Seorang Gembala Sidang (8)

a-110

Keberhasilan

Orang sekarang berkata bahwa menjadi hamba Tuhan itu enak dan mudah! Hanya cukup kecakapan berbicara maka ia dapat memulai sebuah “bisnis gereja”. Gagasan tentang keberhasilan kita sudah jauh dari yang dikatakan oleh Alkitab. Tatanan pelayanan sebagaimana Alkitab ajarkan telah dirusak oleh orang-orang yang secara gegabah masuk dan memberikan prinsip-prinsip baru tentang sukses dan keberhasilan, sehingga pelayanan menjadi seperti sebuah bisnis. Pelayanan menjadi masalah ‘manusia’nya. Inilah hebatnya kita, Tuhanpun kita peralat jika perlu.

Orang mulai berani bersikap seperti Simon di Samaria dalam Kisah Para Rasul 8 ketika ia melihat Petrus menumpangkan tangan di atas orang-orang lalu mereka penuh dengan Roh Kudus, ia ingin mendapatkan kuasa itu. Tapi Petrus yang penuh dengan Roh menghardiknya karena Simon berpikir ia dapat membeli karunia Allah dengan uang. Seorang hamba Tuhan berubah tanpa sadar atau dengan sadar sehingga pelayanan telah dilihatnya sebagai kesempatan untuk menumpuk kekayaan. Ia melestarikan budaya yang menguntungkan bagi dirinya sendiri.

Sekarang saya gunakan kata “keberhasilan” dalam pengertian yang tak terlalu positif. Tahukah anda bahwa keserakahan dapat mengangkat ‘keberhasilan’ menjadi anak haramnya. Kemudian ‘keberhasilan’ ini melahirkan anak haram lainnya yaitu ‘keangkuhan’. Kita mudah digelapkan oleh daging kita. Sebab keberhasilan yang ditawarkan oleh keserakahan adalah keberhasilan dengan standar yang tidak berasal dari sorga. Standar keberhasilan sorga sederhana saja, yaitu keadilan, kesetiaan dan belas kasihan, Matius 23:23.

Saya sering merenungkan apa arti sukses bagi saya pribadi. Apa arti keberhasilan menurut kacamata saya sebagai seorang Gembala Sidang. Saya berpikir tentang sebuah gereja besar dengan fasilitas lengkap, staf yang banyak dan sejumlah uang di deposito gereja, dan sebagainya. Tetapi benarkah itu adalah yang dicari Tuhan melalui saya? Melalui anda? Jika Yesus tampil sekarang di depan kita, benarkah ia akan setuju dan kagum dengan prestasi kita dalam penggembalaan? Jika semua adalah ukuran sukses yang ada di luar diri saya, yaitu gedung, jumlah, uang, dan sebagainya, mengapa saya masih bisa ditolak juga seperti yang dikatakan Alkitab;

Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu. Matius 25:12

Jika akhir semua ini adalah ukuran di luar diri saya, betapa mengecewakannya hidup ini, sebab Tuhan kita hanya tertarik dengan kehebatan kita, tetapi tak tertarik dengan pribadi kita.

Apakah Ia menyelamatkan kita supaya Ia dapat “menggunakan” kita dalam proyekNya sendiri? Betapa egoisnya Dia? Ataukah benar-benar Ia tertarik dengan kita secara pribadi? Kita dijadikannya alat dan pemuasnya. Benarkah Allah sewenang-wenang terhadap kita ciptaan dan hambaNya. Jika begitu, maka tidak salah bukan jika kita meniru yang sama dalam pelayanan kita. Kita menggunakan orang untuk kepentingan kita. Tetapi mengapa juga Ia harus menguji kemurnian hati kita sementara kita melayani? Jika Tuhan juga begitu kotor, mengapa Ia menetapkan kekudusan bagi kita? Kecuali jika satu hal ini benar, yaitu bahwa Ia ternyata menjadikan kita sebagai rekan sekerja kepunyaan-Nya. Ia bukan ‘menggunakan’ kita. Ia bekerja bersama-sama kita.

Jika kehebatan saya sebagai seorang Gembala Sidang tak seimbang dengan pertumbuhan pribadi dan kerohanian saya, tidak seimbang dengan kematangan saya serta kedewasaan rohani, tidak seimbang dengan keadaan rumah tangga saya, keadaan anak-anak saya, apa gunanya ‘keberhasilan’ itu. Bagi seorang Gembala Sidang, keberhasilan hanya akan terukur dengan benar waktu dirinya sendiri berkembang dalam karakter, kemampuannya, kepemimpinannya, kerohaniannya dan jiwa besarnya. Saya harus masukkan aspek jiwa besar dalam pengertian bahwa seorang Gembala Sidang dapat menerima apa yang terjadi sebagai bagian dari pembentukan Tuhan untuk melahirkan jiwa dan karakter yang unggul dalam dirinya. Artinya bahwa ia hidup dengan ‘permainan silat taichi master’ di mana ia mengalir, menggunakan aliran yang datang untuk meningkatkan kekuatannya. Ia mengendalikan konflik mana yang benar-benar harus dihadapinya. Selebihnya, ia menggunakan keyakinannya tentang rencana dan pemeliharan Tuhan.

Perkembangan gereja selalu beriringan dengan perkembangan kerohaniannya. Itulah sukses terukur yang sesungguhnya.

Kesuksesan seorang Gembala Sidang berasal dari ketaatannya kepada Tuhan. Seorang yang mengasihi Tuhan, mengenal Tuhan dan mengikuti kehendak dan perintahNya adalah orang sukses. Jika setelah tiga puluh tahun anda menjadi Gembala Sidang, orang masih bisa melihat kecintaan anda kepada Tuhan, pengorbanan anda bagi Tuhan dan orang-orang, kematangan anda dalam menghadapi tantangan dan masalah, anda masih terus mengeluarkan harta semangat yang tak pernah habis-habisnya dari perbendaharaan hati anda, anda adalah orang yang berhasil. Jumlahnya orang yang terpengaruh dan terinspirasi oleh anda karena diri anda, sebesar itulah sukses anda.

Itulah yang harus ada dalam diri kita, lebih dari harta, kekayaan, kecantikan, ketampanan, kemegahan dan sebagainya.

Milikilah definisi yang baik dan alkitabiah tentang sukses. Letakkan keutamaan sukses yang anda pikirkan pada nilai-nilai, perubahan hidup orang, perubahan diri anda sendiri, dan keutuhan keluarga anda. Sebagai seorang hamba Tuhan, anda hidup untuk menunjukkan jalan kembali kepada arti sesungguhnya dari sukses atau keberhasilan.

(bersambung…)

Artikel oleh: August 29, 2009  Tags:   Kategori : Artikel, Artikel Gembala Sidang  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda