Ketika Orang Berusia 65 Tahun

a-48

Christian F. Guswai mengatakan dalam artikelnya tentang FINANCIAL PLANNING mengungkapkan tentang kondisi keuangan mereka yang telah berusia 65 tahun bahwa 95% mengalami kesulitan keuangan. Perhatikanlah catatannya sebagai berikut:

Kondisi keuangan 100 orang pada saat mereka berusia 65 tahun:

  • Kaya raya        1%
  • Mandiri secara keuangan           4 %
  • Masih harus bekerja          5 %
  • Meninggal dunia           36 %
  • Hidup tergantung pada orang lain           54 %

Sekarang bayangkan diri anda pada usia 65 tahun. Seperti apakah kondisi keuangan anda? Tentu saja anda ingin paling tidak menjadi 5% teratas bukan? Kaya  atau paling tidak ya mandiri secara keuangan. Untuk itulah maka anda perlu menyiapkan masa depan anda sekalipun anda seorang pendeta. Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar orang, yaitu 95%, tidak mengarah pada kondisi keuangan yang menyenangkan.

Seorang hamba Tuhan menjalankan pelayanannya sebaik-baik yang ia bisa lakukan supaya jiwa-jiwa diselamatkan, dengan implikasi bahwa maju mundurnya pelayanannya akan mempengaruhi perekonomian keluarganya sendiri. Penyerahan dirinya yang total kepada Tuhan jika tidak diimbangi dengan kesungguhan untuk mengembangkan pelayanannya akan tetap menghasilkan masalah bagi masa tuanya.

Menjadi seorang Hamba Tuhan (pendeta) adalah soal panggilan. Panggilan yang berasal dari Allah diikuti dengan perhitungan resikonya serta didorong oleh rasa syukur karena keselamatan jiwa akan menghasilkan kekuatan besar untuk melayani dengan baik. Anda harus percaya dengan pemeliharaan Tuhan jika anda yakin bahwa Allah-lah yang memanggil kita. Tetapi bagaimana Allah memelihara kita itulah yang harus kita siasati karena mengandung ‘bagian-Nya’ dan ‘bagian kita’.

Organisasi Gereja Sidang Jemaat Allah tidak dapat menjamin masa tua seluruh Pelayan Injil seperti layaknya seorang pegawai negeri atau lebih lagi pensiun swasta. Sampai kapanpun kita tidak akan mampu menjamin 15-20 tahun terakhir hidup seorang hamba Tuhan bersama keluarganya. Depsosnas dan Dana Pensiun Kependetaan sedang mengusahakan agar ada perbaikan untuk kehidupan seorang hamba Tuhan saat ia pensiun. Tetapi yang lebih mendasar dari semua usaha tersebut adalah kekuatan pelayanan seorang hamba Tuhan di gereja lokalnya. Gereja lokal di mana seorang melayani, disitulah letak kekuatannya.

Sistem warisan pelayanan tidak dikembangkan dalam GSJA karena yang lebih diutamakan adalah panggilan Tuhan. Tetapi jika anak kita mendapat panggilan Tuhan, dipersiapkan dengan baik dan mendapat dukungan terbesar dari jemaat yang dilayani, tentunya tidak salah menempatkan mereka. Badan Pengurus Daerah mungkin tidak akan ragu memberikan restunya jika benar terbukti bahwa anak kita memiliki beban pelayanan. Tetapi untuk meng-otomatisasi sistem peralihan pelayanan kepada anggota keluarga kita, bukanlah kebiasaan gereja ini.

Kembali kepada soal persiapan untuk masa tua seorang hamba Tuhan, ini bukan soal keberuntungan berada di gereja yang baik, tetapi komitmen kepada peningkatan sumber daya manusia diri sendiri yang secara terus menerus dilakukan pada msa mudanya. Itulah yang menjadi kuncinya. Pada gereja lokal dimana basis pelayanan seseorang lebih bernilai dari pada kepada organisasi, maka keberuntungan pelayanan di gereja lokal yang akan berdampak pada masa depan seorang hamba Tuhan. Memperbesar pekerjan pelayanan anda dan memajukannya sebisa anda adalah cara paling logis dari penyelamatan masa depan hidup seorang hamba Tuhan.

a-49

Memiliki keahlian lain selain berkotbah juga adalah senjata kedua yang dapat anda andalkan bagi masa depan anda. Ahlikan hobby anda, pertajam dan kuasai bidang lain sementara anda melayani. Selami dan serap sekitar anda yang membuat anda harus bercocok tanam, dsb. Sebab apa yang dekat dengan tangan anda, apa yang menjadi kesukaan anda, dapat dipakai Tuhan untuk menyelamatkan hari tua anda.

Bersandar kepada Tuhan, menyerahkan hidup anda ke dalam tangan-Nya bukanlah berarti anda tidak melakukan apa-apa maka masa depan anda akan terjamin. Segala sesuatu melalui jalur yang sangat sederhana tetapi logis, yaitu ketersediaan. Seorang pendeta melayani bukan untuk cari kekayaan. Ia tidak perlu licik, curang dan menipu untuk membawa bekal di hari tuanya. Ia hanya perlu jujur untuk mempersiapkan diri dan tidak berandai-andai bahwa organisasi-lah yang akan bertanggung jawab atas dirinya dan keluarganya di masa depan.

Jangan naif dalam memikirkan masa depan kita sendiri. Pada akhirnya orang yang paling bertanggung jawab untuk masa depan adalah diri kita sendiri. Sedangkan sumber dari organisasi mungkin hanya menjadi sumber ketiga, bukan sumber pertama dan kedua yang akan memenuhi kebutuhan masa depan kita.

Tuhan memberkati!

Artikel oleh: July 27, 2009  Tags:   Kategori : Artikel  Sebarkan 

2 Komentar

  1. Samuel Handrinata - August 22, 2009

    Sangat setuju dengan pandangannya, namun organisasi juga perlu memikirkan dan mulai membangun gerakan social security bagi para hamba-hambanya di GSJA.

  2. Hendra Mulyana - May 28, 2010

    Hal yang berlaku baik untuk Pendeta maupun untuk orang awam dalam mencukupi kebutuhan hidup di hari tuanya menurut ajaran Alkitab adalah, bahwa anak-anak (tentunya pada waktu mereka telah dewasa) mempunyai tanggung jawab untuk memelihara orang-tua mereka.

    Tetapi kamu berkata: Barangsiapa berkata kepada bapanya atau kepada ibunya: Apa yang ada padaku yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk persembahan kepada Allah, orang itu tidak wajib lagi menghormati bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadatmu sendiri. (Mat 15:5-6)

    Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman. (I Tim 5:8)

    Karena itu membesarkan anak dalam takut akan Tuhan akan menjadi investasi yang baik bagi masa tua orang tua, siapapun baik itu Pendeta maupun orang awam.
    Tuhan memberkati!

Tulis Komentar Anda