Mengapa Pendeta Sering Tidak Menguasai Ilmu Manajemen

a-158

“Tidak adanya manajemen yang baik dalam gereja menunjukkan

bahwa gereja tersebut tidak memiliki visi tertulis.”

Umumnya mereka yang bergerak di pelayanan sosial memerlukan orang lain untuk membantunya mengatur pekerjaan agar dapat layak disebut ‘lebih profesional’. Para pendeta sering dikeluhkan bahwa manajemen kantor gereja dan pelayanan gereja yang tidak baik dan harus diperbaiki. Perlu waktu yang lumayan lama untuk meyakinkan para pendeta bahwa manajemen sangat diperlukan dalam pelayanan. Tanpa manajemen maka pelayanan tidak bisa maksimum dan efisien. Mungkin saja pelayanan akan tetap efektif, tetapi terutama untuk efisien yang menunjang efektifitas, manajemen sangat diperlukan.

Contoh bagaimana manajemen diperlukan dalam pelayanan:

  • Anda harus mengatur bagaimana caranya keluhan jemaat tidak terabaikan sehingga jemaat merasa kehadiran hamba Tuhan yang melayani dalam gereja benar-benar membantu mereka
  • Anda harus mengatur latihan-latihan musik dan kebaktian dengan sebuah cara sehingga ‘kesalahan’ pelaksanaan bisa dihindari
  • Anda harus mengatur orang-orang yang dapat memastikan bahwa kebaktian terlaksana dengan baik mulai dari awal sebelum kebaktian sampai selesai
  • Anda harus mengatur gereja anda melalui program kerja dan mempersiapkan seluruh implikasi program kerja bagi gereja anda, dsb … dsb.

Jika dikatakan pendeta lemah dalam ilmu manajemen, memang begitulah gambaran umumnya. Tetapi haruskah selalu demikian? Tidak juga. Pelayanan gereja-gereja yang lebih perkotaan mungkin makin menyadari pentingnya manajemen dalam pelayanan. Tapi keberaturan dan pelayanan yang efektif dan efisien bukan milik mereka yang melayani di perkotaan saja. Saya beberapa kali menemukan gereja di pedesaan yang sangat efektif dalam pelayanan gereja mereka. Mereka tidak membuang-buang waktu jemaat yang datang dengan melakukan rangkaian acara yang bisa terkesan “bertele-tele.” Mereka sangat efektif mengelola acara mereka.

Tetapi di kota, saya masih jumpai gereja yang mengelola kebaktian mereka dengan cara yang dapat dikategorikan “bertele-tele” sehingga menimbulkan kejengkelan bagi mereka yang tidak biasa dengan pelayanan gereja mereka. Mereka kehilangan orang-orang baru karena mereka kurang memperhatikan pentingnya pengaturan kebaktian.

Mengapa bisa terjadi seperti itu? Apakah mungkin karena biasanya pendeta berurusan langsung dengan ‘people’ atau orang-orang sehingga mereka mudah mengabaikan hal-hal sederhana tentang manajemen. Mungkin manajemen dianggap sebagai sesuatu yang ‘dingin’, ‘tidak berperasaan’, dan ‘kurang manusiawi’, atau bahkan ‘untuk apa?’.

Apakah sebuah gereja yang tidak memiliki kantor dapat menampilkan performa pelayanan yang semstinya sebagai sebuah ‘organisasi’? Sulit! Mutlak diperlukan sebuah kantor untuk mengelola kegiatan pelayanan gereja sehingga lebih berwarna ‘organisasi’ atau berjalan secara teratur. Tubuh kita dikelola sangat efektif dan efisien serta teratur oleh otak dan saraf-saraf kita. Tubuh kita adalah mujizar luar biasa yang ‘memastikan’ bahwa hidup ini memerlukan pengaturan.

Gereja jika ingin berkembang dengan baik, sangat perlu kantor gereja yang baik. Gereja tidak akan kehilangan ‘kemanusiaan’nya hanya karena kantornya dibuat layaknya sebuah kantor bank, atau jika pelayanan diatur dengan sistem manajemen tertentu. Tidak akan! Yang membuat gereja kehilangan ‘sentuhan kemanusiaan’ nya adalah karena manajemen-nya yang tidak baik. Jika manajemen gereja baik, ia akan bisa mengoptimalkan tujuan manajemen yang melayani manusia. Manajemen yang baik akan menjamin hubungan yang kontinue, perbaikan yang konsisten, kemajuan yang terukur, penjagaan sasaran yang baik, pembagian kerja yang adil, proses menghasilkan yang semestinya, dsb.

Cobalah cari sebuah gereja di dunia ini yang melayani dengan baik tanpa dukungan manajemen yang baik. Dalam sebuah gereja yang paling melayani orang, terdapat manajemen yang sangat berfungsi baik, disadari atau tidak disadari. manajemen berkorelasi dengan ‘kepuasan’ pelanggan.

Seorang pendeta harus mengenal manajemen. Jika ia tidak mengerti maka ia dapat saja mengangkat orang lain atau meminta bantuan jemaat yang mengerti untuk membantu menciptakan sistem kerja yang baik. Seorang pendeta tidak harus mengambil pendidikan khusus manajemen! Ia hanya harus bersedia mendengarkan saran jemaatnya agar gereja diatur dengan lebih baik.

Selalu ada pertolongan yang pantas untuk setiap keinginan untuk menjadi lebih baik.

Artikel oleh: September 11, 2009  Tags:   Kategori : Artikel  Sebarkan 

Satu komentar

  1. mangihut siallagan - June 6, 2013

    saya melihat setiap pendeta yang mempunyai visi yang jelas,biasanya akan memiliki managemen yang baik dalam pelayanannya.dalam management bukan soal berpendidikan atau tidak,tetapi soal hati yang melayani dan melihat kebutuhan.seperti Yesus Krtistus melihat kebutuhan dunia yang membutuhkan Juruslamat,lalu Allah memanagemen kedatangan dan pekerjaan AnakNya yang tunggal di dunia ini sampai kepada pekerjaan Roh Kudus.

Tulis Komentar Anda