Berjumpa Dengan Tuhan (9): Perempuan Yang Sakit Pendarahan

Pertemuan :         Untuk Penyembuhan
Tempat:                Di kota Kapernaum
Bacaan Alkitab:   Markus 5:21-43

Ia kurus dan menyedihkan, matanya yang sayu terbenam di dalam lubang yang hitam dan baunya seperti telur busuk. Ia sudah lama tidak lagi mencuci pakaiannya, karena darahnya terus mengalir dari luka-luka di tubuhnya.
“PERGI!” seorang ibu rumah tangga menghardik ketika ia duduk di teras sebuah rumah. “PERGI!” Tubuh ibu rumah tangga yang gemuk itu mengintai di pintu untuk mengusir perempuan yang berbau busuk. “Engkau akan menulari kami ……..” ibu rumah tangga yang gemuk itu berseru lagi.
Perempuan yang kotor itu melanjutkan jalannya melalui desa kecil itu. Tidak ada seorangpun yang menawarinya minum …………. tidak ada seorangpun yang menawarinya istirahat ….. tidak ada seorangpun yang peduli.
“Mungkin di desa berikutnya …….” Ia berharap.
Dua belas tahun yang lalu penyakit itu tiba-tiba menyerangnya, luka-luka bermunculan di badannya.  Ia sudah mencoba segala cara untuk menyembuhkannya …….. serbuk khusus ………. lotion …….. alkohol ………. Tidak ada yang dapat menghentikan nanahnya.  Tidak ada yang dapat menghentikan darahnya.
   Ia sedang menuju ke Kapernaum untuk melihat Yesus. Ketika seseorang untuk pertama kalinya memberitahukan kepadanya bahwa Yesus dapat menyembuhkannya, ia mengatakan bahwa Yesus hanyalah seorang tabib, sama seperti yang lain.
Ia telah menjual semua pakaiannya untuk membayar seorang dokter Mesir untuk berendam di dalam lumpurnya, lalu memijat semua kotoran dari tubuhnya. Tapi tidak berhasil.
Ia sudah menjual seluruh perabotan rumahnya untuk membayar minyak Asyur yang wangi dari India. Juga tidak berhasil.
Seorang dokter lainnya menyuruhnya untuk berguling-guling di salju pada waktu musim dingin, selanjutnya ia berjemur pada musim panas sehingga kulitnya menjadi hitam. Ia tidak mengalami perbaikan, tetapi sebaliknya semakin parah.
Ia sudah melihat seorang buta yang dituntun melewati kotanya. Ia terus menerus berkata, “Yesus akan memberi mata kepadaku ………. Yesus akan membuatku dapat melihat.”  Perempuan itu merasa ragu, apakah tidak sebaiknya melihat apa yang dilakukan oleh si penyembuh kepada dirinya.  Ia miskin secara finansial ………. Ia tersisih dalam masyarakat ……….. tidak ada sahabat ………. dan ia bau.
“LIHATLAH AKU!!!” orang buta itu berlari kian kemari melewati kotanya pada esok harinya.
“LIHATLAH SEORANG BUTA DAPAT MELIHAT!!!” ia berseru kepada setiap orang.
“Angkatlah jarimu,”  ia tertawa dengan bersukacita. “Aku akan menyebutkan berapa jari yang aku lihat.”
“Harapan tertanam di dalam hati perempuan itu, ia mulai berpikir untuk pergi kepada Yesus.
Lalu ia mendengar tentang seorang anak laki-laki di Nain yang jenazahnya sedang dibawa untuk dimakamkan. Ia mendengar Yesus menghentikan iring-iringan pemakaman dan membangkitkan anak itu dari kematian.
“Mungkin Yesus dapat menyembuhkan aku ……..” ia merenungkannya. Ia mulai berjalan menuju kota Kapernaum di tepi Danau Galilea dimana Yesus tinggal, perjalanan yang jauh tanpa seorangpun menemaninya. Orang buta tadi mempunyai keluarga yang menuntunnya kepada Yesus. Orang yang lumpuh juga mempunyai sahabat-sahabat yang menurunkannya melalui atap rumah Petrus agar ia dapat disembuhkan oleh Yesus. Tetapi ia tidak mempunyai seorangpun.
“PERGI!” beberapa anak di desa itu melemparinya dengan batu untuk mengusir dia dari sumur keluarga. Tidak heran …. Bajunya yang kotor compang-camping,  ditambal di atas tambalan. Ia menuruni jalan berbatu ke arah tujuannya – mungkin Yesus dapat menghentikan darahnya, mungkin Yesus dapat menyembuhkannya.
Ia tiba di puncak bukit dan melihat Danau Galilea di lembah, tampak awan-awan yang sedang bergerak di atas danau, tetapi angin meniup awan-awan itu ke atas bukit dimana ia berdiri. Ia akan turun menuju rumah-rumah yang putih dan pohon-pohon yang hijau di Kapernaum, kota di mana Yesus tinggal.
Ia menghindari bicara dengan orang-orang, sama seperti ia sudah menghentikan semua usahanya untuk menyembuhkan pendarahan dan nanah dari luka-lukanya. Ia minum air dari sungai kecil. Ketika tidak ada seorangpun melihatnya, ia menarik beberapa batang gandum dari tangkainya, lalu menggosoknya untuk membuat tepung dan menambahkan air untuk membuat adonan. Hanya itulah makanannya.
Ia berusaha untuk tidak dilihat oleh orang banyak ketika ia masuk ke pasar di Kapernaum. Ia merayap di belakang kios-kios supaya ia tidak terlihat. Ia melihat ke segala arah mencari kerumunan orang banyak, karena ia berpikir bahwa Yesus akan menarik banyak orang, tetapi ternyata tidak ada kerumunan. Ia melihat seorang pengemis buta, ia juga berpakaian compang-camping seperti dirinya. Ia berpikir,
“AKU TIDAK PERLU TERLALU DEKAT DENGAN DIA, KARENA IA PASTI DAPAT MENCIUM BAU-KU, DAN KARENA IA TIDAK DAPAT MELIHATKU …….MUNGKIN IA AKAN MENOLONG AKU UNTUK MENEMUKAN YESUS.”
Badai bertiup di lembah dan jalanan yang basah mulai menguap kena sinar matahari siang. Ia bersandar pada sebuah pohon untuk melindungi dirinya dari sinar matahari. Ia berbicara dari seberang jalan kepada seorang buta,
“Di manakah aku dapat menemukan Yesus?”
“Engkau terlambat ……….” Orang buta yang kasar itu menjawab tanpa memutarkan kepalanya. “Yesus ada di sini tadi pagi ………. Ia berkotbah di pantai ….. ribuan orang mendengarnya…… lalu ia naik ke atas kapal dan berlayar ke seberang ……….. terakhir kalinya orang melihat Yesus adalah ketika badai pecah ………. Tentu saja aku tidak melihatnya …… aku buta.”
Hatinya hancur, ia baru saja ketinggalan. Kalau saja ia tadi ada di sini, Sang Penyembuh seharusnya sudah menyembuhkannya, tetapi sekarang Ia sudah pergi ke seberang danau. Dalam kekecewaannya ia berpikir,
“GAGAL LAGI …..!”
Ia sudah berhenti berdoa, tidak ada gunanya. Ia sudah meminta kepada Tuhan untuk menolong dia menemukan seorang dokter. Setiap kali seorang dokter mencoba cara pengobatan yang berbeda, ia meminta agar Tuhan untuk menghentikan pendarahannya. Ia sudah menangis tetapi tidak terjadi apa-apa. Karena tidak ada yang berhasil, ia sudah putus asa. Ia sudah berhenti mencoba.
Sekarang, karena ia mendengar tentang Yesus, ia ingin berdoa. Tetapi, ia merasa ia tidak dapat berdoa. Ia merasa kotor di hadapan Tuhan karena tubuhnya menjijikkan. Ia merasa seperti seorang yang terasing karena tidak ada seorangpun yang mau berbicara dengannya, tidak ada seorangpun yang mau menolongnya. Tetapi ………. ia sekarang  merasakan suatu dorongan. Seperti sebuah lilin yang sedang disulut dan mulai sedikit bercahaya, ia merasakan sedikit harapan. Karena itu, ia menundukkan kepalanya sambil ia bersandar di pohon itu.
“Tuhan Maha Besar …….. aku memerlukan Yesus ………. Ia dapat menyembuhkan aku ……. Aku perlu kesembuhan.”
Itu adalah pertama kalinya ia meminta kepada Tuhan untuk menyembuhkannya ……….. tanpa  lotion ……… tanpa lumpur …….. tanpa apapun juga ia berpikir Tuhan akan menyembuhkannya. Ia selama ini selalu meminta Tuhan untuk menggunakan sesuatu untuk menyembuhkannya. Tetapi kali ini ia meminta Tuhan untuk melakukannya sendiri dan di dalam pikiranya ia merasa Tuhan sedang mendengarkan.  Ada sinar matahari di dalam hatinya. Ia hampir tersenyum, lalu ia sadar apa yang terjadi, ia tersipu.
“MEREKA DATANG KEMBALI,” seorang anak laki-laki di galangan kota berseru sambil menunjuk pada sebuah kapal layar putih yang datang menuju Kapernaum dari pantai Gerasa. Anak-anak bangga denan dirinya karena mengenali setiap kapal layar yang ada di laut. Anak yang lain dengan cepat mengenali kapal layar putih yang sedang berlayar menuju mereka. Anak yang lain berseru,
“YESUS DATANG KEMBALI.”
“Kamu tidak tahu,” seorang nelayan mengoreksi anak itu. “Yesus berlayar di dalam kapal, sekarang Ia mungkin ada di seberang.”
“TUHAN YANG BAIK ………. AKU PERLU YESUS,” perempuan yang berbau busuk itu berdoa. Ia tidak dapat membedakan kapal. Ia belum pernah melihat Yesus. Ia tidak akan mengenali Dia ketika ia melihat-Nya, dan ia tidak dapat melihat begitu jauh hingga ke danau. Tetapi ia tahu Yesus berada di kapal karena ia sudah meminta Tuhan untuk menyembuhkannya. Ia tahu Yesus datang untuk melaksanakannya.
“Terima kasih, Tuhan! …………” ia berbisik.
Orang banyak mulai berkumpul di dermaga jauh sebelum kapal tiba. Orang-orang ingin melihat Yesus. Perempuan itu berkumpul bersama orang-orang lainnya di tepi air, sekarang ia hampir tersenyum dalam penantian.
“Huh …… ” seorang anak laki-laki mengeluh kepada ibunya mengenai  perempuan yang penuh luka-luka. Sang ibu menarik bajunya erat-erat di sekeliling pinggangnya; ia tidak mau menyentuh perempuan yang berbau busuk itu. Ia menarik anaknya ke sisi lain dari kerumunan orang banyak itu.
Ketika perempuan dengan luka-luka itu menghampiri pantai, angin yang segar yang mendorong perahu itu ke pantai juga meniup baunya sampai hilang. Sekarang lebih mudah baginya untuk bergabung dalam kelompok orang banyak itu. Semua mata dengan tegang melihat apakah Yesus berada di dalam kapal. Seorang anak naik ke atas pohon agar dapat melihat ke dalam kapal. Ia berseru,
“Yesus sedang tidur,” lalu ia berbisik sekeras mungkin, “Ia sedang tidur di atas jala.”
Kapal itu mendarat di pasir. Petrus melompat dengan sebuah tali untuk menarik kapal ke atas pantai. Yang lainnya membantunya. Suara orang banyak membangunkan Yesus.
Ketika Yesus melangkah di pantai, orang banyak mengelilingi Dia. Setiap orang berbicara …….. setiap orang bergairah ………. Setiap orang ingin ada bersama Yesus.
Orang banyak itu mendorong Yesus. Mereka yang dibelakang mendesak untuk bisa mendekat, mereka yang di depan terdorong ke hadapan Yesus.
“MUNDUR,” sebuah suara yang keras diucapkan oleh seorang perwira Romawi, kepala pasukan di kota tersebut.
Orang banyak itu menjadi tenang karena perintah itu. Mereka mengenali aksen Romawi dan kecongkakan Romawi di balik perintah tersebut.
“MUNDUR,” perwira Romawi itu kembali memberi perintah, “BIARKAN KEPALA RUMAH IBADAT LEWAT.”
Seorang  lanjut usia yang berpakaian sangat indah melangkah melalui celah yang terbuka.
Kepala rumah ibadat mempunyai pengaruh terhadap masyarakat, karena itu prajurit Romawi tahu bagaimana mengendalikan masyarakat melalui para pemimpin Yahudi.  Perwira Romawi menolong Yairus yang sudah lanjut – kepala rumah ibadat – orang yang paling kaya di kota itu – untuk menemui Yesus. Tetapi apa yang dilihat membuat oaring-orang itu terkejut. Ketika orang banyak itu mundur atas perintah orang Romawi, Yairus lari dan tersungkur di kaki Yesus sambil menangis,
“Datanglah kiranya dan sembuhkanlah anakku perempuan,” matanya yang merah dan suaranya yang gemetar mengungkapkan ketulusannya.
“Ia hampir mati.”
Yairus menggenggam jubah Yesus sementara ia memohon. Keinginannya yang besar membuat orang banyak itu menjadi tenang. Jubahnya yang mahal kotor terkena lumpur akibat badai sore hari, tetapi Yairus tidak melihat lumpurnya. Ia memohon,
“Demamnya sangat tinggi ………… jika Engkau meletakkan tangan-Mu di atasnya ………. Maka ia akan sembuh.”
Yesus tidak mengatakan apa yang akan diperbuat-Nya, tetapi setiap orang melihat di mata-Nya apa yang akan dilakukan-Nya.
Mereka melihat kepedulian Yesus. Yesus menganggukkan kepala-Nya sebagai tanda persetujuan terhadap permintaan Yairus,
“Marilah.”
Yairus memimpin perjalanan ke rumahnya. Orang-orang kaya pindah ke Kapernaum karena angin yang sejuk dari danau Galilea dan pohon-pohon kayu putih yang tinggi melindungi kota itu dari matahari yang membakar. Orang Romawi telah membangun benteng di sekeliling kota sebagai perlindungan, sehingga semakin menarik bagi para orang kaya, dan Yairus adalah orang yang paling kaya di kota itu. Sekarang ia sedang berjalan membawa Yesus ke rumahnya yang indah.
Perempuan itu berada di dalam kelompok orang banyak yang mengikuti Yesus, tetapi tidak seorangpun yang memperhatikan pakaiannya karena mereka sedang memperhatikan Yesus. Tidak seorangpun yang memperhatikan baunya karena angin danau yang kencang. Ia mulai kehilangan imannya.
“YESUS AKAN MENYEMBUHKAN ORANG KAYA,” pikirnya, “TETAPI BAGAIMANA DENGAN ORANG MISKIN? BAGAIMANA DENGAN SAYA?”
Ia ingat akan doanya di pasar, ia ingat bagaimana senang rasanya dapat tersenyum lagi. Ia ingat akan harapan …….. beberapa saat yang lalu ia memiliki harapan. Ia memutuskan untuk tidak kehilangan harapan lagi.
Ia mendorong sambil berjalan dari belakang orang banyak, lalu ia menyelinap di antara orang-orang menuju Yesus, semakin lama semakin dekat. Ketika Yesus berhenti ………. Orang banyak itu berhenti …… tetapi perempuan itu terus menyelinap di antara orang-orang sampai ia berada tepat di belakang Yesus.
“JIKA AKU BICARA ……”pikirnya, “ORANG BANYAK INI AKAN MENERTAWAKAN AKU.”
Ia takut mendapat perhatian Yesus. Yesus mungkin akan menyingkirkan dia seperti setiap orang lainnya telah mengusirnya. Mereka sudah melemparinya dengan batu dan menertawakan dia. Ia berlutut untuk meraih ujung jubah Yesus. Tidak ada seorangpun yang melihatnya. Ia menjamah jubah Yesus dengan satu jari, ia hanya ingin menjamah ujungnya ……….. untuk membuat sedikit kontak. Lalu ketika ia menjamah ujung jubah tersebut, orang banyak itu bergerak …… membuat ia terdorong ke luar. Tiba-tiba Yesus berhenti, melihat mereka yang ada di belakangnya, lalu bertanya,
“Siapa yang menjamah jubah-Ku?”
Orang banyak itu tercengang atas pertanyaan tersebut. Orang-orang saling mendesak dari segala arah. Mereka mendorong Yesus. Petrus berkata,
“Mengapa Engkau mengajukan pertanyaan demikian?” Nada suaranya menunjukkan kebingungannya. “Engkau melihat bagaimana orang-orang itu berdesak-desakan di dekat-Mu, dan Engaku bertanya: Siapa yang menjamah Aku?”.
Yesus tahu perbedaan antara desakan orang banyak dan suatu jamahan karena iman. Yesus tahu ada sesuatu yang menarik kuasa-Nya keluar dari diri-Nya. Seseorang telah menjamah kuasa-Nya dan Yesus ingin tahu siapa itu. Ia tidak tahu sebelumnya sampai hal itu terjadi. Lalu ia berhenti.
Yesus sudah bertanya. Ia tidak perlu mengulanginya lagi, setiap orang tahu apa yang Ia tanyakan, dan setiap orang tahu bukan mereka yang melakukannya, kecuali satu orang.  Perempuan itu tahu apa yang dilakukannya.
Yesus berdiri tidak bergerak, demikian juga orang-orang lainnya. Karena Yesus tidak mau bergerak, mereka juga tidak. Yesus menatap dari mata ke mata, mencari orang yang sudah melakukannya.
Pada saat perempuan itu menjamah Yesus, ia menjadi sembuh. Ia tahu hal itu, ia dapat merasakannya di dalam tubuhnya. Pendarahannya berhenti. Hal itu belum pernah dialaminya dalam 12 tahun terakhir. Ia disembuhkan.
Sekarang ia tidak berani bergerak karena setiap orang sedang memandang kepada Yesus sementara Yesus menatap orang- orang itu satu per satu.
Masih tidak ada yang bergerak kecuali Yairus. Ia ingin Yesus bergegas ke rumahnya sebelum anaknya mati. Yairus sedang gelisah di pinggir kelompok orang banyak. Tetapi Yesus belum selesai. Ia masih menatap setiap pasang mata.
Ketika Yesus menatap ke dalam mata perempuan itu, Ia tahu apa yang telah terjadi karena Ia tahu semua hal. Dan perempuan itu tahu bahwa Tuhan sudah tahu. Ia mendesak melalui orang-orang di depannya, lalu tersungkur di kaki Yesus sambil menangis,
“Aku selalu berkata kepada diriku sendiri bahwa asal ku jamah saja jubah-Mu, aku akan sembuh,” ia menjelaskan. “Yang kuinginkan hanyalah menjamah jubah-Mu saja, maka aku akan sembuh.”
Yesus menunggu perempuan itu menjelaskan keseluruhan ceritanya. Ia menceritakan penderitaan karena kemiskinan dan kesakitannya. Ia menjelaskan tentang orang yang sudah disembuhkan Yesus yang membangkitkan harapannya. Ia menjelaskan perjalanannya untuk menemukan Yesus.
“Aku harus menjamah Engkau supaya aku sembuh.”
Yesus memberitahukan perempuan itu, bahwa imannya sudah menyembuhkannya, bukan jamahannya. Yesus mengoreksi jalan pikirannya. “Engkau berpikir bahwa satu jamahan akan menyembuhkanmu, tetapi engkau bukan disembuhkan oleh jamahan.”
Yesus menjelaskan kepada orang banyak bahwa bukan jamahan fisik yang telah menyembuhkan perempuan itu. Ia tidak mau perempuan itu berpikir bahwa Ia adalah sakti untuk dijamah. Yesus menjelaskan kepada perempuan itu,
“Imanmu sudah membuat engkau menjadi sembuh,” Yesus menyuruhnya, “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu.”
Sementara Yesus berkata kepada perempuan itu bahwa ia sudah sembuh karena imannya, sebuah seruan yang mengandung kesedihan membuat orang banyak itu ketakutan. Itu adalah Yairus. Ia bukan berteriak karena tidak sabar, juga bukan karena marah. Seorang hamba sudah datang dan berbisik ke telinganya,
“Anakmu perempuan sudah mati,” hamba itu menjelaskan. “Apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?”
“Aw-a-a-a-a-a-a ……!” ratapan Yairus membuat orang banyak terhenti. Kegembiraan mereka karena kesembuhan perempuan itu tertutup oleh tangisan Yairus.
“Jangan takut,” perkataan Yesus yang menenangkan Yairus mendapat perhatian dari orang banyak. Ia memberitahu Yairus, “Percaya saja.”
Yesus dan Yairus berjalan bersama menuju rumah Yairus, tangan Yesus melingkari orang kaya yang lanjut usia itu untuk menguatkannya. Orang banyak mengikuti di belakang mereka menuju deretan rumah rumah orang kaya.
Ketika mereka sampai di pintu gerbang dan masuk ke halaman, Yesus tidak mengijinkan siapapun ikut masuk ke dalam rumah. Setelah Yesus dan Yairus masuk ke halaman, Ia memberi isyarat kepada Petrus, Yakobus dan Yohanes untuk mengikuti mereka. Tidak ada seorang lainpun yang diijinkan berada di dalam.
Di halaman, Yesus bertemu dengan para pengiring jenazah, mereka sudah siap bertugas. Karena mereka dibayar untuk menangis pada pemakaman, mereka tahu bahwa bayaran dari sebuah keluarga kaya menguntungkan sehingga mereka sudah sampai di sana sebelum sang ayah pulang ke rumah. Ketika mereka melihat Yairus, mereka semua menangis lebih keras lagi.
“Mengapa kamu ribut dan menangis?” Yesus meminta agar mereka menghentikan pertunjukan itu. “Anak ini tidak mati, tetapi tidur!”
Para pengiring jenazah itu menertawakan Yesus, maka diusir-Nya semua orang itu. Lalu Yesus member isyarat kepada ayah dan ibu anak itu untuk membawa Ia ke kamar anak itu. Mereka membawa Yesus ke dalam kamar tidur di sebelah dalam dan ketiga murid mengikuti Yesus ke dalam kamar yang gelap.
Yesus berjalan menuju anak itu dan memegang tangannya. Tidak ada kehidupan di dalam tubuhnya yang kecil, bunga kehidupannya sudah padam. Ia sudah mati. Yesus berkata,
“Talita kum,” artinya, “Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!”
Anak itu mengangkat tangannya dan menggosok matanya seperti anak yang bangun tidur di pagi hari. Sambil mengusap matanya, ia bangun, lalu duduk di pinggir tempat tidur.
Yesus mengambil tangannya dan ia berjalan keliling kamar. Orang tua itu keheranan, kehilangan kata-kata; tidak seorangpun dapat berkata-kata. Orang tua itu memeluk anak mereka.
“Jangan beritahukan siapapun apa yang terjadi di sini,” Yesus berpesan kepada mereka yang ada di kamar. Orang tua dan murid-murid menganggukkan kepala mereka tanda setuju. Lalu Yesus menyuruh mereka,
“Beri anak itu makan,” Yesus tersenyum. “Anak kecil suka makan.”

SETELAH PERJUMPAAN
Mukjizat terjadi “Hari Yang Panjang,” hari yang sibuk dalam hidup Yesus. Hari itu dimulai di Kapernaum di mana Yesus berbicara dengan para anggota keluarga-Nya, lalu Ia memberikan kotbah yang terkenal sebagai kotbah di pinggir danau, tentang perumpamaan mengenai penabur dan perumpamaan-perumpamaan lainnya. Yesus meninggalkan Kapernaum untuk menyeberangi Danau Galilea di mana Ia menenangkan badai. Di seberang, Yesus mengusir roh jahat dari orang Gerasa dan sebagai akibatnya, penduduk mengusir Yesus dari wilayah itu. Ketika Yesus kembali, ia menyembuhkan seorang perempuan yang sakit pendarahan dan membangkitkan anak perempuan Yairus dari kematian. Hari ini Yesus memperlihatkan berbagai jenis mukjizat yang dibuat-Nya dalam satu hari pelayanan yang panjang.

SEPULUH PELAJARAN DARI PERJUMPAAN DENGAN TUHAN
1. Karena Tuhan dapat melakukan apapun juga; Ia dapat menyembuhkan siapa saja, kapan saja, di mana saja.
Kita semua akan mati. Alkitab mengatakan kepada kita, “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja” (Ibr 9:27). Setiap orang akan mati karena tidak ada seorangpun yang hidup selama-lamanya. Tetapi banyak orang menaruh Tuhan di dalam kotak dan berpikir bahwa Dia tidak dapat menyembuhkan karena menjadi tua tidak dapat dihindarkan, dan perkembangan penyakit-penyakit tertentu tidak terelakkan. Kelemahan daging kita, membuat kita berpikir bahwa Tuhan tidak dapat menyembuhkan dalam situasi-situasi tertentu. Tetapi Yesus yang sudah bangkit dari antara orang mati dan menyembuhkan kusta serta memberi penglihatan kepada orang buta; tetap dapat membuat mukjizat saat ini. Tentu saja ada keterbatasan-keterbatasan dari obat, dan ada keterbatasan-keterbatasan dari tubuh manusia  kita yang lemah; tetapi yakinlah Tuhan tidak mempunyai keterbatasan, karena Tuhan dapat melakukan apapun juga. Jika kita berpikir bahwa Ia tidak mampu; ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada Abraham yang berusia 99 tahun dan Sara yang berusia 89 tahun bahwa mereka akan melahirkan seorang anak, “Adakah sesuatu apa pun yang mustahil untuk Tuhan?” (Kej 18:14)

Ketahuilah, Allah itu perkasa, namun tidak memandang hina apapun, Ia perkasa dalam kekuatan akal budi. (Ayub 36:5)

2. Beberapa orang mencoba cara apapun juga kecuali Tuhan untuk mendapatkan kesembuhan.
Perempuan dalam kisah ini sudah menderita sakit selama 12 tahun.  Lukas, yang adalah seorang dokter bersikap baik dalam penjelasannya mengenai kejadian ini, “Adalah seorang perempuan yang sudah dua belas tahun menderita pendarahan dan yang tidak berhasil disembuhkan oleh siapapun.” (Luk 8:43). Tetapi Markus lebih berterus terang, ia menjelaskan bahwa dokter-dokter tidak dapat menolongnya, malah membuatnya menjadi lebih parah, “Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk.” (MRK 5:26). Banyak cara yang dilakukan oleh Tuhan untuk menyembuhkan saat ini. Jelas sekali, ketika kita berdoa, Tuhan menyembuhkan melalui dokter dan obat-obatan. Kadang-kadang, Tuhan menyembuhkan melalui iman sebagai jawaban terhadap doa, pada kejadian demikian Tuhan dimuliakan. Ketiga adalah kombinasi dari keduanya, melalui iman dan doa ditambah penggunaan dokter dan obat-obatan, beberapa orang disembuhkan. Tetapi dalam kisah ini, perempuan itu telah mencoba segala cara dan tidak bertambah baik , malah semakin memburuk. Yesus memberitahukan kepadanya, “imanmu telah menyelamatkan engkau” (MRK 5:34). Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa pada akhirnya ia disembuhkan, oleh iman, bukan oleh obat atau oleh dokter.

Lalu kata Yesus kepadanya: “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!” (MRK 10:52)

3. Kita dapat disembuhkan dalam perjumpaan dengan Kristus.
Banyak kisah dalam kehidupan Yesus dimana Ia berjumpa dengan seorang yang sakit dan Yesus  menyembuhkannya dari penyakitnya. Apakah kelumpuhan, kebutaan, kusta, atau penyakit-penyakit lainnya, mereka disembuhkan ketika mereka bertemu dengan Yesus.

(35) Waktu Yesus hampir tiba di Yerikho, ada seorang buta yang duduk di pinggir jalan dan mengemis. (36) Waktu orang itu mendengar orang banyak lewat, ia bertanya: “Apa itu?” (37) Kata orang kepadanya: “Yesus orang Nazaret lewat.” (38) Lalu ia berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” (39) Maka mereka, yang berjalan di depan, menegor dia supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: “Anak Daud, kasihanilah aku!” (40) Lalu Yesus berhenti dan menyuruh membawa orang itu kepada-Nya. Dan ketika ia telah berada di dekat-Nya, Yesus bertanya kepadanya: 41) “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab orang itu: “Tuhan, supaya aku dapat melihat!” (42) Lalu kata Yesus kepadanya: “Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau!” (Luk 18:35-42)

4. Perjumpaan dengan Kristus memberikan lebih dari kesembuhan jasmani.
Perempuan itu datang untuk disembuhkan dari pendarahannya,  tetapi ia memperoleh suatu tujuan yang baru dalam hidupnya. Yesus menyuruh dia, “Pergilah dengan selamat” (MRK 5:34). Mereka yang hanya menginginkan kesembuhan dari Tuhan biasanya tidak memperolehnya, meskipun kadang-kadang dalam belas kasihan, Tuhan akan memberi kesembuhan. Kebanyakan dari mereka yang berjumpa dengan Tuhan, pertama-tama melakukannya secara rohani, kedua ada hasil berupa perubahan dalam beberapa aspek kehidupannya, dan ketiga, ada hasil sampingan, yang mungkin saja kesembuhan fisik.

Tetapi Yesus berkata kepada perempuan itu: “Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!” (Luk 7:50)

5. Beberapa orang tidak disembuhkan ketika mereka menginginkannya.
Nyata sekali, Tuhan mempunyai rencana yang lebih besar dari sekedar memberi kesembuhan kepada setiap orang. “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (RM 8:28). Kadang-kadang Tuhan dipermuliakan dalam kematian  anak-anak-Nya. Di dalam kisah, seorang anak perempuan kecil diijinkan untuk mati sebelum Yesus berbuat apa-apa. Akan ada saat-saat lain di mana orang baik meninggal dunia, kita tidak mengerti, dan sahabat-sahabatnya sulit untuk menerimanya. Di dalam rencana Tuhan, beberapa orang juga tidak disembuhkan. Ingatlah tentang banyak orang sakit di Kolam Betesda (Yoh 5) tetapi hanya satu orang yang disembuhkan.

Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya. (MZM 116:15)

6. Kesembuhan berasal dari Tuhan, bukan dari hal-hal lainnya.
Secara teknis, dokter tidak menyembuhkan kita ketika kita sakit. Seorang dokter menghilangkan penyebab penyakit seperti misalnya bakteri, atau infeksi. Dokter dapat melakukannya melalui operasi, obat-obatan, antibiotik, mencuci lukanya, atau merubah pola makan. Dokter merubah keadaan kita, tetapi pada akhirnya, badan kitalah yang menyembuhkan dirinya sendiri. Bagaimanapun juga, Tuhan yang menciptakan badan kita adalah sumber yang utama untuk penyembuhan. Ia dapat secara langsung menjamah tubuh kita dan membuatnya sehat dan utuh.
Di dalam kisah kita, perempuan itu telah menggantungkan imannya kepada dokter-dokter dan segala macam obat, tetapi ia belum sembuh. Ia menjadi miskin dan kesehatannya semakin buruk.

“Sebab Aku Tuhanlah yang menyembuhkan engkau.” (Kel 15:26)

7. Ada doa yang lahir dari iman (‘the prayer of faith’- NKJV) yang akan menyembuhkan seseorang yang sakit.
Yakobus berkata, “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan.” (YAK 5:14).  Ayat ini merujuk pada orang yang sakit secara jasmani, bukan merujuk pada orang yang sakit secara rohani. Orang sakit harus memanggil para penatua jemaat karena nereka adalah gembala-gembala rohani dari jemaat; mereka tahu perjalanan hidup seseorang bersama dengan Tuhan dan mereka mungkin tahu ada dosa dalam hidup jemaat yang menyebabkan penyakitnya. Para pemimpin rohani harus berdoa untuk orang-orang sakit. Yakobus memberitahukan kepada kita, “Doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni.” (YAK 5:15). Ayat ini adalah satu-satunya ayat di dalam Alkitab yang merujuk pada “prayer of faith” atau “doa yang lahir dari  iman”, yang menunjukkan bahwa jika Sdr minta di dalam iman, Tuhan akan menyembuhkan orang sakit. Dalam banyak kejadian kita diberitahu untuk “yakin” dan “percaya” dan untuk “meminta dalam iman.” Tetapi dalam ayat ini kita diberitahu bahwa “doa yang lahir dari iman” akan menyembuhkan orang sakit. Karena Tuhan telah mengatakannya sekali, kita harus mempercayainya dan mempraktekkannya.

Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu. (MRK 11:24)

8. Kita dapat memprakarsai suatu perjumpaan dengan Tuhan.
Perempuan dalam kisah ini tampaknya membuat Yesus terkejut karena ia  menjamah ujung jubah-Nya. Yesus tidak menyadari tindakan perempuan itu sampai  “Pada ketika itu juga Yesus mengetahui, bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya, lalu Ia berpaling di tengah orang banyak dan bertanya: “Siapa yang menjamah jubah-Ku?” (MRK 5:30).
Pada beberapa kejadian, Tuhan yang memprakarsai suatu perjumpaan, seperti ketika Tuhan datang kepada Abraham, Gideon, Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, dan Paulus. Tetapi, ada kejadian-kejadian dimana orang menjamah Tuhan dan memprakarsai suatu perjumpaan dengan Dia. Seperti ketekunan iman dari Abraham dan Musa, perempuan ini juga memperlihatkan ketekunan iman yang sama , “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!” (MRK 5:34)

Tetaplah berdoa. (1 Tes 5:17)

9. Kesaksian tentang kesembuhan di depan orang banyak kadang-kadang diperlukan.
Dalam kisah ini, seorang perempuan tampaknya mencoba agar dirinya tidak diketahui dengan jalan menjamah ujung jubah Yesus secara diam-diam. Yesus tidak membiarkan perempuan itu bersembunyi, “Ia memandang sekeliling-Nya untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu.” (MRK 5:32). Beberapa gereja mempraktekkan “altar call”, meminta jemaat untuk maju ke depan untuk menerima Yesus, atau mereka diundang ke altar untuk berdoa; beberapa gereja juga mengundang jemaat maju ke altar untuk berdoa bagi kesembuhan. Praktek ini mungkin umum dilakukan, tetapi ada jemaat yang berpendapat bahwa pengalaman itu akan mengarahkan perhatian kepada orang-orang yang keberatan dan pemalu. Tetapi, Yesus mengarahkan perhatian kepada perempuan yang mempunyai keengganan, karena Yesus tahu bahwa perempuan tersebut memerlukan pernyataan dari Yesus untuk 3 alasan. Pertama, masyarakat Yahudi yang legalistik yang sudah mengucilkan perempuan itu karena penyakitnya perlu menerima kembali perempuan itu di dalam masyarakat, dan Yesus melakukannya dengan mengatakan bahwa ia sudah sembuh. Kedua, Yesus perlu mengoreksi pemikiran yang salah dalam pikiran perempuan itu. Perempuan itu berpikir bahwa ia disembuhkan karena jamahannya pada jubah Yesus, padahal sebenarnya imannyalah yang menyembuhkannya. Ketiga, ia perlu memiliki citra diri dan penerimaan diri yang baru. Yesus melakukannya pada saat Ia berkata “Pergilah dengan selamat.”

“Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!” (MRK 5:34)

10. Orang-orang lain dapat dibesarkan hatinya oleh perjumpaan dengan Kristus.
Ketika Yesus berbicara dengan perempuan itu, Yairus sedang berdiri di pinggir kelompok orang banyak menunggu Yesus untuk menyembuhkan anak perempuannya. Lalu ia menerima kabar bahwa anaknya sudah mati. Ketika Yesus mendengar kegaduhan itu, Ia memberitahukan kepada Yairus, “Jangan takut, percaya saja” (MRK 5:36). Yairus baru saja menyaksikan sebuah mukjizat, penyembuhan perempuan itu. Karena itu Yairus harus pulang ke rumahnya dengan mempercayai dua hal. Pertama, ia hasrus percaya pada perintahYesus yang menyuruhnya untuk “percaya saja,” dan kedua, ia harus percaya pada kuasa mukjizat dari Yesus yang baru dilihatnya dalam penyembuhan perempuan itu.

Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya (MRK 9:23)

PELAJARAN
1. Aku dapat disembuhkan oleh Tuhan, kapan saja dan di mana saja
2. Aku perlu iman untuk disembuhkan oleh Tuhan
3. Aku dapat memprakarsai suatu perjumpaan dengan Kristus untuk penyembuhan
4. Aku dapat disembuhkan dengan berbagai cara oleh kristus
5. Aku akan menerima lebih dari kesembuhan fisik ketika berjumpa dengan kristus
6. Aku mungkin tidak selalu disembuhkan
7. Aku dapat membesarkan hati orang lain karena perjumpaanku dengan kristus
8. Aku mungkin mempunyai pemikiran yang salah tentang penyembuhan yang perlu diubah
9. Aku dapat datang kepada Yesus apa adanya, terlepas dari apakah aku seorang yang kaya, miskin, muda atau tua, dalam keadaan krisis atau mempunyai masalah yang tidak pernah hilang
10. Aku perlu menjumpai Yesus dengan iman, bukan dengan perbuatan keagamaan yang tampak luar atau dengan tanggapan fisik.

Sumber:  ENCOUNTERING GOD FOR SPIRITUAL BREAKTHROUGH, oleh Elmer L Towns
Alih Bahasa: Inawaty Suwardi, Rajawali Family Ministry

Artikel oleh: May 6, 2012   Kategori : Umum  Sebarkan 

Satu komentar

  1. SAHAT MANALU - March 1, 2013

    PUJI TUHAN HALLELUYAH,SAYA SANGAT PENUH SUKACITA MEMBACA FIRMAN TUHAN INI,KIRANYA LAMAN INI BISA MEMUAT KEMBALI KISAH-KISAH YESUS KRISTUS,DENGAN BEGITU KITA SEMAKIN BERTUMBUH DALAM IMAN DAN KEROHANIAN KITA.TUHAN YESUS MEMBERKATI

Tulis Komentar Anda