Siapakah guru yang terbaik?


a-86

( YOSUA 7 )

Ada orang yang mengatakan “Pengalaman adalah guru terbaik.” Pertanyaannya sekarang, “Pengalaman yang bagaimana?” Yosua 6 dan 7 menunjukkan, “Pengalaman kegagalan adalah guru yang lebih baik!” Keberhasilan maupun kegagalan memberikan pelajaran kehidupan, tetapi ternyata kegagalan memberikan “pelajaran hidup” yang jauh lebih tahan lama. Simaklah apa yang diutarakan Perry Buffington, seorang psychologist yang berlisensi:

Kegagalan memiliki daya tahan hidup yang panjang karena otak menempatkannya sebagai ‘tugas yg belum selesai’ sementara keberhasilan langsung ditempatkan sebagai ‘tugas yg sudah selesai’. Secara teknis, proses ini disebut “Efek Zeigarnik”. Kepada ‘tugas yang sudah diselesaikan” otak tidak lagi memberikan prioritas atau pun status kerja yang aktif, dan secara perlahan kemudian terhapus dari ingatan. Akan tetapi, kasus kegagalan tidak pernah ditutup. Otak terus menerus berputar untuk mencari berbagai cara untuk mencegah dan memperbaikinya.

Ada orang yang bersikukuh “Pengalaman adalah guru yang terbaik.” Pertanyaannya kali ini “Pengalaman siapa?” Yosua 7 ini menunjukkan, pada umumnya, “Pengalaman langsung yang dialami sendiri lah yang merupakan guru yang lebih baik.” Sebenarnya, leluhur mereka telah mendapat pelajaran tersebut di padang gurun. Kenyataannya, umat di Tanah Perjanjian harus mempelajarinya kembali melalui kekalahan yang sungguh pahit dan menyakitkan dari penduduk kota Ai, yang sebelumnya mereka anggap remeh.

Itulah sebabnya kita membutuhkan hikmat Tuhan.

Mengapa?

Jika kita harus mengalami sendiri segala bentuk kegagalan

untuk dapat menyerap berbagai pelajaran hidup yang dibutuhkan,

maka kita semua akan babak belur.

Kegagalan adalah guru yang lebih baik daripada keberhasilan.

Pengalaman sendiri adalah guru yang lebih baik daripada pengalaman orang lain.

Akan tetapi,

GURU YANG TERBAIK ADALAH HIKMAT ALLAH.

  • Yosua dan bangsa Israel dapat mengalahkan Yerikho, yang sebenarnya jauh lebih kuat, karena mereka bersandar kepada hikmat Allah.
  • Yosua dan bangsa Israel dapat dikalahkan Ai, yang sebenarnya jauh lebih lemah, karena mereka lalai untuk tetap bersandar kepada hikmat Allah.

Mari kita pelajari secara lebih cermat kedua peristiwa tersebut.

Bagaimana prosesnya, sehingga bangsa Israel dapat mengalahkan kota Yerikho?

· Di pasal 2, saat itu Yosua dan bangsa Israel belum menyebrang sungai Yordan. Kedua pengintai diutus Yosua dan pulang dengan kesaksian kuat:

“Tuhan sudah menyerahkan negeri ini ke dalam tangan kita,

bahkan seluruh penduduk negeri ini gemetar menghadapi kita”

(ay 24, ay terakhir pasal 2).

  • Di pasal 3, Yosua mengajak semua orang Israel berangkat dari Sitim ke tepi sungai Yordan, tetapi ternyata mereka tidak langsung menyebrang dan merangsek ke Yerikho, melainkan tinggal di sana selama 3 hari.

Untuk apa? Dapat dipastikan Yosua mengajak bangsa Israel untuk mencari Tuhan dan memohon hikmat-Nya terlebih dahulu. Mereka menyebrang dalam cara yang hanya dapat mereka peroleh langsung dari hikmat Allah sendiri.

Para imam pengangkat tabut perjanjian diminta berjalan memasuki sungai Yordan, lalu tetap berdiri di sana.

Padahal, imam-imam tidaklah dilatih untuk berperang, sehingga mereka adalah yang paling mudah untuk hanyut oleh arus sungai – yang lebih parah mereka hanyut bersama tabut Tuhan.

Dalam hikmat manusia, itu satu tindakan yang bodoh dan ceroboh, tetapi mereka belajar untuk taat suara Tuhan (ay 7-8).

  • Di pasal 4, mereka mendapatkan hasil jauh lebih baik dari semua yang dapat dipikirkan oleh pemikir-pemikir yg terbaik:

“Air sungai Yordan itu terputus

dan bangsa Israel menyebrang di tanah kering!”

  • Di pasal 5, Yosua memerintahkan seluruh bangsa Israel generasi baru itu untuk disunat.

Padahal, setelah disunat sampai sedikitnya satu minggu kemudian, mereka praktis tidak akan mampu untuk menahan serangan dari prajurit yang paling lemah sekali pun.

Dalam hikmat manusia, itu sekali lagi tindakan yang bodoh dan ceroboh, tetapi mereka belajar untuk taat suara Tuhan, sehingga Panglima Bala Tentara Tuhan datang menghampiri Yosua.

  • Di pasal 6, Yosua memerintahkan bangsa Israel hanya untuk berkeliling dan meniup sangkakala.

Padahal, tembok kota Yerikho terkenal sangat tinggi dan tebal, sampai sebuah rumah dapat dibangun di atasnya (Lih 2:15).

Dalam hikmat manusia, itu kembali merupakan satu tindakan yang bodoh dan ceroboh, tetapi mereka tetap taat terhadap suara Tuhan.

Hasilnya, sungguh luar biasa, tembok kota Yerikho runtuh, sehingga bangsa Israel dapat merebut kota itu dan menumpas seluruh penduduknya (ay 20-21).

Apa kunci sukses mereka? Tak terbantahkan lagi: mereka sungguh-sungguh bersandar kepada hikmat Tuhan!.

Bagaimana prosesnya, sehingga bangsa Israel dapat dikalahkan oleh penduduk kota Ai?

  • Pada umumnya, Akhan dan dosanya lah yang disebut sebagai penyebab kekalahan bangsa Israel. Itu memang benar dan diteguhkan di ayat pertama pasal 7.

  • Akan tetapi, jika kita mempelajarinya secara lebih mendalam, itu bukanlah satu-satunya faktor penyebab. Ada penyebab lain yang sebenarnya lebih prinsipil! Apa itu?

  • Bacalah kembali tahapannya:

o Yosua menyuruh orang untuk mengintai kota Ai (ay 2).

o Pengintai itu pergi dan pulang dengan kesaksian bahwa orang-orang Ai hanya berjumlah sedikit (ay 3).. :

· Maka berangkatlah kira-kira tiga ribu orang dari bangsa itu ke sana, tetapi melarikan diri di depan orang-orang Ai.(ay 4).

· Apa yang sama sekali tidak muncul dalam tahapan tersebut? Kerendahan hati untuk meminta hikmat dan pimpinan Tuhan! Hanya setelah mereka bersujud mencari Tuhan, dosa Akhan disingkapkan dan disingkirkan, barulah mereka dapat meraih kemenangan kembali.

Jelas sekali. Jika mereka tetap bersandar kepada hikmat Tuhan, maka kekalahan itu dapat dicegah. Saudara ingat pepatah yang mengatakan, “Mencegah itu lebih baik dari mengobati!” Itulah yang dilakukan hikmat bagi kita. Mencegah saya dan Saudara babak belur!

Jadi, jangan pernah lalai untuk memohon hikmat Tuhan sebelum mengambil keputusan dan tindakan apa pun juga.

Ada orang yang mengatakan “Pengalaman adalah guru terbaik.” Pertanyaannya sekarang, “Pengalaman yang bagaimana?” Yosua 6 dan 7 menunjukkan, “Pengalaman kegagalan adalah guru yang lebih baik!” Keberhasilan maupun kegagalan memberikan pelajaran kehidupan, tetapi ternyata kegagalan memberikan “pelajaran hidup” yang jauh lebih tahan lama. Simaklah apa yang diutarakan Perry Buffington, seorang psychologist yang berlisensi:

Kegagalan memiliki daya tahan hidup yang panjang karena otak menempatkannya sebagai ‘tugas yg belum selesai’ sementara keberhasilan langsung ditempatkan sebagai ‘tugas yg sudah selesai’. Secara teknis, proses ini disebut “Efek Zeigarnik”. Kepada ‘tugas yang sudah diselesaikan” otak tidak lagi memberikan prioritas atau pun status kerja yang aktif, dan secara perlahan kemudian terhapus dari ingatan. Akan tetapi, kasus kegagalan tidak pernah ditutup. Otak terus menerus berputar untuk mencari berbagai cara untuk mencegah dan memperbaikinya.

Ada orang yang bersikukuh “Pengalaman adalah guru yang terbaik.” Pertanyaannya kali ini “Pengalaman siapa?” Yosua 7 ini menunjukkan, pada umumnya, “Pengalaman langsung yang dialami sendiri lah yang merupakan guru yang lebih baik.” Sebenarnya, leluhur mereka telah mendapat pelajaran tersebut di padang gurun. Kenyataannya, umat di Tanah Perjanjian harus mempelajarinya kembali melalui kekalahan yang sungguh pahit dan menyakitkan dari penduduk kota Ai, yang sebelumnya mereka anggap remeh.

Itulah sebabnya kita membutuhkan hikmat Tuhan.

Mengapa?

Jika kita harus mengalami sendiri segala bentuk kegagalan

untuk dapat menyerap berbagai pelajaran hidup yang dibutuhkan,

maka kita semua akan babak belur.

Kegagalan adalah guru yang lebih baik daripada keberhasilan.

Pengalaman sendiri adalah guru yang lebih baik daripada pengalaman orang lain.

Akan tetapi,

GURU YANG TERBAIK ADALAH HIKMAT ALLAH.

  • Yosua dan bangsa Israel dapat mengalahkan Yerikho, yang sebenarnya jauh lebih kuat, karena mereka bersandar kepada hikmat Allah.
  • Yosua dan bangsa Israel dapat dikalahkan Ai, yang sebenarnya jauh lebih lemah, karena mereka lalai untuk tetap bersandar kepada hikmat Allah.

Mari kita pelajari secara lebih cermat kedua peristiwa tersebut.

Bagaimana prosesnya, sehingga bangsa Israel dapat mengalahkan kota Yerikho?

· Di pasal 2, saat itu Yosua dan bangsa Israel belum menyebrang sungai Yordan. Kedua pengintai diutus Yosua dan pulang dengan kesaksian kuat:

“Tuhan sudah menyerahkan negeri ini ke dalam tangan kita,

bahkan seluruh penduduk negeri ini gemetar menghadapi kita”

(ay 24, ay terakhir pasal 2).

  • Di pasal 3, Yosua mengajak semua orang Israel berangkat dari Sitim ke tepi sungai Yordan, tetapi ternyata mereka tidak langsung menyebrang dan merangsek ke Yerikho, melainkan tinggal di sana selama 3 hari.

Untuk apa? Dapat dipastikan Yosua mengajak bangsa Israel untuk mencari Tuhan dan memohon hikmat-Nya terlebih dahulu. Mereka menyebrang dalam cara yang hanya dapat mereka peroleh langsung dari hikmat Allah sendiri.

Para imam pengangkat tabut perjanjian diminta berjalan memasuki sungai Yordan, lalu tetap berdiri di sana.

Padahal, imam-imam tidaklah dilatih untuk berperang, sehingga mereka adalah yang paling mudah untuk hanyut oleh arus sungai – yang lebih parah mereka hanyut bersama tabut Tuhan.

Dalam hikmat manusia, itu satu tindakan yang bodoh dan ceroboh, tetapi mereka belajar untuk taat suara Tuhan (ay 7-8).

  • Di pasal 4, mereka mendapatkan hasil jauh lebih baik dari semua yang dapat dipikirkan oleh pemikir-pemikir yg terbaik:

“Air sungai Yordan itu terputus

dan bangsa Israel menyebrang di tanah kering!”

  • Di pasal 5, Yosua memerintahkan seluruh bangsa Israel generasi baru itu untuk disunat.

Padahal, setelah disunat sampai sedikitnya satu minggu kemudian, mereka praktis tidak akan mampu untuk menahan serangan dari prajurit yang paling lemah sekali pun.

Dalam hikmat manusia, itu sekali lagi tindakan yang bodoh dan ceroboh, tetapi mereka belajar untuk taat suara Tuhan, sehingga Panglima Bala Tentara Tuhan datang menghampiri Yosua.

  • Di pasal 6, Yosua memerintahkan bangsa Israel hanya untuk berkeliling dan meniup sangkakala.

Padahal, tembok kota Yerikho terkenal sangat tinggi dan tebal, sampai sebuah rumah dapat dibangun di atasnya (Lih 2:15).

Dalam hikmat manusia, itu kembali merupakan satu tindakan yang bodoh dan ceroboh, tetapi mereka tetap taat terhadap suara Tuhan.

Hasilnya, sungguh luar biasa, tembok kota Yerikho runtuh, sehingga bangsa Israel dapat merebut kota itu dan menumpas seluruh penduduknya (ay 20-21).

Apa kunci sukses mereka? Tak terbantahkan lagi: mereka sungguh-sungguh bersandar kepada hikmat Tuhan!.

Bagaimana prosesnya, sehingga bangsa Israel dapat dikalahkan oleh penduduk kota Ai?

  • Pada umumnya, Akhan dan dosanya lah yang disebut sebagai penyebab kekalahan bangsa Israel. Itu memang benar dan diteguhkan di ayat pertama pasal 7.

  • Akan tetapi, jika kita mempelajarinya secara lebih mendalam, itu bukanlah satu-satunya faktor penyebab. Ada penyebab lain yang sebenarnya lebih prinsipil! Apa itu?

  • Bacalah kembali tahapannya:

o Yosua menyuruh orang untuk mengintai kota Ai (ay 2).

o Pengintai itu pergi dan pulang dengan kesaksian bahwa orang-orang Ai hanya berjumlah sedikit (ay 3).. :

· Maka berangkatlah kira-kira tiga ribu orang dari bangsa itu ke sana, tetapi melarikan diri di depan orang-orang Ai.(ay 4).

· Apa yang sama sekali tidak muncul dalam tahapan tersebut? Kerendahan hati untuk meminta hikmat dan pimpinan Tuhan! Hanya setelah mereka bersujud mencari Tuhan, dosa Akhan disingkapkan dan disingkirkan, barulah mereka dapat meraih kemenangan kembali.

Jelas sekali. Jika mereka tetap bersandar kepada hikmat Tuhan, maka kekalahan itu dapat dicegah. Saudara ingat pepatah yang mengatakan, “Mencegah itu lebih baik dari mengobati!” Itulah yang dilakukan hikmat bagi kita. Mencegah saya dan Saudara babak belur!

Jadi, jangan pernah lalai untuk memohon hikmat Tuhan sebelum mengambil keputusan dan tindakan apa pun juga.

Artikel oleh: November 2, 2009   Kategori : Artikel, Umum  Sebarkan 

3 Komentar

  1. PI Janni Ginting - November 23, 2009

    Saya diberkati oleh tulisan Bapak, teruslah menulis dan Tuhan memberkati Bapak

  2. online - February 22, 2010

    Terima kasih untuk blog yang menarik

  3. Pdt.M.Sirait - April 24, 2010

    Makasi Pak Mulyanto atas Tulisannya yang sangat memberkati kami, gmn pak bisa ga kami dikirimin artikel2 itu

Tulis Komentar Anda