JANGAN HANYA DILAYANI

Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah” (1 Petrus 4:10)

Sumber dari www.tempointeraktif.com tanggal 22 Juni 2011 mencatat bahwa pemerintah dinilai gagal melakukan diplomasi tingkat tinggi dalam mengatasi kasus TKI Ruyati binti Satubi yang dipancung di Arab Saudi pada 18 Juni 2011. “Seharusnya Menakertrans dan Kepala BNP2TKI mundur sebagai bentuk pertanggungjawaban dan penyesalan, bukan hanya ngomong,” kata Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid alias Yenny Wahid, Direktur Wahid Institute melalui telepon, Senin 20 Juni 2011. Menurut Yenny, pemerintah tidak melakukan pertolongan. Padahal keluarga Ruyati sudah mengetahui kasus ini sejak Januari 2010 dan meminta pertolongan Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian Luar Negeri dan BNP2TKI. “Pemerintah tidak melakukan diplomasi tingkat tingi,”katanya. Bahkan dalam salah satu talkshow di salah satu stasiun televisi menyebutkan bahwa menteri yang bersangkutan lebih mengutamakan kepentingan partainya daripada kepentingan bangsanya yaitu tugas kedinasan ketenagakerjaan yang dibidanginya.

Jelas dari tulisan di atas faktor kepemimpinan bisa disoroti dalam hal ini menjadi salah satu faktor mengapa bisa terjadi perisitiwa dipancungnya ‘pahlawan devisa’ tersebut.

Mungkin ini sudah menjadi tanda zaman bahwa integritas manusia mulai hilang! Motivasi dan nilai kepemimpinan yang benar dalam diri seorang pemimpin sudah sirna. Ini yang selalu diamati oleh rakyat yaitu jika akan memimpikan sebuah kedudukan atau kepemimpinan maka rakyat disanjung-sanjung agar suara mereka mendukung dirinya, tetapi ketika terpilih memiliki kedudukan rakyat dibuat bingung.

Rasul Petrus mengingatkan, “layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah” (1 Petrus 4:10). Pemimpin harus memiliki komitmen untuk melayani dengan karunia yang ada.

Bahkan Tuhan Yesus memberikan teladan kepemimpinan ketika Ia membasuh kaki semua muridNya. Dan, Tuhan Yesus pun jauh-jauh hari telah menegaskan, “…sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Matius 20:28). Tuhan Yesus selalu action cepat untuk melayani bagi kemasyalatan umatNya.

Kiranya kita akan menjadi seorang yang tidak hanya NATO artinya No Action Talk Only (hanya bicara tidak ada tindakan). Kunci dari segalanya adalah menjaga integritas diri seorang pemimpin agar selalu melayani dan bukan menuntut untuk dilayani saja!

“JANGAN HANYA DILAYANI” ini harus selalu menggema dalam telinga setiap pemimpin di Gereja kita. Selalu terfokus kepada kepimpinan yang melayani dan bukan dilayani.

Baik sekali jika ini harus disampaikan kepada setiap orang yang akan dipilih menjadi Pemimpin Nasional atau BPP (Badan Pengurus Pusat) kelak dalam Kongres ke-22 di Surabaya. Juga, para pemimpin tingkat daerah seperti BPD (Badan Pemimpin Daerah) harus belajar juga lebih mementingkan kepentingan bagi kemajuan daerahnya daripada terus sibuk dengan kepentingan gerejanya sendiri atau bahkan kepentingan dirinya sendiri.

Seorang gembala sidang harus senantiasa meneladani pola penggembalaan Tuhan Yesus, Sang Gembala Agung yang berkomitmen dan telah membuktikannya yaitu ‘berkorban’ bagi domba-dombaNya.

Jelas, kita harus belajar memetik pelajaran dari setiap kejadian di sekitar kita bahwa jangan sampai ada yang menjadi korban karena gara-gara kesalahan tindakan kepemimpinan kita. Jika, suatu program tidak tercapai bukan karena orang yang dipimpin yang tidak bisa melaksanakannya, melainkan pdari pemimpinlah yang belum bisa memberikan teladan untuk melaksanakannya. Jika orang yang dipimpin tidak bertumbuh karena pemimpinnya tidak bertumbuh. Ada pepatah, “Jika melihat buah harus melihat pohonnya”. Bukankah tidak mungkin jika buah semangka berasal dari pohon mangga?

Biarlah setiap kita sebagai pemimpin meminta kekuatan oleh Roh Kudus untuk senantiasa berkomtimen dan melayani dengan baik orang yang kita pimpin. Bahkan, VIP service harus menjadi motto agar setiap orang yang kita layani, jemaat yang kita layani merasa dipuaskan dan diberkati dengan pelayanan kita.

Pelayanan Tuhan Yesus sebagai model pemimpin adalah ‘menyelamatkan’ seluruh umat manusia di muka bumi ini dan “barangsiapa yang percaya kepada tidak bisa melainkan memperoleh hidup yang kekal”.

“SELALU SIAP MELAYANI” bergema dalam diri setiap pemimpin, maka orang yang dipimpinnya akan mengikuti jejak teladan pemimpinnya. Kiranya, setiap kita selalu melayani dan bukan dilayani! Tuhan memberkati.

Artikel oleh: June 22, 2011  Tags:   Kategori : Artikel Kepemimpinan  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda