Perintah yang menutup rangkaian prinsip ini adalah “Kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya” (33). Relasi yang indah akan rusak ketika salah satu pihak, atau keduanya, tidak menaati prinsip yang Allah tetapkan. Penyebabnya mungkin hal yang memang penting untuk dipertahankan, namun bisa juga hanya masalah sepele yang menyangkut ego dan harga diri!  Yesus tidak memandang harga diri-Nya terlalu tinggi, namun dengan kasih-Nya kepada manusia dan ketaatan-Nya kepada Bapa, Dia rela disalibkan!

Harga diri itu perlu untuk dijaga, namun yang lebih penting adalah kasih dan ketaatan.

Artikel oleh: June 21, 2012   Kategori : Biblical Devotion from Esther (Renungan Alkitabiah dari Kitab Ester)  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda