Bahaya Ketidakmatangan Rohani

Anak

Ibrani 5:11–14

By: Pdt. Rudy Suwardi

 

Bp/Ibu sekalian mungkin masih ingat pada tema kotbah Bp. Gembala pada hari Minggu pertama bulan ini dengan judul “Growing Up”, atau “Bertumbuh Semakin Dewasa”.  Kita semua mendapat penjelasan bahwa growing up tidak sama dengan growing old. Setiap manusia secara otomatis akan mengalami growing old, menjadi lanjut usia seiring berjalannya waktu.  Tetapi untuk growing up atau bertumbuh semakin dewasa,  manusia harus menjalani proses, antara lain melalui  pembelajaran dan pengalaman.

Untuk menggambarkan proses pembelajaran itu, saya ingin mengadakan suatu Quiz sebagai ilustrasi.

Pertanyaan 1: Bagaimana anda menyimpan seekor jerapah di dalam lemari es?

Jawab 1: Buka lemari es, masukkan jerapah kedalamnya dan tutup pintunya. Jangan membuat masalah menjadi rumit.

Pertanyaan 2: Bagaimana anda menyimpan gajah di dalam lemari es?

Jawab 2: Buka pintu lemari es, keluarkan dulu jerapahnya, lalu masukkan gajahnya dan tutup pintunya. Disini  anda harus belajar bahwa ada kesinambungan dalam tindakan anda.

Pertanyaan 3: Singa, The Lion King, mengadakan rapat akbar binatang hutan. Semua binatang hadir dalam rapat akbar tersebut, kecuali satu ekor binatang. Binatang apa yang tidak hadir?

Jawab 3: Gajah. Karena dia sedang ada di dalam lemari es.

Pertanyaan ini menguji apakah anda belajar menggunakan ingatan anda.

Pertanyaan 4 (terakhir) : Anda harus menyeberangi sungai. Tetapi sungai itu dihuni oleh banyak buaya. Bagaimana anda dapat menyeberanginya dengan selamat?

Jawab 4: Berenanglah dengan santai. Kan semua buaya sedang mengikuti rapat akbar yang diadakan oleh Sang Raja Rimba.

Quiz tadi menggambarkan bagaimana anda menjalani suatu proses pembelajaran secara bertahap  supaya mengalami pertumbuhan/perkembangan dalam nalar atau pola pikir.

Pertumbuhan/perkembangan sangatlah penting bagi kehidupan manusia. Adanya gangguan pada pertumbuhan atau bahkan terhentinya perkembangan dalam kehidupan manusia adalah suatu tragedi.

Bayangkan apa yang terjadi kalau pertumbuhan mental seseorang berhenti pada usia 2 tahun. Sampai masa tuanya ia tidak akan dapat mengurus dirinya sendiri.  Demikian juga kalau perkembangan rohani orang Kristen berhenti atau bahkan mengalami kemunduran. Banyak berkat yang dapat dinikmati di dalam Kristus, tetapi hanya orang-orang Kristen yang memiliki kerohanian yang matang atau dewasa yang dapat memahami dan menghargainya. Jika seseorang masih tetap hijau atau belum matang dalam kerohaniannya, ia tidak dapat memahami atau menghargai sepenuhnya atas posisinya sebagai orang percaya maupun berkat berkat yang ia miliki di dalam Kristus. Ia juga mudah diperdaya oleh pengajaran sesat.

Suatu tragedi telah terjadi dalam perkembangan kerohanian dari beberapa jemaat orang Yahudi yang sedang digembalakan oleh penulis Kitab Ibrani. Penulis Kitab Ibrani ingin mengajarkan kepada mereka suatu kebenaran besar tentang Melkisedek, Raja sekaligus Imam yang melambangkan Imam Agung Yesus Kristus. Tetapi penulis tidak dapat mengajarkan materi itu kepada jemaat orang Yahudi karena materinya melampaui apa yang dapat dimengerti oleh mereka. Mereka sangat malas, kekanak-kanakan, dan tidak dewasa. Mereka lambat untuk mengerti, tidak dapat mempelajari materi pelajaran tingkat lanjut.

Persoalannya bukan terletak pada topiknya, tetapi penulis Kitab Ibrani mengalami kesulitan untuk menerangkannya karena kerohanian jemaat Yahudi itu  telah menjadi tumpul.  Karena itu penulis Kitab Ibrani menunda pelajaran tentang Imam Agung itu ke pasal 7, karena ia ingin memperbaiki  kondisi rohani orang-orang Yahudi itu  terlebih dahulu.

Bp/Ibu perlu tahu, bahwa thema dari Kitab Ibrani adalah keunggulan Kekristenan yang melebihi Yudaisme. Namun orang-orang Yahudi selalu tergoda untuk kembali pada ritual-ritual dalam penyembahan di Bait Allah. Mereka sedang didorong untuk meninggalkan upacara persembahan korban seperti pada masa Perjanjian Lama yang sebenarnya sudah digantikan dengan pengorbanan Kristus sekali untuk selamanya.

Perikop yang telah kita baca memuat kata-kata teguran yang tajam terhadap ketidakmatangan rohani. Jemaat  Kristen Yahudi itu digambarkan sebagai orang-orang yang sulit untuk diajari karena pada ayat 11 mereka disebut “lamban dalam hal mendengarkan”, pada ayat 12 mereka ditegur “sudah seharusnya menjadi pengajar,” dan pada ayat 13 mereka disebut “anak kecil”, ayat 14, mereka dinilai “tidak dapat membedakan yang baik daripada yang jahat.”

Bagaimana dengan Bp/Ibu sekalian? Apakah anda adalah orang-orang Kristen yang sudah matang atau dewasa? Atau apakah ada yang merasa mandek atau berhenti dalam pertumbuhan rohaninya seperti jemaat Kristen Yahudi tersebut?

Pagi ini kita akan memakai keadaan orang-orang Kristen Yahudi dalam Kitab Ibrani itu sebagai indikator untuk menilai tingkat kematangan rohani kita masing-masing.

1.   Lamban Dalam Hal Mendengarkan

Ciri pertama dari orang Kristen yang belum dewasa rohani atau bayi rohani adalah lambat untuk mengerti atau bodoh.

Ayat 11 mengatakan, Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan.

“Lamban dalam hal mendengarkan” adalah terjemahan dari “dull of hearing” yang secara harafiah dapat diterjemahkan sebagai malas, lamban atau bodoh. Istilah itu menggambarkan kelambanan mental atau apatis terhadap kerohanian. Dengan kata lain, orang-orang Kristen Yahudi itu tidak berminat pada topik yang sedang dibicarakan oleh penulis Kitab Ibrani.

Perhatikan kata “telah” lamban dalam hal mendengarkan. Kata “telah” menunjukkan adanya suatu kemunduran. Pada awalnya mereka sebagai petobat baru mungkin sangat antusias terhadap apa yang mereka pelajari. Mereka belajar dengan semangat yang tinggi sehingga terjadi pertumbuhan rohani. Tetapi kemudian seperti air soda, antusiasme mereka mulai berkurang, mereka menjadai malas atau bahkan mengeraskan hati sehingga terjadi kemunduran rohani.

Apakah Bp/Ibu “lamban dalam hal mendengarkan?”

Tanyakan pada diri anda sendiri:

  • Apakah Alkitab membosankan?
  • Apakah kelas-kelas pelajaran Alkitab membosankan?
  • Apakah kotbah membosankan?
  • Apakah semua yang terkait dengan kerohanian (seperti puji-pujian dan doa) membosankan?

Jika jawaban anda adalah ya, maka anda “telah lamban dalam hal mendengarkan.”  Bahayanya adalah anda akan mudah disesatkan. 2 Ti 4:3-4 mengatakan, (3) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. (4) Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.

 

2.   Tidak Mampu Mengajar

Ciri kedua dari orang Kristen yang kerohaniannya belum matang adalah tidak mampu mengajar.

Ayat 12a: Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah ……..

Orang-orang Kristen Yahudi itu sudah cukup lama menjadi orang Kristen. Karena itu mereka seharusnya  sudah mampu untuk menjadi pengajar. Mereka sudah memiliki cukup waktu untuk belajar dan bertumbuh. Salah satu hasil dari pertumbuhan alami adalah menghasilkan buah dan salah satu cara untuk membuktikan bahwa kita sudah berbuah adalah dengan mengajar. Jadi orang-orang Kristen Yahudi itu seharusnya sudah mampu mengajar.

Mengajar bisa dilakukan dalam kelas-kelas formal pendalaman Alkitab. Tetapi tidak semua orang memiliki karunia roh untuk mengajar.  Apabila mereka tidak memiliki karunia roh untuk menjadi pengajar, mereka dapat melakukannya dengan mewartakan kabar baik atau menginjil. Namun sangat sedikit orang Kristen, termasuk juga pada masa kini yang menyadari bahwa kita memiliki tanggung jawab untuk mengajar atau setidaknya mewartakan kabar baik.

Keadaan rohani orang Kristen Yahudi sangat memprihatinkan. Mereka belum mampu untuk mengajar atau menginjil atau bersaksi, bahkan mereka masih membutuhkan orang lain untuk mengajari lagi mereka tentang asas-asas pokok dari penyataan Allah. Hal ini menunjukkan keadaan rohani mereka yang belum dewasa.

Apakah Bp/Ibu mampu untuk mengajar?

  • Bp/Ibu yang sudah cukup lama  bertobat, apakah anda sudah mampu mengajari orang lain tentang iman Kristen?
  • Apabila Bp/Ibu tidak memiliki karunia roh untuk mengajar, apakah Bp/Ibu mampu secara informal  berbagi iman anda atau bersaksi kepada orang lain?

Apabila Bp/Ibu belum melakukannya, maka kerohanian anda dapat disimpulkan belum matang.

Ada suatu ilustrasi untuk menantang Bp/Ibu yang saya ambil dari artikel yang diposting oleh Ibu Ina dalam WA grup RFM tentang hal ini.  Judulnya adalah Gadis Penjual Apel.

Beberapa tahun lalu sebuah grup salesman menghadiri sebuah konfrensi di Chicago. Mereka telah berjanji kepada istri masing-masing akan tiba di rumah pada hari Jumat malam untuk makan malam bersama.

Hal ini membuat mereka terburu-buru mengejar pesawat mereka sambil membawa koper-kopernya. Namun saat menuju tempat boarding pass tanpa sengaja salah seorang salesman itu menyenggol sekotak apel yang dijajakan. Apel-apel itu berhamburan kemana-mana. Namun para salesman itu tetap bergegas mengejar pesawat mereka, karena jika tidak maka mereka akan terlambat.

Tapi satu orang diantara mereka berhenti. Dia berhenti sejenak dan mengambil nafas dalam-dalam, dia mencoba mendengarkan suara hatinya, dan ia merasakan belas kasihan pada gadis yang menjual apel-apel itu. Dia segera memberitahu teman-temannya untuk berangkat tanpa dirinya, dia meminta salah satu dari mereka untuk menghubungi istrinya bahwa ia akan terlambat pulang. Pria itu kemudian kembali ke terminal dimana apel-apel tadi berhamburan ke lantai.

Pria itu bersyukur telah membuat keputusan yang benar. Gadis penjual apel itu ternyata buta! Gadis itu menangis, dan rasa frustasi terlihat jelas diwajahnya. Dia mencoba meraba-raba mencari apel-apelnya. Ia berseru meminta pertolongan untuk mengumpulkan barang dagangannya, namun tidak seorang pun yang peduli.

Salesman itu berlutut memunguti apel itu bersama gadis itu, setelah mengumpulkannya, ia membantu menatanya kembali di meja. Saat ia melihat banyak diantara apel itu yang rusak, ia memisahkannya. Saat telah selesai, ia berkata kepada gadis itu, “Ini uang 40 dolar, tolong ambil ini untuk mengganti kerusakan yang terjadi. Apakah kamu baik-baik saja?” Gadis itu menghapus air matanya. Pria itu kemudian berkata, “Aku harap apa yang kami lakukan tidak merusak harimu sedemikian buruk.”

Ketika pria itu hendak pergi meninggalkan gadis buta itu, gadis itu memanggilnya kembali. ”Tuan.” Pria itu berbalik menatap gadis itu.” Apakah engkau Yesus?” tanya gadis itu. Pria itu hanya tertegun dan tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Perlahan dia pergi ke arah penjual tiket untuk pulang kerumahnya dengan pesawat selanjutnya. Namun pertanyaan gadis itu terus terdengar di telinganya, “Apakah engkau Yesus?”

Banyak orang di dunia ini seperti gadis itu, mereka dalam keadaan buta dan membutuhkan pertolongan. Namun kita yang telah dicelikkan oleh Yesus Kristus jarang yang mau berhenti sejenak dan menolong mereka. Jika kita menyatakan mengenal Yesus, seharusnya kita berjalan dan hidup sebagaimana Yesus hidup. Sehingga ketika kehidupan seseorang bersentuhan dengan hidup kita, dia dapat merasakan kasih Yesus itu.  Sudahkah hidup kita mencerminkan kehidupan Yesus?

3.   Masih Memerlukan Susu

Ciri ketiga dari ketidakmatangan rohani adalah masih memerlukan susu, bukan makanan keras.

Ayat 12b-13: (13) …………… dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras.  Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil.

Susu memang masih diperlukan. Tentu saja susu diperlukan oleh “anak-anak kecil atau bayi di dalam Kristus.” 1 Kor 3:1-2 menyatakan: (1) Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. (2) Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya.

Susu juga masih diperlukan oleh orang-orang Kristen yang mengalami kemunduran dalam kerohaniannya. Ayat 12b: …………… dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. 

Susu melambangkan “asas-asas pokok dari penyataan Allah” atau kemudian dikenal sebagai prinsip-prinsip dasar tentang Kristus.

Namun makanan kita harus meningkat menjadi makanan keras.

Secara bertahap bayi harus diberi makanan padat atau makanan keras supaya tubuh jasmaninya bertumbuh menjadi dewasa. Demikian juga “bayi/anak kecil di dalam Kristus”, mereka tidak dapat menjadi dewasa apabila tidak diberi makanan yang lebih padat daripada sekedar “asas-asas pokok penyataan Allah.”

Seorang pengajar Kristen, Wiersbe, memberikan penjelasan yang menarik tentang perbedaan antara susu dan makanan keras. Menurut Wiersbe, “susu” merujuk pada apa yang dilakukan Yesus di bumi: kelahiran-Nya, kehidupan-Nya, pengajaran-Nya, kematian-Nya, pemakaman-Nya dan kebangkitan-Nya. Sedangkan “makanan keras” merujuk pada apa yang sedang diperbuat Yesus saat ini di Surga: misalnya tentang ke-imam-an-Nya.

Jika makanan kita tetap cuma susu saja, maka kita akan menjadi “tidak mahir” atau tidak ahli dalam memahami Firman Tuhan. Kita akan tetap menjadi “bayi” di dalam Kristus.

Apa makanan anda selama ini?

  • Apakah makanan anda selama ini terbatas pada susu saja atau jangan-jangan bahkan tidak ada susu dalam makanan anda?
  • Apakah anda sudah makan daging? Artinya apakah anda sudah mempelajari bagian-bagian Firman Tuhan yang menantang pemikiran anda?

Makanan yang hanya terbatas pada susu saja membuat seseorang tidak dewasa, karena itu ia tidak mahir dalam pemahaman Firman Tuhan tentang kebenaran.

Keadaan ini menghasilkan ciri yang keempat dari ketidakmatangan rohani…..

4.   Tidak Mampu Membedakan

Ciri keempat dari ketidakmatangan rohani adalah tidak dapat membedakan yang baik dan yang jahat.

Ayat 14: Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.

Pertumbuhan rohani yang normal melatih kita menggunakan perasaan.

Ketika bayi bertumbuh, mereka belajar untuk membedakan berbagai hal, manis dan asam, panas dan dingin, baik dan buruk, apa yang disukai dan tidak disukainya.

Demikian juga dalam pertumbuhan rohani. Seseorang mulai dengan “susu” Firman Tuhan yang dirancang untuk mendidik kemampuannya. Dalam pelajaran tentang dasar-dasar Kekristenan, kita sudah diajari tentang perbedaan yang benar dan yang salah. Ketika seseorang minum “susu” Firman Tuhan, kerohaniannya mulai dilatih.

Tetapi orang tidak boleh tetap minum susu saja, melainkan harus meningkat untuk makan daging yang memberi tantangan yang lebih besar.

Ayat 14 menjelaskan bahwa dengan memakai pancaindera yang terlatih, kita belajar untuk membedakan yang baik daripada yang jahat.

Gagasannya adalah seperti kita berlatih di pusat kebugaran. Jika anda ingin memiliki otot yang besar atau badan yang kuat, anda harus berlatih menggunakan otot anda, misal dengan latihan beban. Seorang binaragawan yang menghilang dari latihan harian, dalam waktu singkat badannya akan menjadi gemuk.

Dalam kerohanian kita belajar mengembangkan kemampuan untuk dapat membedakan yang baik dan yang jahat. Kita harus dapat menerapkan prinsip-prinsip umum itu kedalam situasi atau keadaan khusus. Jika kita dewasa secara rohani, kita dapat menilai apakah suatu perbuatan cenderung jahat atau baik.

Kerohanian yang tidak matang tidak mampu membedakan. Seorang bayi di dalam Kristus mengalami kesulitan untuk membedakan antara pengajaran yang baik, yaitu tentang kebenaran dan pengajaran yang salah atau sesat. Mereka juga tidak dapat membedakan mana perbuatan baik  dan mana perbuatan yang jahat.

Ketidakmampuan untuk membedakan mendatangkan akibat seperti dinyatakan dalam Ef 4:14: ……….. diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan.

Apakah Bp/Ibu mampu membedakan yang baik dan yang jahat?

  • Apakah anda dapat menerapkan prinsip-prinsip umum ke dalam situasi khusus, ataukah untuk menilai apakah suatu perbuatan itu salah, anda masih memerlukan pedoman yang nyata seperti Sepuluh perintah Allah: ”Jangan membunuh atau Jangan mencuri dst ………..”  Apakah anda dapat membedakan apakah sebuah doktrin itu sesuai dengan atau menyimpang dari Firman Tuhan?
  • Apakah anda harus bergantung kepada orang lain yang terus menyuapi anda atau selalu memegang tangan anda untuk membimbing anda? Artinya apakah anda masih bergantung kepada orang yang memberitahukan kepada anda apa yang benar dan apa yang sesat, apa yang baik dan apa yang buruk?

PENUTUP.

Bp/Ibu, masih banyak indikator lain tentang ketidakmatangan rohani, misalnya “masih menuruti nafsu duniawi, selalu terlibat dalam perselisihan, iri hati, dengki” dan sebagainya.

Tetapi hari ini kita telah memusatkan perhatian kita pada empat indikator ketidakmatangan rohani dalam Kitab Ibrani pasal 5, yaitu:

  • Lamban dalam hal mendengarkan
  • Tidak mampu mengajar
  • Masih memerlukan susu
  • Tidak mampu membedakan

Empat indikator itu harus kita jadikan sebagai “tanda-tanda bahaya” bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam hidup kita sebagai orang Kristen.  Kita sudah mendengar mengapa begitu penting bagi kita untuk terus bertumbuh dalam kerohanian kita, yaitu agar kita tidak jatuh seperti dikatakan di dalam 2 Pet: 17-18

(17) Tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, kamu telah mengetahui hal ini sebelumnya. Karena itu waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh. (18) Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya.

Apakah Bp/Ibu semua bertumbuh dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan kita?

 

Artikel oleh: August 1, 2016   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Hebrew (Renungan Alkitabiah dari Kitab Ibrani)  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda