Seorang Gembala Sidang (5)

a-17

Godaan Bagi Seorang Gembala Sidang

Ada begitu banyak godaan yang bisa menimpa seorang Gembala Sidang. Jika kita Gembala Sidang pria, kita sering mendengar tentang tiga godaan yaitu tahta, harta dan wanita. Saya akan membahas hal ketiga nanti di bagian akhir tulisan ini. Untuk sekarang ini, saya ingin memperlihatkan kepada anda hal mendasar yang melatar belakangi munculnya ketiga godaan tersebut dalam diri kita.

Keserakahan

Dalam perspektif yang lebih luas, seorang Gembala Sidang dapat jatuh karena keserakahan dan kesombongan. Ia dapat jatuh karena tak membentengi diri dengan hubungan yang sehat dengan istrinya. Dalam jiwa setiap orang masih ada ā€˜anak nakalā€™ yang perlu dikendalikan. ā€˜Anak nakalā€™ itu sering mengganggu anda dengan mendorong anda mencoba memasuki wilayah yang dilarang oleh nurani anda. Anda perlu membaca karya Pauline Walline yang berjudul ,ā€Anak Nakal dalam Diri Andaā€. ā€˜Anak nakalā€™ inilah yang bertanggung jawab atas banyak hal yang paling kita benci tentang diri kita. Tetapi ia menjadi sangat kuat dalam diri kita dan sulit dikendalikan karena kita ā€˜memberinya makanā€™ setiap saat dengan cara mengikuti kehendaknya.

Kesombongan memiliki saudara kembar, yaitu keserakahan. Keserakahan yang berasal dari sifat daging berdosa yang alamiah membuat para hamba Tuhan menghalalkan segala cara yang penting mencapai tujuannya. Anda melihat begitu banyak luka yang ada di antara para hamba Tuhan, di antara para Gembala Sidang. betapa sulitnya memperbaiki hubungan di antara hamba-hamba Tuhan hanya karena keserakahan. Kebiasaan tak mau mengalah, menyimpan kebencian dan menunggu mendengar orang meminta maaf terlebih dahulu telah menghalangi ribuan kesempatan pemulihan yang diberikan oleh Allah.

Keserakahan memicu naluri ā€˜kebinatanganā€™ dalam kemanusiaan kita. Sehingga kehancuran pelayanan teman sekerja atau kerusakan tatanan rumah tangga sahabat pelayanan kita sudah tak dapat menggugah hati kita lagi. Kita menyerap semua falsafah dunia demi sebuah keberhasilan dalam definisi kita. Kita mempercepat sukses dan keberhasilan kita karena kita juga dijanjikan oleh dusta Iblis untuk berada di ketinggian dan menjadi orang kudus. Kita menjadi penjahat untuk hasil yang baik. Kita menjadi ā€˜bajinganā€™ untuk sebuah tujuan yang kelihatannya mulia.

Apa artinya sukses anda jika kemudian anda dicaci maki oleh teman-teman dan sahabat yang dulu setia kepada anda? Jika semua keberhasilan anda adalah hasil rampasan dan curian, apa kemuliaannya? Bukankah setiap kita pernah melewati bacaan Alkitab kita? Kita membaca tulisan Paulus dalam kitab Roma yang berbunyi,

ā€œDan dalam pemberitaan itu aku menganggap sebagai kehormatanku, bahwa aku tidak melakukannya di tempat-tempat, di mana nama Kristus telah dikenal orang, supaya aku jangan membangun di atas dasar, yang telah diletakkan orang lain.ā€ Roma 15:20

Saya tak bersih dari kesalahan ini. Kita harus mengakuinya bahwa kita turut ā€˜diberhasilkanā€™ melalui kerusakan pada kawan kita. Sejenis ā€˜blessing in disguiseā€™. Sebenarnya, anda harus bisa naik ke atas dengan mengurangi calon musuh-musuh anda sehingga sewaktu anda berada di atas, hanya tinggal mereka yang iri saja yang tersisa. Itu sudah cukup! Jangan tambah lagi daftar musuh anda. Anda harus berada di atas tanpa ā€˜musuhā€™ karena dilukai oleh anda. Pastikan hanya mereka yang iri saja yang menjadi ā€˜musuhā€™ anda. Orang yang iri adalah orang yang merasa terluka sekalipun tak ada yang melukai.

Jika anda sudah terlanjur memiliki daftar yang cukup banyak dari mereka yang terluka karena cara-cara anda yang tidak baik dalam meraih keberhasilan pelayanan, masih belum terlambat untuk membuat sebuah pengakuan atas masalah keserakahan dalam diri anda. Pengakuan dan penyesalan adalah cara terbaik untuk kembali dikasihi dan diampuni. Selebihnya, anda memerlukan kekuatan dari Tuhan.

(Bersambung …)

Artikel oleh: August 26, 2009  Tags:   Kategori : Artikel, Artikel Gembala Sidang  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda