Sikap Seorang Pemenang

Filipi 3:12-14

Pertandingan olah raga antar negara, seperti misalnya SEA Games, Kejuaraan Sepak Bola Dunia atau Kejuaraan Bulu Tangkis All England,  pada umumnya sangat populer dan memerlukan latihan persiapan yang baik dari para pesertanya. Pertandingan-pertandingan tersebut diikuti oleh para atlit yang punya keinginan besar untuk menang, sedikitnya karena dua alasan. Mereka ingin memenangkan pertandingan untuk kebanggaan pribadi, dan kedua untuk kebanggaan negaranya. Mereka bukan hanya mewakili diri mereka sendiri, tetapi juga membawa nama negaranya.
Orang Kristen juga sama. Kita tidak hanya ingin tampil sebagai pemenang dalam hidup ini, tetapi terlebih lagi kita rindu untuk menjadi pemenang mengalahkan iblis demi Tuhan kita. Kita ingin mendatangkan hormat dan kemuliaan bagi Yesus Kristus. Mereka yang bertanding hanya untuk mengatakan bahwa mereka sudah menyelesaikan pertandingan atau untuk mengatakan bahwa mereka sudah menang adalah orang-orang yang egois dan sombong. Umat Tuhan harus menyelesaikan pertandingan di dalam hidup ini untuk Yesus dengan hasil yang sebaik mungkin.

Rasul Paulus menulis suarat dari penjara untuk memelihara komunikasi dengan jemaat di Filipi. Ia memberikan nasehat-nasehat kepada jemaat di Filipi bagaimana mengembangkan sikap hidup untuk menjadi seorang pemenang. Nasihat-nasihat tersebut dituliskannya berdasarkan inspirasi yang diperolehnya dari Tuhan Yesus yang sudah bangkit.

Diantara Sdr sekalian yang hadir pada siang hari ini, mungkin ada yang merasa bahwa hidupnya telah gagal. Sdr selalu mengalami persoalan demi persoalan. Sdr tidak pernah meraih kesuksesan baik dalam pekerjaan ataupun pelayanan. Saya ingin mengingatkan kepada Sdr bahwa Tuhan tidak pernah menjanjikan bahwa orang Kristen akan bebas dari masalah, tetapi Tuhan berjanji untuk tetap menyertai Sdr untuk mendapat kemenangan. Bagian kita adalah tetap berkarya dan bersyukur! Pagi ini kita akan belajar untuk mengembangkan sikap seorang pemenang dari Kitab Filipi. Ada 3 tips yang kita peroleh dari Rasul Paulus melalui Kitab Filipi untuk memiliki sikap seorang pemenang.

1. Berfokus Ke Masa Depan (Flp 3:12-14)
Ayat-ayat Firman Tuhan yang kita baca tadi adalah rahasia yang pertama untuk mengembangkan sikap seorang pemenang.

Paulus memberi nasehat kepada orang-orang Kristen untuk berfokus ke masa depan. Dalam Flp 3:10 Paulus berkata: “(10) Yang kekehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya ………..”. Selanjutnya dalam ayat 12-14, Paulus mengatakan, “(12) Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal itu atau telah sempurna (yaitu mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya), melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. (13) Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, (14) dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.”

Paulus mengakui bahwa ia belum tiba pada puncak kehidupan Kristen. “Ia belum menjadi sempurna.” Selama kita hidup di dalam tubuh jasmani, kita akan dibatasi oleh tubuh jasmani ini. Di dalam kuasa Roh Kudus Sdr dapat memiliki kasih yang sempurna dan motivasi yang sempurna, tetapi Sdr tidak akan mencapai kesempurnaan sampai Sdr tiba di surga. Dalam hidup ini Sdr selalu akan mengalami kekurangan hikmat, mengalami kekurangan kekuatan, dan akan selalu melakukan kesalahan-kesalahan.

Jika Paulus mau, ia bisa saja bermegah – karena ia telah merintis banyak gereja baru, ia telah mempengaruhi banyak orang untuk mengenal Yesus dan ia sudah bepergian ke banyak tempat sebagai seorang misionaris. Ia benar-benar jujur dan hidup dengan integritas ketika ia berkata: “(13) …..aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya,” atau dengan kata lain “secara rohani aku belum tiba di akhir.”

Ini adalah suatu pelajaran yang istimewa dari Paulus. Ia berkata, ” (13b) tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku.”  Sebelum pengalaman pertobatanku di jalan menuju Damaskus karena melihat Kristus yang telah bangkit, aku mengejar orang-orang Kristen dengan suatu keinginan besar agar orang-orang Kristen  dipenjara dan dibinasakan.

Sekarang aku memiliki keinginan yang sama besarnya untuk mengejar Kristus.

Paulus tidak bersaksi bahwa ketika ia menerima Yesus sebagai Tuhan dan juru-selamat pribadinya di jalan menuju Damaskus, ia sudah sampai pada tujuan. Selama ia masih hidup ia akan selalu ada dalam situasi peregangan bagi Tuhan.

Ketika Sdr menyerahkan hidupmu kepada Yesus, itu adalah awal dari hidup Kekristenan Sdr. Ilustrasinya adalah seperti baru melangkah pada anak tangga yang pertama dari suatu tangga yang panjang. Sdr terus menapaki anak-anak tangga sampai Sdr berjalan ke dalam tangan Yesus di surga. Tangga itu bukanlah sebuah eskalator yang membawa Sdr tanpa perlu upaya di pihak Sdr.  Sdr harus bergerak langkah demi langkah.

Orang-orang Kristen di gereja mula-mula mempraktekkan disiplin rohani untuk memelihara kesehatan dan pertumbuhan rohani mereka.  Kis 2: 42-47 : “(42) Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa………………… (47)……………. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.”

Berfokus ke masa depan berarti Sdr harus melakukan apa yang dipraktekkan oleh Paulus di dalam hidupnya (ayat 13b):  “aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang ada di hadapanku,”

Paulus harus melupakan banyak hal. Ia dapat saja hidup dengan penyesalan di sepanjang hidupnya. Ia menyesal telah memimpin tindakan perajaman terhadap Stephanus, pelayan kaum awam dan pengikut Kristus yang sejati. Ia juga menyesal telah menimbulkan kebinasaan di dalam gereja Yesus Kristus.

Paulus mungkin juga harus berurusan dengan kepahitan……….  Kepahitan karena telah dididik menjadi sesat oleh Kaum Farisi dan para ahli Taurat. Kepahitan adalah kemarahan yang belum tersalurkan. Kepahitan berubah menjadi kebencian, kebencian kepada seseorang yang telah bersalah kepada Sdr. Kepahitan adalah kebalikan dari kemanisan. Bukannya membuat manis segala hal dalam hidup ini, kepahitan malah membuat semua hal dalam hidup ini menjadi tidak enak.

Dengan kasih karunia Tuhan Paulus dapat bersaksi bahwa ia melupakan semua hal yang telah berlalu.

Hanya karena kasih karunia dan belas kasihan Tuhan, Sdr dapat melupakan masa lalu. Sdr mungkin pernah mengalami sesuatu di masa lalu yang membuat Sdr sangat terluka. Sdr mungkin sudah diperdaya, Sdr mungkin mengalami ketidak-adilan, kepahitan, dendam, dan penolakan oleh orang yang Sdr kasihi.  Melupakan semua itu akan menyembuhkan memori Sdr . Melupakan hanya dapat dilakukan dengan kasih karunia dari Tuhan.

Apakah Sdr akan tetap tinggal di masa lalu atau berfokus ke masa depan adalah pilihan. Sdr harus membuat pilihan.  Sdr dapat berkubang di masa lalu atau memilih untuk berfokus ke masa depan. Paulus bersaksi dalam 2 Kor 5:17 “Jadi siapa yang ada di dalam kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”

Pagi ini Sdr harus bersyukur kepada Tuhan karena Sdr dapat berubah.

Ada sebuah kejadian dimana seorang pria mengambil jalan pintas menembus pemakaman pada suatu malam yang sangat gelap. Ia sedang mabuk dan di dalam kegelapan ia tersandung dan terjatuh ke dalam lubang kuburan yang baru digali. Pada mulanya ia berusaha untuk keluar dari lubang itu, tetapi karena mabuk, ia terduduk di salah satu sudut lubang itu dan tertidur.

Tidak lama kemudian, seorang pemuda yang baru saja mengantarkan pacarnya pulang, memutuskan untuk mengambil jalan pintas melalui pemakaman. Ketika ia berlari, ia juga jatuh ke dalam lubang yang sama dengan si pemabuk. Karena takut mati, ia segera bangun dan dengan sekuat tenaga ia berusaha  memanjat untuk keluar dari lubang. Ketika ia gagal, ia benar-benar panik. Ia mulai berseru: “Tolong, tolong!” “Aku tidak bisa keluar, aku tidak bisa keluar.”

Pada saat itu si pemabuk di sudut lubang terbangun dan menipu pemuda itu dan berkata, “Tidak, kamu tidak akan bisa ke luar.”
Tebak hasilnya? Ia bisa ke luar!. Ia memiliki motivasi untuk merubah keadaannya.

Rasul Paulus mempunyai motivasi untuk meninggalkan masa lalunya dan dalam ayat 14 ia mengatakan: “dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah “– apa hadiahnya? – “panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.”

2. Hidup dengan Hati Seorang Hamba (Flp 2:1-13)
Paulus mengatakan bahwa orang yang memiliki sikap pemenang, pertama-tama “berfokus ke masa depan.” Kedua, mereka “hidup dengan hati seorang hamba.” Seorang yang memiliki sikap pemenang adalah seorang yang memiliki hati seorang hamba.

Paulus mendorong setiap kita untuk merendahkan diri seperti Kristus. Yesus adalah teladan dan contoh kita.

Yesus merendahkan diri-Nya. Alkitab dengan jelas mengajarkan kita bahwa Yesus adalah Tuhan. Hidup Yesus bukanlah berawal dari dalam palungan yang sunyi.  Yesus ada sebelum dunia dan alam semesta ini diciptakan. Yesus merendahkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang manusia. Ia menjadi seorang manusia yang memiliki daging dan darah. Ia merasakan kesakitan. Ia merasakan kemarahan. Ia merasakan kesedihan. Yesus berkata dalam Lukas 14:11 “Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan”

Yesus melayani orang lain. Yesus berkata dalam Markus 10:45: “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Yesus tidak datang sebagai seorang superstar. Ia datang sebagai tukang kayu. Yesus tidak pernah terlalu sombong untuk melakukan apapun juga untuk memuliakan Bapa-Nya yang di Surga.

Yesus menunjukkan bagaimana melayani dengan handuk dan basi. Yesus berperan sebagai seorang hamba kepada murid-murid-Nya. Lambangnya adalah sebuah handuk dan basi, bukan sebuah cambuk dan kursi seperti seorang pelatih singa.

Pada perjamuan terakhir di lantai atas, para murid-Nya sedang duduk di sekeliling meja, kaki mereka kotor dan bau karena telah berjalan sepanjang hari di jalan yang berdebu. Yesus mengambil sebuah handuk dan basi dan menghampiri setiap orang dan mencuci kaki mereka.

Ketika Yesus selesai ia berkata dalam Yoh 13:15: “Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.”

Gene Wilkes dalam bukunya yang berjudul Jesus on Leadership, menuliskan sebagai berikut:
Yesus tidak datang untuk memperoleh posisi kekuasaan
Ia tidak datang untuk mengalahkan musuhnya manusia.
Ia tidak datang untuk menurunkan pemerintah yang tidak adil
Yesus datang untuk memperlihatkan hati Tuhan kepada kita. Keseluruhan pesan dan pelayanan-Nya di muka bumi adalah untuk memperlihatkan seperti apa kasih itu kepada orang-orang yang egois dan haus kekuasaan seperti Sdr dan saya. Ketika ia berlutut di hadapan Yudas, Yesus memperlihatkan kepada kita suatu kasih yang tidak dapat dipahami oleh manusia: suatu kasih yang benar-benar jujur mengenai apa yang sedang terjadi tetapi tetap berlutut di hadapan kita untuk menyerahkan hidupnya agar kita bisa bebas dari dosa kita. Yesus mengasihi Sdr seperti Ia mengasihi Yudas. Jika Sdr melewatkannya, maka Sdr akan kehilangan hidup yang kekal.

Menurut Paulus cara untuk memiliki sikap seorang pemenang adalah “Berfokus ke masa depan”, “Hidup dengan Hati Seorang Hamba,” dan

3. Bersyukur Senantiasa (Flp 4:4-9)
Paulus di sepanjang hidupnya menekankan hal-hal yang positif. Ia mempraktekkan prinsip mengucap syukur senantiasa. Flp 4;4 ” Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!

Paulus tetap mengucap syukur meskipun ia dimasukkan ke dalam penjara. Ia melihat jauh melampaui kurungannya, melampaui malam-malamnya yang sepi, dan melampaui penderitaannya. Ia berkata kepada orang-orang Kristen di Filipi dan berdoa untuk mereka, seperti disarikan dari Flp 1:12-14: “Jangan merasa bersedih karena aku. Pujilah Tuhan karena apa yang terjadi atasku justru telah menyebabkan kemajuan Injil.”  Para penjaga orang Romawi telah mendengar kabar baik dari Injil.  Yesus sedang merubah kehidupan.”

Apakah Sdr pikir Rasul Paulus pernah berkecil hati? Tentu saja. Ketika ia dikurung di dalam penjara Paulus menyebutkan banyak orang datang kepadanya dan memberikan penghiburan dan dorongan semangat. Teman-temannya selalu membuat ia bersemangat dalam pelayanannya kepada Tuhan. Pemimpin-pemimpin terbaikpun pernah mengalami saat-saat mereka merasakan berada di bawah. Kuncinya adalah jangan tetap tinggal dalam keputus-asaan.

Ada beberapa hal praktis yang dapat Sdr lakukan supaya Sdr dapat bersyukur senantiasa.

a. Milikilah pandangan yang positif dalam segala keadaan
Amsal 17:22 mengatakan: “Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.”

Ketika panglima perang Israel melihat raksasa Goliat, ia mengatakan, “Goliat terlalu besar bagi kita untuk dilawan.” Tetapi Daud melihat Goliat dan berkata, “Ia terlalu besar untuk dilewatkan”

Ada sebuah kisah tentang seorang petani yang memiliki seekor keledai. Keledai itu terperosok masuk ke dalam sumur yang dalam. Petani itu sudah mencoba berbagai cara untuk mengeluarkan keledai itu dari sumur. Akhirnya ia menyerah dan memutuskan untuk menguburkan keledai itu di dalam sumur. Ia mulai menutupi sumur itu dengan tanah. Tanah mulai berjatuhan ke dalam sumur dan keledai itu  menggoyangkan badannya untuk membersihkan dirinya dari tanah yang jatuh. Begitu seterusnya sehingga keledai itu selalu berada diatas tumpukan tanah. Setelah beberapa truk tanah ditumpahkan ke dalam sumur, keledai itu muncul di atas tanah dan berjalan keluar sumur. Ia menjadi pemenang.

Ketika permasalahan menendang Sdr, jangan membiarkan persoalan menendang Sdr ke bawah dan ke belakang. Tetapi  biarkan persoalan itu menendang Sdr ke atas dan ke depan.

b. Bergabunglah dengan komunitas yang positif
Bagaimana rasanya berada di dalam kelompok orang-orang yang selalu bersungut-sungut, kecewa, dan selalu menyimpan dendam? Rasanya depresi, bukan? Karena itu hindarkanlah kelompok orang-orang yang berpandangan negatif.

Rasul Paulus secara kontinu merekrut mitra-mitra doa. Mitra-mitra doanya mendukung Paulus dengan doa dan perkataan-perkataan yang menguatkan. Orang yang negatif tidak berdoa untuk Sdr, mereka bahkan cenderung menarik Sdr ke bawah.

Ketika Sdr dikelilingi oleh orang-orang yang positif, Sdr dapat merubah hambatan menjadi kesempatan. Paulus mengelilingi dirinya dengan sebuah tim yang terdiri dari orang-orang yang positif, karena itu ia bisa menuliskan  dalam 2 Kor 4:8-9: “(8) Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; (9) kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.”

Dengan tekad dan tindakan nyata, Sdr dapat memilih untuk hidup sesuai dengan Flp 4:8: “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu”.

Dalam pekerjaan atau pelayanan Sdr, apa yang Sdr cari? Apakah Sdr mencari-cari kesalahan orang lain, apakah Sdr mencari apa yang salah, atau apakah Sdr mencari cara-cara bagaimana Sdr dapat memberdayakan mitra kerja atau mitra pelayanan Sdr agar mereka dapat menghasilkan yang terbaik? Bagaimana Sdr dapat mematahkan siklus kerja atau pelayanan yang negatif, yang saling mencari kesalahan,  yang menghancurkan? Hentikan fokus pada apa yang salah. Mulailah mencari apa yang benar dan baik dan berfokuslah pada hal-hal yang positif.  Faktanya adalah selalu ada sisi baik dan sisi buruk dalam diri setiap orang. Perbedaannya adalah apa yang menjadi fokus Sdr.

Beritahukanlah kepada mitra kerja atau mitra pelayanan Sdr, betapa Sdr menghargai kontribusi mereka. Berikan pujian, jangan kritik. Kalau mereka tidak mendapatkannya dari Sdr, mereka akan mencarinya di tempat lain. Setiap orang perlu diberi apresiasi.

Minggu ini Sdr akan menikmati hasil dari sikap seorang pemenang.
1.    Berfokuslah ke masa depan
2.    Hiduplah dengan hati seorang hamba
3.    Bersyukurlah senantiasa.

(Kotbah tanggal 15 April 2012 di Rajawali Family Ministry, oleh Rudy Suwardi)

Artikel oleh: May 2, 2012   Kategori : Bahan Khotbah  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda