Prospek Lembah Sungai Yordan

SUATU RENUNGAN TENTANG PANDANGAN DAN PILIHAN ANAK-ANAK MANUSIA SERTA AKIBATNYA

Keselamatan dan kesejahteraan hidup manusia – atau sebaliknya – ditentukan oleh tiga hal: Pandangannya, pilihannya, dan akibat dari pandangan dan pilihan tersebut. Pandangan yang benar dan pilihan yang tepat mengakibatkan keselamatan dan kesejahteraan hidup. Sebaliknya, pandangan yang salah dan pilihan yang keliru mengakibatkan bencana dan kehancuran bagi kehidupan manusia.

Dalam kitab Kejadian 13:1-18, kita menemukan kisah tentang dua anak manusia: Abram dan Lot. Kisah ini mengungkapkan kepada kita tentang pandangan, pilihan dan akibat yang berbeda dari kedua orang ini. Abram selamat dan sejahtera karena pandangan yang benar dan pilihan yang tepat. Sebaliknya Lot mengalami bencana dan kehancuran karena pandangan yang salah dan pilihan yang keliru. Marilah kita merenungkan kisah kedua anak manusia ini untuk memetik hikmahnya bagi kehidupan kita sendiri.

Obyek renungan kita yang pertama ialah LOT: pandangannya, pilihannya, dan akibat dari pandangan pilihan tersebut. Sesudah terjadi pertengkaran antara gembala-gembala Lot dan Abram, maka Abram memanggil Lot dan berkata: “Jangan kiranya ada perkelahian antara aku dan engkau, dan antara gembalaku dan gembalamu, sebab kita ini kerabat. Bukankah seluruh negeri ini terbuka untuk engkau?. Baiklah pisahkan dirimu daripadaku; jika engkau ke kiri, maka aku akan ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku akan ke kiri” (Kejadian 13:8,9).

Penulis kitab Kejadian selanjutnya mengisahkan tanggapan Lot terhadap saran Abram sebagai berikut, “Lalu Lot melayangkan pandangannya dan dilihatnya, bahwa seluruh lembah Yordan banyak airnya seperti taman Tuhan, seperti tanah Mesir, sampai ke Zoar – hal ini terjadi sebelum Tuhan memusnahkan Sodom dan Gomora. Sebab itu Lot memilih bagi dirinya seluruh lembah Yordan itu, lalu ia berangkat ke sebelah timur dan mereka berpisah. Abram menetap di tanah Kanaan, tetapi Lot menetap di kota-kota lembah Yordan dan berkemah dekat Sodom. Adapun orang Sodom sangat jahat dan berdosa di hadapan Tuhan” (Kejadian 13:10-13).

Sebagai seorang peternak, Lot tahu betul daerah yang baik untuk ternak, yaitu padang rumput yang hijau dan mata air atau sungai yang limpah dengan air, baik di musim hujan maupun kemarau. Seluruh lembah Yordan memang merupakan daerah yang amat ideal untuk peternakan. Sebab itulah Lot memilih lembah Yordan. Tetapi pilihan ini membawa Lot ke pinggiran kota Sodom – kota yang dihuni oleh orang-orang yang sangat jahat dan berdosa di hadapan Tuhan.

Untuk sementara nampaknya Lot membuat pilihan yang tepat. Sebab ternaknya pasti bertambah, karena daerah yang dipilihnya memungkinkan ternaknya berkembang biak. Pasti Lot menjadi kaya dan terpandang di kota Sodom (Pada zaman itu, kekayaan biasanya diukur dengan berapa banyaknya seseorang memiliki ternak). Pilihan Lot menyebabkan prospeknya untuk menjadi kaya dan terpandang terbuka luas. Tetapi apa akibatnya??

Dalam Kejadian 14 kita membaca tentang akibat pilihan Lot. Dikisahkan bahwa pada suatu waktu, terjadilah peperangan antara raja-raja Sodom dan Gomora bersama sekutu-sekutunya melawan raja-raja lain. Akibat peperangan itu, maka “Segala harga benda Sodom dan Gomora beserta segala makanan dirampas musuh. Juga Lot, anak saudara Abram, beserta harta bendanya dibawa musuh, lalu pergi – sebab Lot berdiam di Sodom” (Kejadian 14:11, 12)

Lot memburu kekayaan dan keuntungan jasmani. Dan ia memang berhasil memilikinya. Tetapi kemudian, ia kehilangan segala sesuatu. Untunglah bahwa setelah Abram mendapat laporan tentang tertawannya Lot, ia mengerahkan anak buahnya untuk menyerang musuh itu, sehingga Lot akhirnya dapat dibebaskan lagi (Kejadian 14:13-16)

Akan tetapi, sesudah peristiwa itu, agaknya Lot belum juga menyadari bahwa bencana yang menimpa dirinya adalah akibat dari pandangan dan pilihannya yang keliru. Sebab dalam Kejadian 19:1, kita menemukan Lot masih juga bermukim di kota Sodom. Kelihatannya Lot sukar berpisah dengan Sodom. Rupanya Lot begitu terpukau dengan prospek yang ditawarkan lembah Yordan, yaitu kemungkinan menumpuk kekayaan untuk hidup dan berperilaku sebagai orang Sodom selalu mengancam.

Penulis kitab Kejadian mengisahkan bahwa Tuhan bermaksud memusnahkan kota-kota Sodom dan Gomora sebab dosa penduduknya yang sangat hebat. Tetapi, sebelum bencana pemusnahan itu terjadi, Tuhan mengutus dua malaikat-Nya untuk menyelamatkan Lot dan keluarganya. Agaknya, tindak penyelamatan ini dilakukan Tuhan sebagai tanggapan kepada doa permintaan Abram (Kejadian 18:22-23). Tindak penyelamatan ini berjalan seret dan tidak sepenuhnya terwujud sebagaimana yang dikehendaki Tuhan. Kedua calon menantu Lot binasa karena menganggap Lot hanya bergurau ketika ia memberitahukan tentang bencana yang akan menimpa Sodom dan Gomora. Lot sendiri, isterinya dan kedua anaknya puterinya kelihatannya berat melaksanakan perintah Tuhan dengan segera. Akhirnya kedua utusan Tuhan itu menarik tangan-tangan mereka dan membawa mereka keluar kota. Tindakan ini sudah merupakan tindakan maksimal yang dapat dilakukan kedua utusan Tuhan ini tanpa memperkosa kehendak bebas keempat orang ini. Namun, tindakan maksimal inipun tidak sepenuhnya berhasil, karena istri Lot akhirnya binasa sebab melanggar perintah Tuhan. Lot dan kedua puterinya berhasil diselamatkan tanpa membawa harta benda yang telah ditumpuknya selama bertahun-tahun. Kekayaannya musnah menjadi abu bersama kota-kota Sodom dan Gomora.

Sekarang baiklah kita menyoroti kehidupan Abram. Sebenarnya, Abramlah yang berhak menentukan pilihan lebih dulu daripada Lot. Sebab Abram adalah paman Lot dan usianya tidak lebih tua. Hal ini sesuai dengan kebiasaan pada zaman itu. Abram pasti tahu bahwa bila Lot memilih yang terbaik, maka ia sendiri akan mendapat yang kurang baik. Dan benar!! Ternyata Lot memilih yang terbaik.

Timbul pertanyaan: “mengapa Abram tidak menggunakan haknya untuk memilih lebih dulu??” jawaban terhadap pertanyaan ini rupanya terdapat dalam surat Ibrani. Dalam ulasan penulis surat Ibrani berikut ini, tersirat pandangan Abram yang menyebabkan ia tidak merasa perlu menggunakan haknya untuk memilih lebih dulu.

“Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu. Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah” (Ibrani 11:9, 10)

Abram melihat tempat yang dihuninya sebagai “tanah asing”. Ia memandang dirinya sebagai “orang asing dan pendatang di bumi ini” merindukan tanah air yang lebih baik, yaitu satu tanah air surgawi” (Ibrani 11:16)

Jelas kelihatan bahwa cakrawala pandangan Abram melampaui tapal batas dunia ini dan menjangkau kekekalan. Abram melihat hal-hal yang tidak kelihatan – hal-hal yang abadi. Dan ia memilih hal-hal yang langgeng ketimbang hal-hal yang sementara. Karena Abram tidak terpukau dengan prospek lembah Yordan. Inilah yang menyebabkan ia merelakan Lot memilih lebih dulu.

Apakah akibat pandangan Abram?? Setelah Lot menentukan pilihannya, ia berpisah dari Abram. Lalu Tuhan berfirman kepada Abram, “Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan, sebab seluruh negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya” (Kejadian 13:14, 15)

Abram tidak hanya mencari hal-hal duniawi tetapi hal-hal rohani. Ia tidak terpukau oleh hal-hal yang sementara tetapi hal-hal yang abadi. Namun Allah memberikan kepadanya bukan saja hal-hal yang kekal, tetapi juga hal-hal yang lahiriah. Ia bukan saja dikaruniai harta yang kekal, tetapi juga harta duniawi. Ia tidak mendambakan atau mencari ketenaran, tetapi keharuman namanya semerbak melintasi tiga kepercayaan monoteistis yang besar – Yahudi, Kristen, dan Islam – yang dianut berjuta-juta orang.

Kehidupan Abram menjadi ilustrasi yang paling gamblang dari prinsip Alkitabiah berikut “CARILAH DAHULU KERAJAAN ALLAH DAN KEBENARANNYA, MAKA SEMUANYA ITU AKAN DITAMBAHKAN KEPADAMU” (Matius 6:33).

Semoga kita dapat meneladani kehidupan anak manusia yang bernama Abram

Artikel oleh: July 8, 2011  Tags: ,   Kategori : Bahan Khotbah  Sebarkan 

7 Komentar

  1. Yusuf Eko Widiarto - July 8, 2011

    Tulisan yang bermakna dari seorang yang benar-benar mendalami kebenaran ini tidak hanya dari segi akademik tetapi juga telah menghidupi kebenaran ini dalam kehidupan, pelayanan dan kepemimpinan Bapak Pdt.M.Rumkeny,MA. Terimakasih telah mengingatkan kita semua kembali.Tuhan memberkati

  2. Heri widagdo - July 9, 2011

    Terima kasih kpd bpk pdt. M.Rumkeny memberikan renungan yg istimewa, yg mengingatkan
    Agar kita para hamba Tuhan dpt terus belajar spt Abraham yang Cinta Tuhan Rendah hati Jujur
    dan Rajin; sehingga dpt memiliki pandangan yg benar dan dapat menentukan pilihan yg tepat
    ditengahx2 desakan tuntutan dan kebutuhan yg semakin kompetitif zaman ini sehingga men-
    datangkan kesejahteraan dan keselamatan baik diri sendiri , keluarga maupun pelayanan/jemaat.

  3. Victor Paais - July 9, 2011

    Luar biasa, tulisan yang sederhana namun tajam dan sarat dengan makna yang terkandung di dalamnya. Terima kasih Om Rumkeny yang telah menjadi teladan bagi saya pribadi maupun bagi banyak orang-orang lain di dalam kehidupan, pemikiran dan pelayanan Om. Sungguh-sungguh inspiratif dan menggugah hati. Tuhan Memberkati Om Rumkeny sekeluarga.

  4. Henry.W.Silaban - July 11, 2011

    Betul sekali ! Masa depan GSJA bukan hanya tergantung kepada Tuhan,tetapi juga tergantung kepada pandangan BPP,pilihan BPP apakah kemurniannya dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan yang punya pekerjaan itu dan kesediaan kita untuk ikut pandangan Tuhan bukan ?

  5. Jimmy RA Legi - July 14, 2011

    tulisan yg sgt relevan dg zaman skrg, di mana gaya hidup materialistis & hedonis sdh mewabah ke mana-mana. orang gampang terpukau dg prospek menggiurkan yg dilihat ol mata jasmani. tulisan ini adalh alarm bg kita, spy kita membenahi kembali “pandangan” & “pilihan” kita yg mgkn sedikit banyak sdh tertular ol gaya hidup tsb. pk rumkeny telah memaparkan hal yg sangat sangat mendesak, yg sgt diperlukan ol generasi skrg ini, yaitu hamba2 Tuhan yg terpukau pada hal-2 yg abadi.

  6. Betty Chu - July 27, 2011

    Sungguh Saya sangat diberkati, begitu dalam makna dan perenungan ini. Sebagai pemimpin tidaklah mudah, apalagi pemimpin yang hidup di zaman ini. Benar-benar dibutuhkannya kemurnian panggilan, hati dan roh, dan secara realita kemurnian seseorang itu akan terwujud dalam hidup sehari-hari. Kiranya perenungan ini menjadi dasar setiap kita hamba-hamba Tuhan yang melayani pada era zaman ini. Terimakasih Pak Rumkeny, saya percaya perenungan ini adalah BUAH dari hidup anda. God BLess You!

  7. Pdt. Driyoso - August 19, 2011

    Membaca renungan P Rumkeny sungguh sangat berbobot dan tentu memberkati saya, terimakasih…

Tulis Komentar Anda