Quality Time

a-332

Saya sering mendengar orang berkata “Yang penting adalah quality time!”, biasanya merujuk pada waktu yang digunakan untuk keluarga karena kurangnya waktu yang diberikan seorang suami, atau seorang ayah kepada anak-anaknya atau untuk keluarganya. Dengan dalih bahwa quality time lebih diutamakan dalam keluarga maka ‘quantity time’ dapat diabaikan. Dalam kenyataannya, sulit mendapatkan quality time tanpa melibatkan ‘quantity time’ dengan keluarga. Seorang ayah tidak dapat mengatakan bahwa dengan 30 menit bersama anak-anaknya dapat mengobati kekurangan waktu selama seminggu dengan mereka. Mengajak anak-anak kita mendiskusikan masa depan mereka dalam 1 jam tidak menjamin bahwa anda benar-benar mendengarkan mereka.

Dalam perjalanan saya ke Hong Kong, saya mendapatkan pengertian yang konkrit tentang betapa pentingnya ‘quality time’ dalam konteks waktu yang dimiliki oleh Tenaga Kerja Indonesia yang hanya memiliki satu hari libur untuk me’refresh’ tenaga mereka. Mereka memberikan 5-6 jam untuk bersama-sama di gereja, bersekutu, mendengar firman Tuhan, berlatih pelayanan, berdoa bersama dll. Mereka tidak memiliki kebebasan untuk mengikuti kegiatan gereja semenarik apapun karena terikat oleh waktu mereka di pekerjaan.

Sebagian dari mereka harus sembunyi-sembunyi membaca Alkitab karena jika mereka menyalakan lampu untuk membaca Alkitab, belum tentu majikan mereka mengijinkan. Itu hanya satu cerita di antara ratusan cerita tentang kisah perjuangan mereka untuk menjaga iman yang baru mereka kenal yaitu iman dalam Yesus Kristus. Tenaga yang sisa dari mereka setiap hari setelah capek bekerja mengurus rumah tangga majikan mereka, tidak menyurutkan mereka untuk menekuni firman dan berdoa. Sehingga, satu hari libur seharusnya digunakan untuk benar-benar beristirahat. Tetapi mereka membuat pilihan lain yang sangat mengesankan, yaitu menghabiskan waktu mereka bersama-sama saudara-saudara seiman yang mereka kenal dalam gereja.

Dan anda bisa membayangkan, meluangkan waktu 5-6 jam setiap hari Sabtu atau hari Minggu tergantung hari apa yang mereka pilih, itu adalah sebuah pengorbanan besar. Sehingga waktu-waktu itu benar-benar hanya layak dihargai oleh setiap orang yang terlibat dalam pengisian waktu tersebut. Itulah salah satu alasan mengapa pelayanan ICA Hong Kong diberkati Tuhan. Mereka tahu menghargai waktu pengorbanan para Tenaga Kerja Indonesia, sehingga hanya ‘yang terbaik’ yang bisa dilakukan dalam jam-jam itu yang akan mereka isi.

Betapa berdosanya kita jika menggunakan waktu mereka yang adalah ‘pengorbanan’ dengan cara yang sia-sia atau ‘enteng’. Itulah contoh ‘quality time’ yang sangat konkrit. Quality time mungkin tidak bisa dipahami jika menyangkut pilihan ‘keuntungan’ dan ‘kepuasan’ anda. Quality time hanya berlaku dalam konteks pengorbanan.

Salah satu hal lain yang perlu kita renungkan adalah bahwa beberapa dari mereka ketika diketahui oleh keluarga mereka bahwa mereka telah percaya kepada Tuhan Yesus, mereka disingkirkan, ditinggalkan dan dipisahkan oleh keluarga mereka. Belum lagi kesusahan akibat suami mereka yang kedapatan memiliki wanita lain sehingga jelas perjuangan mereka dalam kerja tidak dihargai. Mereka mendapat martabat mereka saat mereka mengangkat tangan mereka menyembah Tuhan Yesus, dihargai dan dipakai dalam pelayanan. Tetapi pertanyaan besar juga adalah, ketika mereka kembali ke Indonesia apakah mereka masih bisa merasakan penerimaan dan penghargaan yang layak atas seluruh pengorbanan mereka tersebut dari gereja-gereja yang sudah ada di Indonesia?

Semoga ini menjadi bahan renungan kita semua, Tuhan memberkati!

Artikel oleh: November 2, 2009  Tags:   Kategori : Artikel  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda