Seorang Gembala Sidang (13)

a-16

Kita dan Harga Diri!

Mengapa kesadaran tentang rencana Tuhan dan perluasan kapasitas kita yang dilakukan Tuhan melalui adanya orang-orang berbakat dalam diri kita, datangnya selalu terlambat? Karena biasanya halangan terbesar dalam diri kita adalah harga diri kita sendiri! Untuk percaya bahwa nantinya anda akan lebih ā€˜besarā€™ dengan bantuan orang-orang berbakat di sekitar anda ternyata tidak mudah. Bahkan sangat sulit! Menyangkut harga diri kita. Dalam diri kita ada ego yang selalu berbisik agar anda tidak membagi kemuliaan dengan orang lain. Ego inilah yang bertaggung jawab pada kesepian yang anda alami sebagai seorang pemimpin berhasil yang tak berbagi kemuliaan. Anda sendirian dan tak tertandingi. Karenanya Allah ā€˜menganugerahkanā€™ kepada anda rasa kesepian dari kawan setara dan seimbang. Anda telah naik sendirian, dan anda kesepian. Jika saja anda naik bersama-sama orang lain, anda tidak akan kesepian.

Tetapi, bagaimana mudah jika itu menyangkut harga diri kita? Yang paling kita pertahankan dalam diri kita, walaupun kita adalah hamba-hamba Tuhan yang telah gaek dan berpengalaman dalam pelayanan adalah harga diri, bukan? Harga diri adalah ā€˜segala-galanyaā€™ bagi kita. Bahkan kita dapat berubah menjadi orang tak ber-Tuhan jika menyangkut harga diri.

Hanya saja, jika kita bertanya kepada diri sendiri, kapan terakhir kita berkata kepada Tuhan bahwa kita adalah pelayanNya, kita akan lebih menyadari bahwa seorang hamba Tuhan telah menjual harga dirinya di kaki salib Yesus. Jadi, karena kita telah menjualnya kepada Yesus, maka segala sesuatu yang terjadi kepada kita harus dimengerti dalam kerangka ini. Kejadian yang membuat anda menjadi resah dan ā€˜terancamā€™ barangkali adalah semacam ujian kepada kedewasaan anda untuk menampilkan pengertian ini.

Jika benar kita tidak ā€˜memilikiā€™ harga diri kita lagi, untuk apa tersinggung, untuk apa marah dan untuk apa bereaksi sepertinya kita direndahkan orang. Kita tidak akan kehilangan harga diri kita lagi karena memang kita sudah tidak punya. Hanya mereka yang merasa masih memiliki, yang akan terampas melalui berbagai kejadian. Dan saya ingin memberikan sebuah pernyataan di sini bahwa kehilangan harga diri karena dirampas menimbulkan rasa sakit yang hebat. Tak mudah menyembuhkannya. Beberapa orang telah hancur dan menjadi manusia yang berbeda sejak mengalaminya.

Ketimbang mengalami perampasan harga diri, jauh lebih baik anda memberikannya. Dan tempat yang tepat bagi anda menyerahkannya atas kerelaan anda adalah di kaki salib Yesus Tuhan kita. Waktu kita menyerahkannya dengan kerelaan hati, akan datang semacam jaminan di dalam hati kita bahwa kita akan bisa melewati semua pengalaman ā€˜lembahā€™ dan ā€˜jurangā€™ dalam pelayanan. Pengalaman yang kelihatannya sangat merendahkan kita ternyata akan menjadi andalan kesaksian anda nantinya jika anda berhasil melewatinya dengan kedewasaan.

Jika anda dapat memberi ā€˜sedikitā€™ saja peluang kepada Tuhan untuk membela dan mengambil alih pergumulan anda dalam soal harga diri, anda akan mendapat banyak sekali pelajaran penting dari Tuhan. Harga diri adalah penyebab terbesar mengapa seseorang bersikeras untuk tidak berubah. Ia juga penyebab mengapa seorang hamba Tuhan tidak lagi bersedia mendengarkan nasihat yang menyelamatkan. Harga diri adalah ā€˜harga matiā€™ bagi sebagian orang. Mereka berkata, ā€œLebih baik kehilangan nyawa dari pada kehilangan harga diri.ā€

Sayangnya Tuhan tidak berpendirian begitu! Ia melatih kita bukan hanya untuk menjadi hamba-Nya, tetapi juga untuk menjadi hamba bagi banyak orang! Ia menyuruh kita untuk mengalah demi kebaikan yang lebih tinggi. Sejak kita memilih menjadi seorang hamba Tuhan, kita adalah ā€˜tawananā€™ Roh Kudus. Seorang hamba Tuhan tidak diberi kuasa untuk memperkuat harga dirinya. Ia diberi kuasa untuk melepaskan dan kemudian merangkul kehendak Tuannya, bukan kehendak dirinya sendiri.

(bersambung…)

Artikel oleh: September 11, 2009  Tags:   Kategori : Artikel, Artikel Gembala Sidang  Sebarkan 

3 Komentar

  1. Betariana Utomo - September 11, 2009

    Shalom Pak Budi<

    Thankyou so much for the article….betul2 menguatkan dan menghibur sekaligus “menakutkan”…it’s an eye opening! Betul-betul tidak menyadari komitmen apa yang saya harus buat atau masuki ketika memilih untuk menjadi hamba Tuhan (I didn’t realize what I was getting into…)

    Menjadi hamba banyak orang, menjadi “tawanan” Roh Kudus dan melepaskan kehendak sendiri dan merangkul kehendak Tuannya! I say “Bye bye to my harga diri…!” Thankyou once again pak.

  2. jemaatlamagsja - September 13, 2009

    Waktu ku lihat ke belakang
    Aku heran kakiku masih berdiri saat ini
    Waktu ku lihat ke masa kecil
    Aku heran bila hari ini masih bisa tersenyum
    Waktu ku lihat malunya masa lalu
    Aku heran masih ada orang yg mau menyapa akhir-akhir ini
    Waktu ku ingat-ingat darimana asalku
    Aku heran aku bisa menyanyi “Bapa” surgawi adalah Bapaku
    Waktu ku lihat jalan hidup yg tak bisa ku ulang
    Nuraniku bilang : sesungguhnya aku ini reruntuhan
    Ya, reruntuhan..
    Entah dimana letaknya bungkusan harga diri ditumpukan pasir reruntuhan..
    Waktu Allah bentuk reruntuhan itu menjadi diriku yg punya arti,apalah arti harga diri..

  3. Budi Setiawan - September 13, 2009

    Puji Tuhan Betariana, semoga artikel-artikel tentang gembala sidang bisa menguatkanmu, walaupun saya tidak mengenal anda tetapi percaya bahwa Tuhan sangat mengenal kondisimu saat ini, GBU

Tulis Komentar Anda