Pentakostalisme Masa Kini

(Dchymes, Senin 11 Januari 2010, saya terjemahkan untuk kepentingan PI GSJA agar mengetahui perkembangan pandangan Pentakostalisme di dunia)

Kematian Oral Roberts  Desember lalu (12-15-2009) sekali lagi membawa tradisi Pantekosta-Karismatik menjadi sorotan media, sebuah fenomena yang telah menyertai kebangkitan Pantekosta sejak masa Azusa Street Mission (Robeck).  Pelayanan Robert sebagai penginjil penyembuhan, seorang televangelis Injil kemakmuran dan pendiri sebuah lembaga pendidikan yang mencerminkan berbagai segi tradisi Pantekosta-Karismatik masa kini. Karunia rohani dengan penyembahan yang bersemangat dan pemberitaan Injil, meskipun tidak harus selalu “Injil kemakmuran” dan keprihatinan pendidikan yang menjadi fokus utama, perkembangan kependetaan masih merupakan ciri penting tradisi ini.

Namun demikian, akan keliru jika kita meninggalkan kesan bahwa Pentakostalisme belum berubah ataupun bahwa Pentostalisme adalah sebuah gerakan yang bersifat homogeneous radikal yang dapat dengan mudah dipastikan. Kenyataannya suatu penelitian yang konsisten yang dilakukan oleh mereka yang mempelajari tradisi Pentakosta-Karismatik mencatat bahwa terdapat berbagai kemampuan untuk beradaptasi dengan budaya setempat dalam berbagai cara. Ini barangkali yang telah menyebabkan peneliti mulai mencatat bahwa Pentakostalisme telah mengubah kekristenan itu sendiri, menyebabkan transformasi demografis, yang berarti, gerakan ke arah bagian selatan (Jenkins). Lebih jauh, masa depan gereja itu sendiri mungkin berupa Peng-pentakosta-an kekristenan (Allen). Dengan semua ini di pikiran kita saya ingin menyimpulkan beberapa poin keprihatinan sebagaimana dikemukakan oleh para peneliti tradisi Pentakostalisme-Karismatik masa kini:

Pertama, meskipun organisasi Pentakosta klasik, seperti Gereja Sidang Jemaat Allah, bertumbuh di seluruh dunia dengan membangun sejumlah institusi pelatihan para pendeta sebagai bagian dari strategi utama mereka, telah terjadi peningkatan pola yang konsisten atas sekolah-sekolah tersebut. Peralihan kepada Sekolah Alkitab yang terakreditasi (dari pada sekedar institut Alkitab dengan sistem ad hoc), dapat dilihat di seluruh dunia. Ini mungkin diperlukan karena pertumbuhan Pentakostalisme kini berada di daerah perkotaan yang menuntut kepemimpinan para Pelayan Injil yang setidaknya setara dengan pendidikan jemaat. Kecenderungan sejak tahun 80-an dan seterusnya adalah menawarkan  gelar-gelar kesarjanaan. Berlawanan dengan harapan-harapan terdahulu, aspek ini yang disebut ‘redemption lift’ belum terbukti membahayakan pertumbuhan Pentakostalisme. Justru ini menjadi salah satu kemampuan Pentakostalisme dalam beradaptasi pada lingkungan budaya dan masyarakat yang tengah berubah. Lebih jauh lagi, beban tanggung jawab dalam memimpin sebuah gerakan atas hampir seperempat jumlah kekristenan dunia, menuntut orang-orang Pentakosta untuk menghasilkan pelayan-pelayan Injil yang dapat memimpin kekristenan secara keseluruhan.

Kedua, karena komunitas-komunitas iman dibentuk oleh apa yang mereka percayai (Lindbeck), tradisi Pentakosta-Karismatik telah mulai akhir-akhir ini mengartikulasikan kembali keyakinan-keyakinan mereka, sementara pada waktu yang bersamaan secara radikal mempengaruhi agama kristen lebih luas. Di tahun-tahun 80-an dan 90-an hal ini terjadi dalam bidang studi Perjanjian Baru dengan sejumlah cendekiawan Pentakosta yang turut menyumbang pada pertumbuhan literatur kaum Injili. Baru-baru ini, para teolog, baik yang dipengaruhi tradisi Pentakosta-Karismatik dan mereka yang ada di dalamnya tengah mempengaruhi teologi. Ilmuwan seperti Veli-Matti Karkkainen dan Amos Yong telah memperkaya misalnya Pneumatologi, dengan membuahkan pemikiran yang melintasi batas soteriologi dan kemungkinan ekklesiologi. Pada waktu yang bersamaan para cendekiawan seperti Frank Macchia telah berada di garis depan dalam penyesuaian arti dari baptisan Roh Kudus bagi orang-orang Pentakosta. Ini tidak berarti bahwa pekerjaan para ilmuwan perintis ini diterima secara universal dalam tradisi Pentakosta-Karismatik. Korelatif adalah suatu gerakan yang ‘mengeraskan’ tradisi Pentakosta-Karismatik kepada artikulasi awal yang dianggap seharusnya begitu yang menjadi suatu kecenderungan yang setara atau paralel dengan kecenderungan kaum fundamentalisme yang suka mengabsolutkan posisi mereka sendiri (Scafer).

Ketiga, studi historis tentang perkembangan gerakan Pentakostalisme telah secara radikal di formulasikan ulang. Sejarah Pentakosta awal yang dimotivasi oleh alasan apologetis, yang cenderung menyembunyikan hal-hal yang tidak sesuai dengan Gerakan tersebut (Cerillo and Wacker), dapat diilustrasikan dalam gambaran Parham-centris yang bisa saja merefleksikan bias rasial. Pentingnya Seymour dan Asuza telah menjadi bersifat korektif, menunjukkan perkembangan jejaring dari Amerika Utara sebagai suatu kekuatan besar dalam ekspansi Pentakostalisme (Robeck). Pada waktu yang sama orang-orang lain telah menyatakan bahwa Pentakostalisme di Afrika (Kula) , India dan Hong Kong (Anderson) memiliki akar yang berbeda, tidak secara khusus terkait dengan Amerika Utara.

Area lain dari riset sejarah adalah tentang tingkatan penelitian tentang akar teologis dari tradisi Pentakosta Karismatik. Tesis Hollenweger bahwa Pentakostalisme adalah suatu gerakan pengalaman yang secara hakikinya soal oral masih menjadi penafsiran utama. Di pihak lainnya, riset Dayton yang makin mendapat dukungan menunjukkan bahwa Pentakostalisme dulunya mengaitkan dirinya secara teologis dengan pengertian aliran Kesucian (Holiness) bahwa Yesus adalah juru selamat, pembaptis degan Roh, penyembuh dan akan datang kembali sebagai raja. Bukannya posisi either/or atas topik ini, sikap both/and mungkin telah menjadi kecenderungan dekat masa depan. Adalah mengejutkan bahwa tidak ada satupun kedudukan tersebut menempatkan glossolalia di pusat diskusi.

Keempat, tradisi Pentakosta-Karismatik di seluruh dunia telah memberanikan diri memasuki dua area perhatian baru: social-concerns dan politik. Di masa lalu, orang-orang Pentakosta menjauh dari apa yang kemudian disebut ‘social-gospel’, menghubungkannya dengan teologi liberalisme yang secara tidak langsung dilawan atau ditentangnya. Namun demikian gerakan baru ini di antara mereka yang disebut ‘orang-orang Pentakosta’ progresif menunjukkan tanda-tanda keseimbangan antara pelayanan kepada kebutuhan fisik dan kebutuhan rohani juga dari orang-orang yang bergereja maupun yang belum bergereja (Miller and Yamamori).

Sejalan dengan keprihatinan sosial yang baru, terdapat fakta bahwa di negara-negara di mana populasi Pentakosta adalah besar, orang Pentakosta-Karismatik kini masuk ke politik. Secara umum di Latin Amerika dan secara khusus di Guatemala dan Costa Rica transisi ini telah terjadi (Steigenga). Namun demikian hasilnya tidak selalu positif, dengan tuduhan korupsi yang membayangi segala usaha mereka. Namun demikian, telah dinyatakan juga bahwa mungkin penyebabnya adalah sikap naif terhadap politik atau ketidak mampuan untuk bergerak secara efektif dari politik lokal ke politik nasional.

Terakhir, tradisi Pentakosta-Karismatik masa kini menghadapi dua isu teologis dan kepemerintahan yang terus menerus terjadi. Pertama adalah kehadiran yang mendesak dari apa yang disebut ‘Injil Kemakmuran”. Kehadirannya dalam tradisi Pentakosta-karismatik telah dilihat jelas di berbagai bangsa oleh suatu survey Pentakosta 10 negara yang disponsori oleh Pew Forum di tahun 2006, sebagaimana di aminkan dengan kuat dalam pertemuan tersebut. Meskipun pernah juga dipermasalahkan bahwa televangelis Amerika Utara sebagai penyebab menyebarnya Injil Kemakmuran, adalah penting untuk dicatat bahwa Injil Kemakmuran telah diintegrasikan ke dalam pengertian soteriologo oleh begitu banyak orang Pentakosta dan dianggap milik bawaan mereka (Asamoah-Gyadu).

Isu kedua berkaitan dengan masalah bahwa rasul-rasul dan nabi-nabi kembali diberikan kepada gereja. Ini bukan ajaran baru, karena sebenarnya hal ini adalah penekanan dari gerakan Hujan Akhir di tahun 1940-an. Organisasi seperti New Apostolic Reformation (Wagner) atau pengertian rasul dan nabi di kalangan GSJA di Ausralia tengah mempengaruhi Pentakostalisme secara luas (Clark). Cara baru pengakuan kepemimpinan ini mencoba untuk mengubah style pemerintahan dalam dunia Pentakosta-Karismatik. New Apostolic Reformation menciptakan infrastruktur kepemimpinan yangterpisah dari model denominasional yang terdiri dari orang-orang pilihan. Kenyataannya konstituensi internasional dari organisasi ini mulai mendapatkan tempat yang kuat.

Meskipun dunia Pentakosta-Karismatik Oral Roberts tetap hidup, telah banyak perubahan dan diubah sekali lagi oleh tantangan-tantangan baru mapun tantangan lama. Namun demikian, di atas segala pertumbuhan dalam jumlah maupun pengaruhnya pada kekristenan, baik Pelayan Injil dan jemaat Pentakosta harus mempersiapkan diri bagi tanggung jawab kepemimpinan baru.

…………………

Allen, John L. Gereja Masa Depan: Bagaimana Tren Sepuluh merevolusi Gereja Katolik. New York: Doubleday, 2009.

Anderson, Allan:. Sebuah Pengantar Pentakostalisme Kristen Karismatik Global. Cambridge: Cambridge University Press, 2004.

Asamoah-Gyadu, J. Kwabena. Perkembangan Lancar dalam Independen Adat Pentakostalisme di Ghana. Suplemen untuk Journal Agama di Afrika 27. Leiden dan Boston: Brill, 2005.

Cartledge, David:. Apostolik Revolusi Pemulihan Rasul dan para Nabi dalam Sidang Jemaat Allah di Australia. Chester Hill: Parakletos Institute, 2000.

Cerillo, Augustus, Jr dan Wacker Grant. “Bibliografi dan Historiografi Pentakostalisme di Amerika Serikat.” Di New International Dictionary of the dan Gerakan Karismatik Pantekosta. ed. Stanley Burgess. Grand Rapids: Harper Collins dan Zondervan, 2001).

Clark, Matthew. “Kepemimpinan Pantekosta Kontemporer: Misi Iman Apostolik Afrika Selatan.” Cyberjournal untuk-Karismatik Pantekosta Penelitian 16 (2007).

Dayton, Donald W. Akar Teologi Pentakostalisme. Peabody: Hendrickson Publishers, 1991.

Gifford, Paul. “Kemakmuran: Sebuah Elemen Asing Baru dalam kekristenan Afrika.” Agama 20 (1990): 373-88.

Hollenweger, Walter J. Pentakostalisme: Asal-usul dan Perkembangan Worldwide. Peabody: Hendrickson Publishers, 1997.

Jenkins, Philip:. Baru Kristen Kedatangan Kekristenan Global. Oxford: Oxford University Press, 2002.

Kalu, Ogbu:. Afrika Sebuah Pengantar Pentakostalisme. Oxford: Oxford University Press, 2008.

Pneumatology: the Holy Spirit in ecumenical, international, and contextual perspective . K ä ä RKK inen, Veli-Matti:. Pneumatologi Roh Kudus dalam, internasional, dan kontekstual perspektif ekumenis. Grand Rapids: Baker Academic, 2002.

Kay, William K. “Mengubah Paradigma dalam Pendidikan Pentakosta.” Makalah yang tidak diterbitkan disajikan pada Konferensi GloPent di Birmingham, Februari 2009.

Lindbeck, George A. Sifat Doktrin: Agama dan Teologi di Usia Postliberal. Louisville: Westminster John Knox Press, 1984.

Macchia, Frank:. Dibaptis dalam Roh teologi Pantekosta global. Grand Rapids: Zondervan, 2006.

McConnell, DR A yang berbeda-beda Injil, edisi diperbarui. Peabody: Hendrickson Publishers, 1995.

Miller, Donald E. dan Tetsunao Yamamori: Global. Pentakostalisme Wajah Baru Keterlibatan Sosial Kristen. Berkeley: University of California Press, 2007.

Robeck, Cecil M., Jr The Street Azusa Misi dan Kebangkitan: Lahirnya Gerakan Pantekosta Global. Nashville: Thomas Nelson, 2006.

Fer Sch ä, Heinrich. “Fundamentalisme: Power dan Mutlak.” Exchange 23, no. 1 (1994): 1-24.

Steigenga, Timothy J. Politik Roh: Implikasi Politik Agama Pentecostalized di Kosta Rika dan Guatemala. Lanham: Lexington Books, 2001.

Wagner, C. Peter itu. Churchquake: Bagaimana Kerasulan Baru Reformasi adalah mengguncang Facebook Gereja seperti yang kita tahu. Ventura: Regal Books, 1999.

Yong, Amos:. Roh dicurahkan Semua pada Daging Pentakostalisme dan Kemungkinan Teologi Global. Grand Rapids: Baker Academic, 2005.

(sumber: http://hebrewscripturesandmore.com/Blog/?p=1038&gtlang=id)

Artikel oleh: December 7, 2010  Tags:   Kategori : Artikel  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda