Jagalah Perkataanmu!

Bacaan Alkitab: Pengkhobah 5 : 1 – 16

“Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, karena Allah ada di sorga dan engkau di bumi; oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit” (Pengkhotbah 5 : 2)

Allah memberi kita suara bukan berarti supaya kita terus-menerus mengeluarkannya perkataan tanpa pertimbangan.  Tetapi yang perlu untuk kita pikirkan adalah bagaimana menempatkan suara atau kata-kata kita dalam hubungan kita dengan Allah dan sesama.
Allah sebenarnya menghendaki kita menjadi seorang yang bijaksana dalam mengeluarkan kata-kata kita.  Kenyataannya bahwa kita seringkali begitu sibuk bicara sehingga Allah sering hanya menjadi pendengar saja dan kita tidak memberi kesempatan kepada-Nya untuk berbicara kepada kita.  Kita sering melewatkan waktu kita dengan mencoba menyuruh Allah sepakat dengan kita untuk menerima pendapat-pendapat kita, untuk berpihak kepada kita dan membuat kehidupan menyenangkan bagi kita.  Itu sama artinya dengan kita mengubah isi ibadah itu.  Sebab ibadah yang benar berarti kita membawakan kehidupan dan kekuatiran kita yang lemah kepada Allah.  Kemudian meletakkannya dikaki-Nya agar kita bisa menemukan wajah-Nya dalam hadirat-Nya, kita diperintah oleh kebenaran-Nya, dituntun oleh jalan-jalan-Nya dan menjalankan hidup kita sesuai dengan kehendak-Nya.
Kita seharusnya berhati-hati dengan ucapan kita sebab “Allah di sorga dan engkau di bumi”.  Allah adalah Allah dan kita adalah kita.  Ada perbedaan antara kita dengan Allah.  Soren Kierkegaard mengungkapkan perbedaan itu : “Allah tidak terbatas, kita terbatas. Allah tidak mati, kita mati. Allah tidak kelihatan, kita kelihatan. Allah roh, kita daging. Allah mahakuasa, kita lemah. Allah kudus, kita berdosa. Allah mutlak murni, kita najis. Allah Mahatahu, kita bodoh. Allah tidak berubah-ubah, kita berubah-ubah. Allah setia, kita tidak setia. Allah penuh kasih, kita hanya mengasihi sebagian”.
Jadi, karena kita terbatas sedangkan Allah kita tak terbatas, maka kita tidak dapat membodohi Allah dengan perkataan kita yang kedengarannya benar. Jadi, seharusnya kita memperhatikan awasan ini: “Janganlah mulutmu membawa engkau ke dalam dosa” (ay 5a).

Mungkin kata-kata kita bisa saja mengesankan orang lain yang mendengarkannya, tetapi Allah di sorga tidak!

Artikel oleh: February 16, 2012   Kategori : Biblical Devotion from Ecclesiastes (Renungan Alkitabiah dari Kitab Pengkhotbah)  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda