Berserulah Pada Tuhan!

Artikel oleh:

Berseru pada Tuhan

“Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepada-Mu; apa yang kunazarkan akan kubayar. Keselamatan adalah dari Tuhan!” (Yunus 2:9)

 

Biasanya, bila kita belum pernah terjepit, mengalami kesesakan atau dalam keadaan yang menakutkan, kita sulit mengucap syukur kepada Tuhan. Seringkali Tuhan mengijinkan kita mengalami masalah dan masuk dalam kegelapan agar kita mengerti dan menyadari bahwa hanya Tuhan yang sanggup melepaskan. Namun terkadang saat kita mengalami ujian berat kita putus asa, lari meminta pertolongan manusia dan meninggalkan Tuhan.  Ketika Yunus mengalami ujian berat dan berada di ujung maut karena “…tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya.” (Yunus 1:17), ia berseru kepada Tuhan dari dalam perut ikan itu dan mengarahkan iman pengharapanannya kepadaNya, “Dalam kesusahanku aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku, dari tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak, dan Kaudengarkan suaraku.” (Yunus 2:2).

Iman kita perlu diuji kadarnya. Bila tiada kesulitan, tentu semua orang bisa mengucap syukur dan bersorak-sorai, Tetapi saat kita diijinkan mencicipi kesulitan atau penderitaan, bisakah kita mengucap syukur dan tetap fokus pada Tuhan? Jangan sekali-kali berpegang pada kekuatan sendiri atau berharap pada manusia, nanti kita akan kecewa dan terluka. Jalan terbaik adalah berseru kepada Tuhan  dan menanti-nantikanNya saja. Ketuklah pintu hati Yesus dengan seruan yang keluar dari dalam jiwamu yang letih lesu seperti yang dilakukan Yunus, “Ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada TUHAN, dan sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus.” (Yun 2:7). Jangan mengeluh dan menggerutu!

Yunus yang seharusnya sudah dicerna dalam perut ikan, sanggup ditolong Tuhan dan dikeluarkanNya hidup-hidup. Dalam Dia selalu ada jalan keluar! Lalu Yunus bersyukur dan berkata, “…yang kunazarkan akan kubayar. ..” (Yunus 2:9).

 

Ucapkanlah syukur walaupun gelap pekat menyelubungi kita dan secercah sinar pun tiada.

 

October 24, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Jonah (Renungan Alkitabiah dari Kitab Yunus)  belum ada komentar

Tetap Belajar!

Artikel oleh:

Tetap Belajar

“Bangunlah, pergilah ke Niniwe…” (Yunus 1 : 2)

 

Yunus adalah seorang nabi yang pandai dan pemberani. Namun, semua itu tidak cukup untuk melayani Tuhan dengan baik. Tuhan masih harus mengajarkan dua hal penting bagi Yunus.

Pertama, ketaatan. Yunus menolak pergi ke Niniwe karena perintah Tuhan itu tidak sesuai dengan apa yang dipikirkannya. Yunus menolak perintah Tuhan karena tidak mampu menghilangkan kebencian dan sikap permusuhannya kepada orang-orang Asyur. Namun demikian Tuhan justru menunjukkan kesabarannya untuk mengajar Yunus tentang ketaatan.  Upaya Yunus untuk melarikan diri dari hadapan Tuhan sungguh luar biasa. Dari kota pelabuhan Yafo seharusnya Yunus berlajar ke arah timur, ke kota Niniwe yang jaraknya sekitar 800 Km dari sana. Namun Yunus justru berlayar menuju kota Tarsis yang jaraknya sekitar 3000 Km ke arah barat. Itulah sebabnya sampai tiga kali disebutkan bahwa Yunus berusaha melarikan diri ”jauh dari hadapan Tuhan” (ay. 3a, 3b dan 10). Namun, ternyata Tuhan tidak pernah jauh dari Yunus.

Hal kedua yang perlu dipelajari Yunus adalah kerendahan hati. Ketika seluruh awak kapal merasa ketakutan, seharusnya Yunus berusaha menenangkan mereka dan mengajak mereka berdoa. Namun, Yunus justru memilih untuk tidur nyenyak dan tidak peduli dengan keadaan sekitarnya. Meski demikian, para awak kapal yang sebelumnya berseru kepada allah mereka (ay.5), sekarang berseru kepada Tuhan (ay.16). Para awak kapal itu mengenal Tuhan dan menyembah Tuhan, meski tanpa pelayanan khotbah seorang Yunus.

Jika di dalam diri seseorang terdapat kepandaian sekaligus keberanian, maka sikap yang akan cenderung muncul adalah keangkuhan atau kesombongan. Dengan sikap demikian tidaklah mungkin seseorang mengasihi dan melayani Tuhan dengan baik. Itulah sebabnya Tuhan mengajarkan kerendahan hati kepada Yunus.

 

Pastikan Anda selalu terbuka untuk tetap berlajar menjadi orang taat dan rendah hati.

October 23, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Jonah (Renungan Alkitabiah dari Kitab Yunus)  belum ada komentar

Berpegang Teguh

Artikel oleh:

Berpegang Teguh

“Tetapi di gunung Sion akan ada orang-orang yang terluput, dan gunung itu akan menjadi tempat kudus; dan kaum keturunan Yakub akan memiliki pula tanah miliknya” (Obaja 1 : 17)

 

Latar belakang kitab Obaja adalah menceritakan tentang bangsa Edom yang bersikap sombong, kejam dan keras, merasa paling hebat, terkuat dan tak terkalahkan. Mereka menunjukkan kekuatannya kepada Bangsa Israel, bahkan pada masa kesusahan yang dialami Bangsa Israelpun Edom tidak berempati justru memperkeruh suasana yang sudah sulit.

Namun, dalam berita nubuat Obaja juga tetap menegaskan bahwa Allah sendiri akan menyatakan keselamatan kepada setiap orang dan bangsa yang mau mengakui Dia sebagai Tuhan mereka. Tuhan memakai figur Sion, bukit di Yerusalem di mana bait Allah berdiri sebagai mercusuar keselamatan (ayat 17). Dari Sion akan datang keselamatan, mula-mula tentu bagi umat-Nya sendiri setelah melewati masa penghukuman yang panjang (ayat 20). Kemudian bagi setiap bangsa yang menerima pengajaran Tuhan dari Sion dan taat kepada Dia. Sedangkan sikap keras dan melawan seperti yang ditunjukkan Edom, akan menghasilkan pemusnahan lagi (ay 18).

Belajar dari apa yang dialami oleh bangsa Israel, kita mungkin juga pernah merasakan masa sulit.  Berbagai pergumulan dan tanggungjawab yang dipikul terasa semakin berat bahkan terasa melebihi kekuatan yang ada. Mungkin tidak ada orang yang sungguh-sungguh mengerti dan memahami yang terjadi dalam kehidupan kita, bahkan adakalanya justru menambah kesusahan yang kita alami. Tetapi percayalah Tuhan tidak tidur, Tuhan mengerti segala kesusahan yang dirasakan. Akan datang masanya dimana umat pilihanNya akan dilepaskan dari segala kondisi sulit yang menekan. Allah memiliki rencana yang baik dan indah dalam hidup kita, namun sebelum mencapai keindahan mungkin ada banyak jalan berliku, sempit, berlubang dan bahkan mungkin amblas ditengah jalan. Berdoalah kepada Tuhan agar memberikan kekuatan dalam hati dan pikiran supaya kita dapat terus melanjutkan perjalanan kehidupan ini.

 

Kesetiaan untuk tetap terus beriman kepada Tuhanlah yang harus dipegang teguh, sampai tiba masanya, dimana kesusahan berganti sukacita.

 

October 22, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Obadiah (Renungan Alkitabiah dari Kitab Obaja)  belum ada komentar

Jangan Sombong!

Artikel oleh:

Jangan Sombong

“Sekalipun engkau terbang tinggi seperti burung rajawali, bahkan, sekalipun sarangmu ditempatkan di antara bintang-bintang, dari sanapun Aku akan menurunkan engkau, demikianlah firman TUHAN”. (Obaja 1:4)

 

Kesempurnaan atau keindahan fisik, keluarga yang hebat, kemampuan berbicara atau menulis, kekayaan materi, pendidikan yang tinggi, penguasaan ilmu, pencapaian karir, bakat seni, pangkat dan jabatan, dan lain-lain bagi kita orang beriman adalah karunia Allah. Sebab itu pantas disyukuri, dikembangkan sebaik-baiknya. Satu lagi: digunakan untuk kebaikan bersama.

Namun sebagian orang menjadikan karunia Allah itu justru sebagai dasar meninggikan dirinya di hadapan sesama, dan lebih parah meninggikan dirinya di hadapan Allah. Orang tersebut lupa bahwa kecantikan, kekuatan, kekayaan, kepintaran, kekuasaan dan kehebatan yang dimilikinya adalah pemberian Allah yang lebih merupakan titipan untuk dijaga dan dipertanggungjawabkan kelak kembali kepada Allah. Alih-alih bersyukur dan mengakui Allah, orang yang ditiipi berbagai karunia itu malah menjadi sombong dan congkak, menganggap dirinya sebagai pusat dan sumber serta kiblat kehidupan dunia, sambil menganggap rendah semua yang di sekelilingnya.

Tuhan Allah sangat benci kepada orang sombong. Dia selalu menjatuhkan orang sombong (agar bertobat) dan sebaliknya meninggikan orang rendah hati. Itulah yang dilakukannya kepada bangsa Edom di masa lalu: “Sekalipun engkau terbang tinggi seperti burung rajawali, bahkan, sekalipun sarangmu ditempatkan di antara bintang-bintang, dari sanapun Aku akan menurunkan engkau!”. Semoga itu tidak dikatakanNya dan dilakukanNya kepada kita sekarang. Sebab itu marilah kita merendahkan hati kita dan bersyukur kepada Allah. Mari kita mengakui bahwa semua yang baik yang ada pada kita sekarang adalah karunia Allah.

Namun sebaliknya Tuhan juga tidak mau kita menjadi rendah diri karena merasa tidak cantik atau gagah, tidak pintar atau tidak kaya, atau tidak memiliki banyak bakat seni. Tuhan menciptakan kita semua sebagai pribadi yang spesial dan berharga, citra Allah dan anak-anak yang dikasihiNya.

 

Pastikan hidupmu berbangga dan berbahagia dalam Tuhan, seraya mengasihi dan hormat kepada sesama.

 

October 21, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Obadiah (Renungan Alkitabiah dari Kitab Obaja)  belum ada komentar

Melayani Tuhan

Artikel oleh:

Melayani Tuhan

“Lihat, telah Kutunjuk Bezaleel bin Uri bin Hur, dari suku Yehuda, dan telah Kupenuhi dia dengan Roh Allah, dengan keahlian dan pengertian dan pengetahuan, dalam segala macam pekerjaan, untuk membuat berbagai rancangan supaya dikerjakan dari emas, perak dan tembaga…” (Keluaran 31: 2-4)

 

Tuhan menunjuk Bezaleel dan Aholiab untuk membuat perkakas-perkakas yang ada di kemah suci. Selain Tuhan menunjuk mereka, Dia juga memberikan ketrampilan-ketrampilan yang dibutuhkan untuk membuat perkakas-perkakas itu semua. Tidak diketahui apakah Bezaleel dan Aholiab sebelumnya memiliki latar belakang untuk membuat barang-barang dari logam-logam dan semua yang dibutuhkan untuk mendirikan Kemah Suci. Tapi yang pasti bahwa Tuhan menyertai apa yang mereka lakukan untuk mendirikan Kemah Suci.

Dalam melayani Tuhan, kadang kita ragu, apakah kita mampu untuk melakukannya atau tidak? Banyak yang ketika diminta atau ditunjuk untuk melayani, menolak dengan alasan tidak bisa, belum pernah dan masih banyak alasan lainnya. Melihat dari apa yang terjadi dalam bangsa Israel ketika mendirikan Kemah Suci kita bisa melihat keadaan jemaat dalam membangun gereja milik-Nya.

Dalam melayani, Tuhan yang menunjuk seseorang untuk melayani-Nya. Melayani Tuhan merupakan sebuah anugerah, sebuah kehormatan karena tidak semua orang bisa melayani Tuhan. Orang bisa mau melayani Tuhan tapi belum tentu Tuhan berkenan untuk menunjuknya. Ada orang yang ditunjuk Tuhan untuk melayani-Nya tapi orang itu menolak untuk melayani.   Selain itu ketika Tuhan menunjuk seseorang untuk melayani-Nya maka Dia tidak akan membiarkan orang itu berjuang sendirian. Tuhan memberikan semua yang dibutuhkan bagi kita untuk melayani Dia. Tuhan yang melengkapkan kita dengan hikmat, keahlian, kemampuan, dan semuanya untuk pembangunan rumah Tuhan.

Jangan takut untuk melayani Tuhan, sebab ketika Tuhan menunjuk kita untuk melayani Dia, maka Dialah yang akan memperlengkapi kita dengan semua yang dibutuhkan untuk melayani-Nya.

 

October 10, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Exodus (Renungan Alkitabiah dari Kitab Keluaran)  belum ada komentar

Pemujaan Terhadap Allah

Artikel oleh:

Pemujaan Terhadap Allah

“Di atasnya haruslah Harun membakar ukupan dari wangi-wangian; tiap-tiap pagi, apabila ia membersihkan lampu-lampu, haruslah ia membakarnya” (Keluaran 30:7)

 

Mezbah pembakaran ukupan menggambarkan doa dan penyembahan orang-orang kudus. Mezbah ini khusus dipakai untuk membakar ukupan dari wangi-wangian, dan tidak boleh dipakai untuk keperluan lain. Ukupan yang kudus (30:34-37) diatur campurannya oleh Tuhan.  Setiap pagi saat lampu-lampu dibersihkan, maka ukupan dari wangi-wangian itu harus dibakar. Sekali lagi ini merupakan lambang dari penyembahan kita kepada Allah. Menarik sekali apabila kita mengetahui bahwa api untuk membakar ukupan itu berasal dari lampu dian dengan tujuh cabang yang berada di dalam ruang suci bersama-sama dengan mezbah ukupan tersebut. Dan lampu dian itu berbicara mengenai Roh Kudus.  Penyembahan yang benar harus keluar dari hati yang apinya dibarakan dengan kuasa Roh Kudus.  Dalam Kemah Suci, setiap hari harus ada asap yang keluar dari bakaran ukupan. Kelalaian melakukan ibadah ini akan menyebabkan hukuman. Bahkan salah mengambil api saja akan mengakibatkan kematian, seperti  peristiwa Nadab dan Abihu (Imamat 10:1, 2).

Penyembahan adalah pemujaan terhadap Allah dan bagaimana Ia layak untuk dipuji dan disembah.  Roh Kudus sangat suka berada bersama dengan mereka yang dengan tulus membesarkan, menyembah dan memuliakan Allah.  Penyembahan adalah cara yang luar biasa untuk menghormatiAllah.  Jadi, penyembahan adalah perkara serius bagi Allah. Toh, masih saja banyak orang Kristen yang main-main saat menyembah Allah. Mereka menganggap penyembahan itu suatu perkara yang remeh.

Biarlah Allah menaruh pengertian di dalam hati kita supaya kita semakin tahu arti penyembahan kepada Allah. Dan Yesus berkata, “Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran” (Yohanes 4:23). Hanya Tuhan yang patut kita sembah. Dan di surga sendiri gema pujian dan penyembahan tak henti-hentinya terdengar. Dan di bumi juga anak-anak Tuhan menyembah Dia.

 

Kita tidak menggunakan ukupan untuk menyembah, namun dengan hati yang telah dikuduskan oleh Roh Kudus.

October 9, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Exodus (Renungan Alkitabiah dari Kitab Keluaran)  belum ada komentar

Korban Pujian Syukur

Artikel oleh:

Korban Pujian Syukur

“Suatu korban bakaran yang tetap di antara kamu turun-temurun, di depan pintu Kemah Pertemuan di hadapan TUHAN. Sebab di sana Aku akan bertemu dengan kamu, untuk berfirman kepadamu” (Keluaran 29:42).

 

Harus ada korban pada setiap pagi dan petang dalam Kemah Suci. Kalimat yang amat menarik perhatian adalah “sebab di sana Aku akan bertemu dengan kamu, untuk berfirman kepadamu”.  Korban yang dinaikkan akan mengundang Allah ke tengah-tengah kita.  Prinsip mempersembahkan korban binatang tidak lagi kita lakukan pada zaman sekarang, sebab Yesus sudah menyempurnakan seluruh korban dengan jalan menjadi korban di atas kayu salib. Korban yang dapat kita persembahkan kepada Allah dapat kita lihat di kitab Ibrani, “Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya”. (Ibrani 13 : 15).

Dalam banyak kasus di Alkitab tercatat kuasa Allah dinyatakan ketika umat-Nya sedang menaikkan pujian kepada Allah. Misalnya Yosafat yang berhasil menghalau musuhnya setelah ia beserta rakyatnya menaikkan pujian kepada Allah (2 Tawarikh 20). Dan dalam kisah para rasul kita melihat keperkasan tangan Allah ketika Paulus dan Silas menaikkan pujian kepada Allah (Kisah Para Rasul 16:25, 26). Mereka bukan sekedar berdoa, namun juga menaikkan pujian dan penyembahan yang tulus kepada Allah.

Jelas sekali bahwa korban syukur adalah salah satu korban yang menyenangkan hati Tuhan. Dengan cara bagaimana kita memberikan korban itu?  Dengan ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya. Ini berbicara mengenai pujian dan penyembahan dalam hidup kita. Temukanlah kebenaran tentang berkat di balik pujian dan penyembahan! Semakin kita kuat di dalam pujian dan penyembahan, maka semakin nyata pula kehadiran Allah dalam hidup kita. Kerap kali kita berdoa kepada Allah tanpa disertai korban syukur ini. Doa yang dinaikkan seperti todongan pisau yang mengharuskan Allah melakukan ini dan itu. Mana ucapan syukur yang mempermuliakan nama-Nya?

 

Kalau kita mau mengundang Allah, undanglah dengan korban pujian dan syukur kepada-Nya.

 

October 8, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Exodus (Renungan Alkitabiah dari Kitab Keluaran)  belum ada komentar

Yesus Sang Pembela

Artikel oleh:

Yesus Sang Pembela

“Engkau harus menyuruh abangmu Harun bersama-sama dengan anak-anaknya datang kepadamu, dari tengah-tengah orang Israel, untuk memegang jabatan imam bagi-Ku — Harun dan anak-anak Harun, yakni Nadab, Abihu, Eleazar dan Itamar.” (Keluaran 28:43).

 

Harun bukanlah imam yang sempurna. Tetapi Yesus adalah imam yang sempurna. Karena peraturan Allah menyebutkan bahwa hanya Harun dan keturunannya yang patut memegang jabatan imam, maka Yesus disebut Imam Besar, tetapi menurut peraturan Melkisedek. Penulis Ibrani berkata, “Inti segala yang kita bicarakan itu ialah: kita mempunyai Imam Besar yang demikian, yang duduk di sebelah kanan takhta Yang Mahabesar di sorga, dan yang melayani ibadah di tempat kudus, yaitu di dalam kemah sejati, yang didirikan oleh Tuhan dan bukan oleh manusia” (Ibrani 8:1, 2).

Perhatikan, di dalam Bait Suci para imam tidak pernah duduk. Tidak ada satu pun referensi di Alkitab yang menyebutkan adanya kursi di dalam Bait Suci. Satu-satunya “seat” (kursi) dalam Bait Allah adalah “the mercy seat” (kata ini diterjemahkan dengan ‘tutup pendamaian’). Anda tentu tahu bahwa tutup pendamaian atau the mercy seat ini adalah penutup dari tabut perjanjian – satu-satunya perkakas yang berada di dalam ruang maha suci. Tidak ada satu pun imam yang pernah bermimpikan untuk menyentuh apalagi duduk di atas ‘kursi belas kasihan’ tersebut. Tetapi Yesus melakukannya. Sebab dikatakan bahwa Yesus duduk. Ada dua hal yang harus Anda ketahui mengenai Yesus duduk di sebelah kanan Bapa:

Pertama, duduk di sebelah kanan itu menunjukkan tempat yang penuh kehormatan dan otoritas. Bukankah Anda juga diwajibkan melakukan segala sesuatu dengan tangan kanan? Misalnya bersalaman. Tidak ada yang melakukannya dengan tangan kiri.  Kedua, di Sanhedrin (pengadilan tertinggi Yahudi), adalah hal yang biasa bagi 2 panitera pengadilan untuk duduk di sebelah kanan dan kiri hakim. Yang duduk di sebelah kiri menuliskan penghukuman, sedangkan di sebelah kanan menuliskan pembebasan.  Yesus duduk di sebelah kanan untuk membebaskan kita dari belenggu dosa dan hukuman maut, bahkan menjadi pembela dan penolong bagi orang percaya.

 

Bila Yesus adalah Pembela kita, masih adakah yang perlu kita takuti?

 

October 7, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Exodus (Renungan Alkitabiah dari Kitab Keluaran)  belum ada komentar

Bait Yang Suci

Artikel oleh:

Bait Yang Suci

“Tutup pendamaian itu haruslah kauletakkan di atas tabut hukum di dalam tempat maha kudus”. (Keluaran 26 : 34)

 

Pada masa Perjanjian Lama, di dalam kitab Keluaran dijelaskan bahwa kemah suci itu dibangun sesuai dengan perintah Allah ( Kel 26), sehingga tempat itu sungguh-sungguh dijaga ke kudusannya, bahkan setiap orang yang datang beribadah kedalam kemah tersebut pun tidak boleh main-main (harus tertib), kalau tidak maka Allah akan murka.  Apa kepentingan kita, umat masa kini, untuk membaca detail cara pembuatan Kemah Suci? Sebenarnya, kita bisa belajar prinsip rohani dari detail yang dipaparkan. Misal, kemah yang terdiri dari material yang berbeda-beda, tetapi dipersatukan menjadi sebuah tenda besar. Ini menggambarkan kesatuan tubuh Kristus dalam keragaman anggota-anggotanya (bdk. 1Kor. 12).

Hal yang penting dari pembuatan Kemah Suci dan juga perabotannya ialah bahwa cetak birunya berasal dari Allah sendiri (30, Kel. 25:9, 40). Musa menerima visi dari Allah tentang seperti apa Kemah Suci akan terlihat nantinya. Kemudian Musa mengomunikasikan visi ini kepada perajin yang melakukan pembangunan yang sebenarnya. Tuhan bekerja melalui visi untuk menunjukkan pekerjaan yang ingin Dia lakukan melalui diri kita, anggota-anggota tubuh-Nya. Tuhan tetap menjadi Kepala dan merupakan tujuan bagi semuanya. Hal menarik lainnya adalah pintu yang dibuat dari kayu yang bersalutkan emas dan tembaga yang sudah diproses melalui api pemurnian (36-37). Sebuah gambaran kemurnian dan daya tahan melalui kesengsaraan.  Pintu masuk ke Kemah Suci bisa melambangkan apa yang Yesus telah lakukan bagi kita.

Dalam Perjanjian Baru ,Yesus Kristus menegaskan kepada kita betapa Bait Allah itu suci adanya, hal ini terbukti pada saat Yesus dengan murid-muridnya datang di Yerusalem dan mendapati banyak orang yang berjualan di Bait Allah. Baru saat itulah Alkitab mencatat bahwa Yesus benar-benar marah dan mengusir semua yang berjualan disana dan membalikkan meja-meja dagangan mereka itu (Markus 11:15). Hal ini menunjukkan betapa sucinya Bait Allah itu, yang seharusnya dijaga dan dirawat dengan baik oleh umatNya.

 

Sekalipun Bait Suci itu hanya berupa bangunan, namun hormatilah ketika kita sedang beribadah didalamnya; terlebih lagi Bait Suci Rohani yakni tubuh kita!

October 6, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Exodus (Renungan Alkitabiah dari Kitab Keluaran)  belum ada komentar

Pokok Keselamatan

Artikel oleh:

Pokok Keselamatan

“Dan di sanalah Aku akan bertemu dengan engkau dan dari atas tutup pendamaian itu, dari antara kedua kerub yang di atas tabut hukum itu, Aku akan berbicara dengan engkau tentang segala sesuatu yang akan Kuperintahkan kepadamu untuk disampaikan kepada orang Israel” (Keluaran 25:22).

 

Allah menetapkan untuk berbicara kepada Musa setelah tabut perjanjian dibuat. Firman disampaikan tepat di atas tutup pendamaian dan di antara kedua kerub. Replika kemuliaan Tuhan ini adalah perlambang bahwa di kemudian hari Yesus akan datang sebagai penggenap dan Dia akan masuk ke dalam tempat maha kudus tersebut dengan membawa darah-Nya sendiri.  Perhatikan bahwa Allah memberikan instruksi ini kepada Musa. Ini menunjukkan bahwa ide dan gagasan keselamatan itu berasal dari Allah, bukannya manusia.  Keselamatan ini sebenarnya telah direncanakan Allah ketika manusia mula-mula jatuh di dalam dosa dan Allah memberikan pakaian kulit binatang kepada mereka (Kejadian 3:21).

Kata “tabut” sendiri dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan “ark”. Ada 3 tabut yang semuanya berbicara tentang keselamatan di dalam Alkitab:  Pertama, tabut Nuh (Kejadian 6:14). Dalam Alkitab kita, ‘tabut Nuh’ diterjemahkan dengan ‘bahtera Nuh’. Memang aneh kalau diterjemahkan dengan ‘tabut Nuh’ dalam Alkitab kita. Tetapi yang penting adalah arti bahwa bahtera itu menjadi tempat yang menyelamatkan mereka ketika banjir besar melanda bumi.  Kedua, tabut Musa (Keluaran 2:3-6). Dalam ayat ini dikatakan bahwa Musa diselamatkan dengan peti pandan. Peti itu adalah ‘ark’ dalam bahasa Inggrisnya.  Kita melihat bahwa peti itu menjadi keselamatan bagi Musa. Karena peti itu pula, maka ia lolos dari pembunuhan yang dilakukan oleh penguasa Mesir saat itu.  Ketiga, tabut perjanjian. Dalam pembacaan ini, cara pembuatan tabut perjanjian telah disebutkan. Tabut ini melambangkan takhta Allah di bumi. Sebab Allah berbicara dari atap tutup pendamaian dan di antara kedua kerub.  Ini lambang dari kemuliaan dan kehadiran Tuhan. Dan lebih jelas lagi Allah menyatakan diri-Nya melalui Yesus. Dia adalah pokok keselamatan kita; Allah yang menjelma menjadi manusia.

 

Kalau manusia ingin melihat Allah, maka mereka harus melihat  kepada Yesus dan menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi.

 

October 5, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Exodus (Renungan Alkitabiah dari Kitab Keluaran)  belum ada komentar