JIKA SAJA ………

Ada beberapa hal yang perlu kita bayangkan sebagai cara untuk memulai sebuah langkah berani di dalam organisasi kita. Perubahan yang bukan didasarkan kepada perubahan kosmetika, melainkan perubahan yang di ‘drive’ oleh bayangan tentang masa depan. Visi yang kita pakai sebagai motivasi penggerak adalah sebuah rumusan tentang GSJA di Masa Depan yang mencakup gambaran 25 tahun mendatang.

Apa yang akan terjadi dengan Indonesia 25 tahun mendatang? Apa yang bakal terjadi dengan Kekristenan 25 tahun mendatang? Apa yang bakal terjadi dengan masyarakat kita 25 tahun mendatang? Apa yang bakal terjadi dengan GSJA 25 tahun mendatang?

Ini berkaitan dengan Sekolah Alkitab atau Sekolah Teologi yang kita miliki yang kini berjumlah 13 buah. Peraturan Pemerintah yang paling anyar telah turut memaksakan semua institusi pendidikan teologi masuk dalam proses seleksi. Salah satu sumber seleksinya adalah bahwa “mau tidak mau, suka atau tidak suka, kita akan masuk dalam pelayanan perkotaan”.

Jadi konteks penyaring masa depan yang saya pakai adalah Pelayanan Perkotaan.

Saya pernah mengulasnya dalam sudut pandang berbeda, tetapi kini saya ingin memfokuskan kepada Sekolah Alkitab/Teologi kita.

Maukah kita para Pelayan Injil GSJA membayangkan bahwa DEMI MASA DEPAN KITA DAN PELAYANAN GSJA YANG MEMENUHI TUNTUTAN MASA DEPAN, maka kita membuat langkah radikal yang mulanya kelihatan merugikan tetapi sebenarnya menyelamatkan.

Bayangkanlah kita hanya memiliki 3 Sekolah Teologi Unggulan yang terletak semua di Jawa.

  • Semua Sekolah Alkitab atau Teologi yang ada di luar Jawa ditutup. Asetnya dijual dan dijadikan modal untuk membangun Sekolah Teologi yang benar-benar berbobot.
  • Mereka yang ingin studi teologi, harus menerima kenyataan bahwa ia akan disituasikan dengan konteks perkotaan. Biaya akan besar untuk perjalan, tetapi demi kontekstualisasi masa depan maka harga itu harus dibayar. Bukan Jawa pusatnya, tetapi modernisasi-nyalah yang menentukan.
  • Semua aset yang ditempati Sekolah Alkitab dan Teologi yang sekarang ini ada akan dijual. Kita mencari tempat langsung di 3 Kota Besar: Jakarta, Semarang dan Surabaya, tempat dimana gereja-gereja bertumbuh pesat dan besar. SATI, BEREA, INTHEOS dijual dan dipindahkan. STEMA, STTS Medan, STT Taman Injil, turut dijual. STTE, APT, I-4, dan Sekolah lainnya ditutup. Sedangkan jika gereja-gereja GSJA ingin membuka kursus penginjilan maka tidak ada kaitannya dengan Perguruan Tinggi GSJA, mengingat standard akan sangat dibedakan.

  • Tidak diperlukan asrama mengingat situasi perkotaan dapat menyediakan rumah kost
  • yang akan ada adalah 3 Perguruan Tinggi GSJA dengan gedung berlantai  6 – 7 untuk menampung mahasiswa berbagai jurusan, termasuk teologi

  • Sekolah-Sekolah Alkitab atau teologi yang asetnya telah dijual diberikan konsesi perbandingan, 1 banding Rp. 50.000.000,-.  Artinya, jika sebuah aset yang dijual kemudian digabungkan dalam aset Nasional untuk ke 3 Sekolah Teologi itu, memiliki daerah di mana Sekolah itu pernah ada diberi kesempatan untuk mengirimkan mahasiswanya gratis mengikuti pendidikan di sana. Jika sebuah aset dijual bernilai 2 milyar rupiah, maka Daerah di mana Sekolah itu ada mendapat kesempatan untuk mengirimkan 40 calon mahasiswa mengikuti pendidikan di perguruan tinggi tersebut.
  • Produk jebolan ketiga peguruan tinggi tersebut hanya memiliki satu orientasi yaitu perkotaan. Jadi, ia disituasikan untuk menjadi gembala perkotaan, menjadi misionaris perkotaan, menjadi tenaga dosen perkotaan, dsb.

Anda bisa membayangkan kira-kira jebolan yang bakal melayani di GSJA akan benar-benar memiliki cetak biru perkotaan dan terbiasa dengan suasana kota.

Mungkin anda pikir cara ini kelihatan tidak mungkin. Atau anda kesal karena ini menyangkut sesuatu di Daerah anda yang bakal dirugikan. Tetapi, cobalah membayangkannya, kapan kita benar-benar mengubah sesuatu dengan dimotivasi oleh masa depan?

Daerah anda mungkin harus mengirimkan orang ke Jawa, tetapi saatnya mereka selesai studi di Jawa, Daerah anda mungkin sudah berubah menjadi perkotaan. Segala sesuatu sedang mengalami percepatan perubahan, seiring dengan melipat gandanya kemajuan teknologi.

Semoga anda membaca dengan hati teduh. Tidak ada salahnya berandai-andai, ya JIKA SAJA …

Tuhan memberkati!

Artikel oleh: January 13, 2011  Tags:   Kategori : Artikel  Sebarkan 

6 Komentar

  1. robert h - January 18, 2011

    memang berandai itu gratis kok..heee…

    kalau boleh sy pun berandai-andai..
    -jika saja ada gsja di indonesia bisa seperti city harvest atau hillsong
    -jika saja orang-orang muda yg usianya baru 30an bisa duduk di bpp gsja
    -jika saja gsja di indonesia menjadi gereja terbesar di indonesia….

  2. Marko_Kupang - January 19, 2011

    Ide yang sangat bagus…………!!!!!!
    Seandainya ide ini terwujud, saya harap dari 3 Perguruan Tinggi(PT)GSJA ini akan melahirkan ahli-ahli di bidang masing-masing yang mampu membuat GSJA disegani baik di tingkat nasional maupun internasional. Dengan adanya 3 PT ini, diharapkan dapat dijadikan modal untuk pembangunan bangsa khususnya pendidikan, kesehatan, dan ekonomi dimana GSJA harus memiliki sekolah-sekolah,rumah sakit serta bank atau lembaga perekonomian lainnya. Oleh karena itu, saya sangat berharap agar di antara ke-3 PT ini ada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Kedokteran, dan Fakultas Ekonomi.
    Tapi, saya harap kalau bisa harus ada 1 (satu saja untuk satu Indonesia) Sekolah Tinggi Theologia (bukan kursus penginjilan)di daerah yang berorientasi pada pelayanan pedesaan. Dengan demikian ada Sarjana-sarjana Theologia yang siap untuk melayani di pedesaan. Karena masih banyak daerah yang sangat terpencil yang kemungkinan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa menjadi daerah perkotaan bukan hanya di luar JAWA tapi juga di Pulu JAWA sendiri. Dan untuk itu, bisa dibangun di Kupang NTT.

  3. frans kansil - January 20, 2011

    SEANDAINYA…
    Setiap gembala GSJA di indonesia mengerti dan mempraktekan seni memuridkan, memperlengkapi,mengajar, anggota gerejanya menjadi mirip dengan pendeta,menjadi KOPASUS-komando Pasukan yesus, dan berhati misi untuk memenangkan daerahnya, kotanya, bahkan bangsa-bangsa, maka apa yang terjadi 25 tahun mendatang? Efesus 4:11-15. Barangkali 50 persen orang Indonesia angggota GSJA…
    Strategi paling ampuh yang Yesus berikan adalah : Muridkan orang yang sudah percaya, ajarkan mereka melakukan segala sesuatu yang telah yesus perintahkan! Matius matius 28:19-20. di satu sisi pendeta2 lulusan sekolah theologia punya kelebihan untuk berkhotbah, konseling, mendoakan orang, banyak pengetahuan. Di satu sisi lemah dalam praktek Memuridkan jemaat. umumnya mereka cukup puas kalau jemaat sudah mendengar khotbahnya pd hari minggu dan pada acara kebaktian rumah tangga, padahal itu bukan proses pemuridan… itu hanya kebaktian.

  4. Ferry Tabaleku - January 21, 2011

    Saya sangat setuju dengan tulisan diatas walaupun hanya merupakan sebuah andaian. Tetapi disini saya ingin tegas kembali bahwa itu suatu realita yang akan kita hadapi 25 tahun mendatang. Mau tidak mau hal itu akan tetap terjadi, tidak ada seorangpun dapat mencegahnya dan merubahnya. Perubahan itu hanya dapat terjadi, jika setiap anggota GSJA sekarang sungguh-sungguh menyadari bahwa GSJA harus berubah.

    Khususnya perubahan itu mulai dari dunia pendidikan yang kita miliki selama ini. Sebab pendidikan adalah urat nadi dari GSJA yang didalamnya menghasilan para pemimpin yang dapat menjadi tonggak perubahan didalam dan dimasa depan gereja.

    Hal ini tidak bisa diulur-ulurkan lagi, karena waktu berjalan begitu cepat, maka kita sebagai anggota GSJA harus mengambil sikap untuk berubah atau tidak, jika kita ingin GSJA berubah, maka dalam kongres ini harus ada keputusan yang real tentang perubahan itu. Maju atau mundur, berubah atau tidak GSJA yang kita agungkan itu ada dalam diri setiap anggota GSJA.

    Perubahan selalu di sertai atau diiringi dengan pengorbanan, jadi apakah kita sudah siap untuk berubah? jika memang kita sudah siap untuk berubah,itu berarti kita juga sudah siap untuk berkorban.

    Tuhan berkati kita semua.

  5. Samuel H - January 28, 2011

    Untuk berubah dan menjadikan GSJA menjadi terdepan:
    dibutuhkan kesadaran untuk tidak egoisme dan “daerah minded”
    Memang kita perlu siap menerima kenyataan bahwa 25 tahun ke depan orang desa pasti banyak pindah ke kota atau desa-desa kebanyakan akan menjadi kota… kota kabupaten atau kota yang modern.
    Maju terus, jangan pernah surut dengan kerinduan ini.
    Bersama kita pasti bisa mengalami perubahan!

  6. richard yoka - February 20, 2011

    1000 langkah mimpi di depan di mulai dr langkah pertama…
    mulailah dr hal yg sederhana…yaitu memberi teladan hidup. tau kenapa? Krn apa saja bs terjadi di masa depan…
    di masa depan kita akan kesulitan menceritakan kisah mujizat kesembuhan krn teknologi kedokteran sangat pesat,org tdk perlu bdoa kpd Yesus hy u/mdptkan sebuah lengan robot yg sistem kabelnya bs dihubungkan dgn saraf,atau jantung buatan baru,atau darah nanobot hingga ga perlu donor darah.

    Di masa depan segalanya sangat mobile dan praktis juga mudah, nyaris sulit bergantung pd Allah untuk hal2 yg sederhana,kadang org lebih percaya google untuk menjwb pertanyaan dibandingkan bertanya ke orangtua atau ke gurunya,mereka lebih suka berkomunitas di socialnetwork drpd cellgroupnya, bahkan pdt lebih byk searching bahan kotbah di google drpd duduk diam di kaki Tuhan dan mencari ‘isi’ hati Tuhan,krn cepat dan praktis. kemajuan teknologi akan menggiring byk org kepada mjd atheis,lihat sj negara2 eropa yg dl mengirimkan misionarisnya,skrg bangku2 gereja di negara mereka hy diisi kebanyakan org yg sudah tua. apalagi di masa depan…
    lalu apa yg dibutuhkan jemaat di masa dpn nanti? mereka hanya mau melihat ke teladanan hidup org yg memimpin mereka ketika kata2 dan perbuatannya selaras, meskipun harus menghabiskan banyak pasang sepatu u/membuat langkah keduanya selaras dan se ia…

    may God Bless us

Tulis Komentar Anda