Seorang Gembala Sidang (19)

a-115

Dunia Modern Di Sekitar Anda

Dalam beberapa hal, seorang Gembala Sidang adalah seorang yang “menderita”. Menderita karena kodratnya sebagai rohaniwan mengharuskannya lepas dari beberapa bentuk kesenangan dunia. Anda tak memiliki kebebasan seperti orang lain. Bahkan kebebasan yang anda miliki masih harus memperhitungkan adanya saudara-sadara lain yang lemah imannya. Itulah yang dikatakan Paulus dalam Roma 14 & 15. Ia bahkan mengingatkan agar kita yang merasa ‘kuat’ dalam pandangan tentang kemerdekaan kita, punya tanggung jawab untuk memikul mereka yang lemah. Anda benar jika anda hidup dalam kemerdekaan anda, tetapi lebih benar lagi jika anda berani menahan kebebasan anda demi mereka yang lemah imannya.

Orang yang kuat hidup dengan prinsip, sedangkan orang yang lemah imannya hidup dengan berbagai peraturan. Akhirnya kita disuruh oleh Rasul Paulus untuk menerima mereka. Anda mungkin protes, mengapa kebebasan anda mesti diatur oleh mereka-mereka yang lemah? 1 Korintus 10:29. Semua kita lakukan karena kita ingin memuliakan Allah, bukan kepuasan kita.

Jadi sebagai resiko sering memperhitungkan orang lain dalam menggunakan kebebasan kita, maklum saja jika sebagaian besar pendeta dipandang sebagai kelompok “ketinggalan jaman”. Gembala Sidang tak secanggih orang lain dalam teknologi, bahasa, dan pengetahuan. Tetapi itu tak selamanya benar! Dewasa ini di perkotaan, anda akan menemukan para hamba Tuhan yang cinta Tuhan tetapi sangat bergaya modern dengan PDA mereka selalu siap di kantong. Saya juga pengguna PDA. Saya hampir percaya bahwa jika Yesus datang kembali, Ia pasti memiliki PDA versi terbaru yang belum pernah dilihat orang (mungkin saja).

Beberapa hamba Tuhan bahkan sudah sangat modern sehingga tidak membawa Alkitab dalam bentuk kitab tetapi membuka laptop atau langsung dengan PDA-nya. Bagi saya, sekalipun tidak jadi masalah, tetap sulit menggantikan kitab Alkitab. Alkitab dalam PDA kita lebih berguna ketika anda dalam perjalanan, misalnya membaca Alkitab di pesawat atau sambil menunggu orang, dan sebagainya.

Bagaimana dengan keduniawian? Keduniawian yang saya maksudkan adalah berbagai ‘aksesoris’ kehidupan modern yang masih menimbulkan pro dan kontra di kalangan orang Kristen. Kita memasuki ranah etik. Di beberapa tempat, jika seorang pendeta pergi ke Mall atau shopping center masih dianggap sebagai duniawi. Tetapi di tempat lain, seorang pendeta yang pergi ke bioskop adalah wajar. Jadi, tergantung di mana anda hidup. Saya sering menyelesaikan tugas-tugas penting saya di kedai kopi seperti Starbuck atau Coffee Bean. Tetapi bagi beberapa orang, hal itu kelihatan tak rohani, seharusnya dilakukan di gereja katanya. Saya tak yakin bahwa mereka benar. Ini hanya soal kebiasaan. Rapat-rapat kami diadakan di Sportclub karena suasananya menyenangkan dan rileks. Kami bisa berbicara dan berdoa beberapa saat di sana. Tergantung bagaimana kita memanfatkan suasana yang ada. Bagi saya mengadakan sebuah rapat gereja di mana setiap orang merasa ‘nyaman’ dan ‘setara’, keluar dari zona kekuasaannya, maka itu akan sangat menolong. Kita berpikir dan berbicara apa adanya dan merasakan ‘kesetaraan’ karena kita berada di zona netral.

Sekali lagi, ini tergantung pandangan anda!

Keduniawian adalah segala sesuatu yang membuat anda melepaskan kebiasaan-kebiasaan rohani sekalipun anda adalah orang Kristen yang sungguh-sungguh. Anda melepaskan kebiasaan rohani mengunjungi jemaat demi jalan-jalan di mall. Anda melepaskan waktu doa pagi anda dan menggantinya dengan berolah raga. Padahal anda tetap bisa berdoa lebih pagi dan berolah raga juga setelah itu. Tetapi keduniawian adalah apa saja yang membuat kebiasaan rohani anda mendapat saingan berat.

Yang pasti, adalah penting bagi seorang Gembala Sidang untuk tetap mempertahankan kepekaan terhadap lingkungannya sendiri, mana yang boleh dilakukan dan mana yang sebaiknya tidak dilakukan. Dan ia harus yakin dengan pandangannya, jika tidak maka sangat mudah untuk menarik kembali segala sesuatu pada cara-cara lama atas alasan-alasan yang kurang masuk di akal.

Alkitab tak mengatur secara jelas tentang keduniawian. Hanya prinsipnya yang harus dipegang yaitu segala sesuatu yang membangkitkan keinginan anda sehingga anda mulai berani menentang Allah, firmanNya atau kebiasaan rohani, sebaiknya tidak dilakukan.

Sedikit mengenai hobi. Saya menyukai fotografi. Beberapa teman dalam gereja menolong saya mendapatkan kamera yang tergolong terbaik untuk kelasnya saat itu. Saya sangat menyukainya. Tetapi saya harus membatasinya sebelum ia merebut tempat Tuhan dalam hati saya. Caranya membuktikan bahwa hobi kita tidak mengikat kita adalah dengan men-sharing apa yang anda miliki dengan orang lain. Saya mengijinkan lensa-lensa yang saya punya agar dipakai oleh orang. Saya telah menerimanya gratis, maka sudah seharusnya saya bisa berbagi dengan orang lain. Tetapi yang utama tujuan saya adalah saya harus siap seandainya semua itu harus lepas dari tangan saya. Bukankah Yesus berkata bahwa dimana ada hartamu di situ ada hatimu? Begitulah kita memperlakukan hobi kita. Hobi menjadi berhala ketika ia menggantikan kenikmatan persekutuan dengan Allah.

Bagi beberapa orang, mereka heran jika ada seorang hamba Tuhan yang memiliki hobi. Mereka berkata bahwa seorang hamba Tuhan seharusnya hanya memikirkan Alkitab, gereja dan berdoa. Pasti bukan begitu. Seorang hamba Tuhan justru menjaga kesehatan mentalnya dengan hobi. Sepanjang ia tidak berlebihan dalam memperlakukan hobinya, maka mentalnya turut terjaga melalui hobi-nya. Hobi adalah alat kejiwaan untuk menarik anda kembali ke bumi. Anda menemukan bahwa hampir semua orang yang memiliki pandangan ekstrim dan tidak membumi, biasanya tidak menjalankan hobi mereka.

Sebaiknya anda tetap memiliki hobi yang sehat. Sebab hobi dipakai Tuhan agar anda bisa rileks sejenak dan melupakan segala kepenatan dan menjadikan anda ‘normal’ kembali. Hobi dapat menjadi seperti kata ampuh untuk mengembalikan konsentrasi anda, bukan mengalihkannya. Perhatikan yang dikatakan orang jika mereka ingin meminta anda mengulangi perkataan anda, mereka akan berkata, “Excuse me!”. Nah hobi itu seperti kata yang bisa membuat anda kembali fokus dengan kekuatan baru. Anda perlu rileks beberapa waktu sebelum kembali memikul tanggung jawab. Keduniawian hanya terjadi jika anda menghabiskan seluruh waktu anda dan melupakan hal-hal utama yang menjadi panggilan anda sebagai seorang hamba Tuhan.

Saya ingin nyeleneh sedikit dalam soal hobi, mungkin anda ingat ketika Yesus memberi perumpamaan tentang anak yang bungsu dan anak yang sulung. Ketika anak bungsu kembali, yang sulung marah. Ia berkata bahwa ia tidak pernah melawan bapaknya, ia tidak pernah membuat pesta seperti adiknya, dan sebagainya. Intinya adalah ia telah ‘restrain’ dari berbagai kesenangan yang adiknya jalankan. Ia pikir dengan jalan demikian maka bapaknya akan membedakan mana anak yang baik dan mana yang bukan. Tapi sangat mengejutkan bahwa ayahnya berkata “Nak, segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu juga …”. Artinya sebenarnya sang ayah berkata bahwa ayahnya memandang soal mengadakan pesta atau tidak adalah pilihannya sendiri. Jika ia mau mengadakan pesta silahkan saja, ayahnya tidak melarang. Untuk menjadi seorang gembala sidang dengan hobi silahkan saja. Tapi jika anda tidak mau menjalankan hobi, jangan marah kepada Bapa di sorga dan membandingkan anda dengan mereka yang punya hobi. Pelayanan penggembalan dapat dijalankan dengan atau tanpa hobi, tergantung pilihan anda.

Jadi demi kenyamanan dan kekuatan mental anda secara seimbang, saran saya milikilah dan lakukan hobi anda, itu diperlukan untuk menjaga keseimbangan diri anda.


(bersambung…)

Artikel oleh: September 18, 2009  Tags:   Kategori : Artikel, Artikel Gembala Sidang  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda