My GSJA

a-262

by Dave Sondakh

Website kita sangat menggugah dan membangkitkan suatu semangat untuk evaluasi diri,koreksi diri, lahirkan inovasi baru bagi kemajuan GSJA yang kita cintai. Tulisan ini sebagai tanggapan dan pengamatan, tanpa menghilangkan peranan Roh kudus yang absolute dalam hidup dan pelayanan gereja kita.

Beberapa hal yang mungkin dapat menjadi bahan pemikiran yang memerlukan kajian lebih dalam dan luas:

1. Kepemimpinan.

Kita memiliki banyak pemimpin yang punya gagasan/ide/konsep yang sangat luar biasa bagusnya. Tetapi tidak ditunjang ataupun mencari oleh orang-orang (bawahan, rekanan) yang bisa “menterjemahkan” menjadi sesuatu yang praktikal.Memerlukan para eksekutor-eksekutor yang handal. Lebih baik 1 konseptor dengan 10 eksekutor, dari pada 10 konseptor dengan 1 eksekutor.

2. Manajemen yang profesional.

Jikalau para pelaku bisnis dunia (bisnis sementara di dunia)begitu seriusnya menerapkan manajemen yang profesional, apalagi kita dalam bisnis surgawi (kekal). Pembekalan manajemen yang profesional (bukan manajemen abal-abal)bagi para hamba Tuhan sangatlah diperlukan. Pimpinan pusat dan daerah sangat diharapkan berperan aktif dalam hal ini.
Sehingga meminimalkan terjadi salah prosedur, salah aksi, salah hasil,salahin orang lain. Setuju dengan tanggapan Yuana tentang level “Support system” yang perlu kajian lebih serius.

3. Kebanggaan historis teologis.

Mungkin kita merasa teologi kita sangat advance (dikalangan pentakosta)yang lupa melihat kompleksitas perubahan, perkembangan budaya dan kebutuhan masyarakat post modern. Istilah ” dulu kami berhasil karena melakukan dengan cara A, jangan dirubah dong…. nanti warnanya kelihatan tidak GSJA ”  Mari kita hasilkan modifikasi aplikasi teologis yang semakin praktis dan dapat menjawab kebutuhan manusia modern bagi Kristus.

4. Atmosfir hubungan.

Atasan dan bawahan. Diperlukan spirit Bapa dan Anak. Bapa memberikan kesempatan kepada anak untuk menyampaikan pendapat tanpa merasa dilawan atau dimusuhi. Beda pendapat tidak berarti musuh. Anak juga tidak harus merasa dimusuhi jika pendapat/gagasannya ditolak. Kebebasan mengeluarkan buah pikiran tanpa intimidasi, melainkan sebagai proses edukasi dan pendewasaan.

Antara jajaran pemimpin, terdapat “atmosfir” persahabatan yang tulus. Keragaman pribadi, pikiran, metode, menjadi kekayaan dan kekuatan bagi kemajuan kita bersama. Belajar dari SBY presiden kita, berinisiatif lebih dulu membuka diri, mendekati bahkan memberikan peluang kepada rival politiknya ikut membangun bangsa Indonesia.

Mari kita satukan, sinergikan, semangatkan, keragaman kita menjadi kekuatan bagi kemajuan GSJA. Maju terus kawan…..jadikan GSJA sebagai tangan Tuhan yang ikut mentransformasi bangsa!

Artikel oleh: October 17, 2009  Tags:   Kategori : Artikel  Sebarkan 

2 Komentar

  1. Ferry Tabaleku - October 17, 2009

    Hello Dave, Saya sangat bangga dengan pendapat anda, dan saya berharap jangan berhenti sampai disini, hal diatas hanya dapat terlaksana bila kita sebagai pemimpin GSJA dalam level apa pun, memahami dan melakukan motto GSJA di atas yaitu, CINTA TUHAN, RENDAH HATI, JUJUR DAN RAJIN maka tidak mustahil GSJA akan menjadi berkat yang dasyat bagi pelebaran kerajaan Allah di Indonesia (bukan kerajaan sendiri/pribadi), Tuhan berkati

  2. robert hutapea - October 31, 2009

    pemikiran yg luarbiasa pst.dave…membuktikan sekali lagi sebenarnya terlalu banyak alasan untuk gssja di indonesia dapat berdampak lebih nyata bagi negeri ini…kita punya sdm2 yg hebat…itu ad modal utama…(Roh Kudus itu PASTI)..dalam kesempatan ini sy mengajak para rekan2 pelayan Tuhan untuk “bertindak lebih”…tunjukkan “api pentakostamu”….TEtap semangaaaat!!!!

Tulis Komentar Anda