JAGA HATIMU SUMBER KEHIDUPANMU

Amsal 4: 20-27

Hati

By: Pdt. Rudy Suwardi.

 

Ada jemaat yang sering mengantuk atau tidak menyimak pada waktu mendengarkan kotbah dalam ibadah atau membiarkan pikirannya mengembara kemana-mana. Tetapi ayat pertama dari bacaan kita pagi ini memuat instruksi kepada saudara untuk memperhatikan dan mendengarkan kotbah hari ini dengan baik. Mari kita lihat ayat 20: Hai anakku, perhatikanlah perkataanku, arahkanlah telingamu kepada ucapanku.             Jadi, Saudara, sekali lagi: Perhatikanlah dan dengarkanlah kotbah hari ini!

Saudara, pagi ini kita akan memusatkan perhatian pada ayat 20 – 27 dari pasal 4 Kitab Amsal. Kita melihat banyak perintah didalamnya. Kitab Amsal pasal 1 – 9 adalah suatu rangkaian panjang yang memuat perintah-perintah dari ayah kepada putranya. Lalu mengapa penulis Kitab Amsal secara khusus mencoba merebut perhatian kita untuk mempelajari ayat-ayat 20 – 27?

Jawabannya adalah karena penulis Kitab Amsal ingin memperkenalkan sebuah perintah  yang paling penting dari Kitab Amsal ini, yang dinyatakan pada ayat 23: Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.

Saudara, jika engkau hanya mampu mengingat satu ayat saja dari keseluruhan Kitab Amsal, maka saran saya adalah ingat-ingatlah ayat ini. Pelajarilah ayat ini, renungkanlah dan ucapkanlah di depan orang banyak: Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.

Saudara, “hati” adalah tema besar di dalam Kitab Amsal. Kata hati disebutkan sebanyak lebih dari 75 kali di dalam Kitab Amsal dalam bahasa Ibrani.

Di dalam Alkitab, kata “hati” dipergunakan untuk pengertian yang lebih luas daripada yang biasa kita gunakan sehari-hari. Budaya populer cenderung menghubungkan hati dengan emosi, bukan?

Hari ini adalah hari Minggu terakhir dalam bulan Februari yang kita sebut sebagai  bulan Valentine. Lambang hati sangat umum dipergunakan dalam konteks perayaan hari Valentine atau hari Kasih Sayang. Terkait dengan kasih sayang, saya yakin saudara pernah merasakan, jantung hati kita berdegup lebih cepat ketika kita jatuh cinta. Tetapi hati kita sakit apabila kita bertepuk sebelah tangan.

Tetapi Saudara, di dalam bahasa Alkitab, hati meliputi sejumlah aspek yang jauh lebih luas daripada sekedar cinta atau kasih sayang. Hati meliputi segala hal yang mencakup pikiran dan kehendak manusia, dan juga meliputi aspek moral maupun emosional. Hati adalah titik pusat dari keberadaan kita.

Orang Barat memiliki peribahasa untuk menyebut seseorang yang  pandai, bijaksana, bertanggung jawab, dapat membuat keputusan yang baik dan dapat berpikir jernih. Mereka mengatakan “Orang itu  memiliki kepala yang bijaksana di atas bahunya” Tetapi menurut Kitab Amsal, kebijaksanaan ada di dalam hati (bukan di dalam kepala). Kitab Amsal mengatakan bahwa  “hati adalah toko kebijaksanaan.”

Amsal 14:33 mengatakan: Hikmat (kebijaksanaan) tinggal di dalam hati orang yang berpengertian,………….  Selanjutnya Amsal 16:9 mengatakan: Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, ………………………. Hati adalah tempat dimana kita merasakan sukacita atau kerinduan. Tetapi hati juga bisa bersifat licik ataupun bersifat murni.

Dalam Kitab Amsal, hati adalah penjumlahan atau hasil akhir  dari seluruh keberadaan kita. Amsal 27:19 mengatakan Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu.  Dan pada akhirnya hati kita akan diuji oleh Tuhan. Amsal 17:3 mengatakan Kui adalah untuk melebur perak dan perapian untuk melebur emas, tetapi Tuhanlah yang menguji hati.

Saudara, mari kita kembali ke ayat kita yang semula dan sekarang Saudara sudah dapat merasakan betapa pentingnya ayat ini: Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.

Keluar dari hatimu mengalir segala sesuatu ke dalam kehidupanmu. Salah satu versi Alkitab dalam bahasa Inggris mengatakan: Above all else, guard your heart, for it is the wellspring of life.  Alkitab versi ini mengatakan bahwa “Hati adalah sumber kehidupan.” Kotbah hari ini saya beri judul yang mengacu pada ayat ini: Hati adalah sumber kehidupan.

Dalam pembahasan hari ini saya mengajak Saudara  untuk membayangkan sebuah sumber air PAM untuk sebuah kota. Perusahaan air minum mempunyai kewajiban untuk menyediakan air bersih yang  dapat diminum untuk penduduk kota.  Untuk keperluan itu, perusahaan air minum harus menjaga pasokan airnya.

Untuk dapat memberikan pasokan air yang murni, perusahaan air minum pertama-tama harus memiliki sumber air yang murni yang disimpan di dalam waduk atau kolam.  Kedua, mereka harus menjaga air yang mengalir masuk ke dalam waduk. Dan ketiga mereka harus menguji air yang mengalir ke luar dari waduk.  Kegiatan perusahaan air minum ini akan kita gunakan sebagai perumpamaan dalam pembahasan hari ini tentang bagaimana kita harus menjaga hati.

1.   Miliki sumber yang murni.

Dalam ilustrasi air PAM, pertama-tama perusahaan air minum harus memiliki suatu sumber air yang murni. Perusahaan air minum akan menghadapi masalah besar jika waduk atau kolam sumber airnya terkena polusi berupa limbah kimia, bakteri penyakit, kotoran, atau pestisida.

Demikian juga, jika hati kita atau sumber kehidupan kita kena polusi, maka kita tidak mempunyai harapan untuk memiliki hidup yang baik.

Kita tentu saja dapat mencoba untuk hidup lebih baik. Kita bisa berusaha sekuat tenaga untuk memperbaiki sikap atau kelakukan kita, tetapi betapa kuatnyapun kita berusaha, kita sepertinya hanya berurusan dengan saluran atau pipa airnya. Jika sumber airnya buruk, maka air yang sudah kena polusi itu akan mengalir ke dalam saluran atau pipa yang menuju rumah-rumah penduduk. Seberapa bagusnya kita menata saluran atau pipa air tersebut tidak akan ada artinya kalau sumber airnya sudah kena polusi.

Masalahnya adalah, bahwa secara alami, setiap kita memiliki hati yang sudah kena polusi. Sumber  kehidupan kita adalah waduk yang penuh dengan racun dan polusi, dan kita tidak dapat berbuat apa-apa untuk membuatnya menjadi murni. Amsal 20:9 mengatakan Siapakah dapat berkata: “Aku telah membersihkan hatiku, aku tahir dari pada dosaku?”  Apakah ada di antara Saudara yang dapat berkata demikian?

Mengapa begitu banyak pikiran yang menghakimi di dalam pikiran kita?

Mengapa begitu sering kita lebih mementingkan diri sendiri daripada orang lain di sekitar kita?  Mengapa kita lebih menginginkan melihat kompetitor kita bangkrut  daripada melihat mereka maju? Mengapa kita lebih ingin melakukan pembalasan kepada lawan kita daripada mengampuninya dan mengajak mereka untuk bertobat?

Yeremia 17:9 mengatakan: Betapa liciknya hati, lebih licik daripada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?

Jika hati kita atau sumber kehidupan kita mengalirkan polusi ke luar, lalu apa masalahnya?  Mengapa kita harus memperhatikankan masalah itu?

Apakah Saudara ingat akan kisah orang-orang Israel di Mara dalam Kitab Keluaran pasal 15. Bangsa Yahudi baru saja lepas dari Mesir dan sedang memasuki padang gurun. Tetapi sudah tiga hari mereka belum dapat menemukan air. Mereka haus dan putus asa. Pada akhirnya mereka menemukan air di Mara, tetapi airnya pahit dan tidak dapat diminum. Karena itu Musa berseru kepada Tuhan. Lalu Tuhan menyuruh Musa untuk melemparkan sepotong kayu ke dalam air. Setelah itu airnya menjadi manis dan dapat diminum. Air yang terpolusi itu menjadi murni.

Ini adalah sebuah gambaran bagi kita. Hanya ada satu cara untuk memurnikan sumber kehidupan kita. Kita perlu mengambil kayu salib Yesus dan menempatkannya di dalam hati kita. Tidak ada apapun yang bisa menggantikannya. Ini adalah satu-satunya cara untuk membuat sumber hati kita menjadi murni.

Yesus berkata, mungkin merujuk pada ayat dari Kitab Amsal ini, mari kita lihat Yoh 7:38 “Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.”

Jika Saudara belum menerima Kristus di dalam hatimu, maka Saudara sebenarnya belum memiliki sesuatu yang patut dijaga. Saudara hanya memiliki kolam yang terpolusi. Saudara harus terlebih dahulu bertobat dan menerima Kristus di dalam hati Saudara.

Sebaliknya, jika Saudara telah membawa salib Kristus ke dalam hati Saudara untuk memurnikannya, maka Kitab Amsal menyediakan beberapa saran bagaimana  menjaga hati Saudara.

2.   Jaga aliran yang masuk

Mari kita baca lagi ayat 20-22 dari bacaan kita: (20) Hai anakku, perhatikanlah perkataanku, arahkanlah telingamu kepada ucapanku; (21) janganlah semuanya itu menjauh dari matamu, simpanlah itu di lubuk hatimu. (22) Karena itulah yang menjadi kehidupan bagi mereka yang mendapatkannya dan kesembuhan bagi seluruh tubuh mereka.

Penulis Kitab Amsal meminta kita untuk memperhatikan ayat-ayat Firman Tuhan: arahkanlah telingamu kepada ucapanku; janganlah semuanya itu menjauh dari matamu; simpanlah itu di lubuk hatimu.

Apa yang menjadi perhatian Saudara saat ini? Kemanakah Saudara mengarahkan telingamu? Kemanakah Saudara mengarahkan matamu? Bagaimana Saudara mengendalikan aliran yang masuk ke dalam waduk hatimu?

Jawabannya sederhana. Jika Saudara mengarahkan perhatianmu pada apa yang dianggap penting oleh dunia,  jika Saudara memakai matamu untuk menonton barang rongsokan yang juga ditonton oleh dunia, jika Saudara memakai telingamu untuk mendengarkan semua omong kosong yang didengar dunia, maka hatimu akah penuh dengan polusi dan racun.

Jika saudara menghisap semua limbah beracun yang mengelilingi kita setiap hari:  majalah atau tabloid gosip selebriti, sinetron, film TV larut malam, novel yang tidak bermutu, semuanya akan membawa polusi ke dalam hatimu.

Tetapi jika Saudara ingin memiliki hati yang baik, yang menjadi sumber kehidupan, maka Saudara perlu menjaga apa yang mengalir masuk. Saudara perlu memperhatikan Firman Tuhan. Artinya  Saudara perlu mengarahkan telingamu untuk mendengarkan Firman Tuhan dengan baik dan  Saudara perlu mengarahkan matamu untuk membacanya dengan baik. Saudara perlu menentukan prioritas untuk mengijinkan  Firman Tuhan itu mengalir masuk ke dalam hati Saudara.

Kadang-kadang sepertinya hati kita memiliki bendungan atau penghalang di sekelilingnya. Meskipun kita meluangkan waktu untuk mendengarkan dan membaca Firman Tuhan, namun Firman itu tidak  mengalir dengan lancar masuk ke dalam waduk hati kita. Firman Tuhan secara terus menerus membelok atau berbalik arah di luar hati kita.

Kitab Amsal sangat jelas menyatakan, demikian juga bagian-bagian lain dari Alkitab mengatakan, bahwa kita perlu menyimpan Firman Tuhan di dalam hati kita, pusat dari keberadaan kita.  Biarkan Firman itu menembus ke pusat hati kita. Biarkan Firman Tuhan itu mengisi sumber kehidupanmu.

Salomo tidak akan mengalami kejatuhan pada masa tuanya,  jika ia mau menerapkan  nasehatnya sendiri. Dalam Kitab 1 Raja-Raja 11: 4-9 kita membaca, apa yang terjadi dengan Salomo yang gagal menjaga hatinya:

(4) Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, ayahnya. (5) Demikianlah Salomo mengikuti Asytoret, dewi orang Sidon, dan mengikuti Milkom, dewa kejijikan sembahan orang Amon, (6) dan Salomo melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, dan ia tidak dengan sepenuh hati mengikuti TUHAN, seperti Daud, ayahnya. (7) Pada waktu itu Salomo mendirikan bukit pengorbanan bagi Kamos, dewa kejijikan sembahan orang Moab, di gunung di sebelah timur Yerusalem dan bagi Molokh, dewa kejijikan sembahan bani Amon. (8) Demikian juga dilakukannya bagi semua isterinya, orang-orang asing itu, yang mempersembahkan korban ukupan dan korban sembelihan kepada allah-allah mereka. (9) Sebab itu TUHAN menunjukkan murka-Nya kepada Salomo, sebab hatinya telah menyimpang dari pada TUHAN, Allah Israel, yang telah dua kali menampakkan diri kepadanya.

Salomo membiarkan  hatinya menyimpang karena ia gagal menjaga aliran yang masuk ke dalam hatinya. Ia mendengarkan omong kosong tentang alah-alah lain dan mulai percaya kepadanya, padahal seharusnya ia setia kepada Firman Tuhan.

Untuk menyongsong Paskah yang akan kita rayakan pada bulan Maret, saya mengajak Saudara untuk mengurangi perhatian pada hal-hal duniawi, dan mengarahkan perhatian kita pada Firman Tuhan.

Daripada membuang waktu terlalu banyak untuk menonton TV, mengapa tidak sebaiknya menambah waktu untuk membaca Alkitab? Daripada terlalu banyak mendengarkan berita radio yang kurang berarti, mengapa tidak mendengarkan pujian atau musik Kristen? Dari pada membaca novel yang tidak bermutu, mengapa tidak membaca buku-buku Kristen?  Saudara, jaga aliran yang masuk ke dalam hatimu.

3.   Uji aliran yang keluar

Saudara, kita sudah memiliki sumber yang baik, dan kita sudah menjaga aliran yang masuk. Hal ketiga yang perlu kita lakukan adah menguji aliran yang keluar dari hati kita.

Untuk memastikan bahwa pasokan airnya memang murni, Perusahaan Air Minum secara berkala harus menguji kualitas air yang mengalir ke rumah-rumah konsumen. Demikian juga, Saudara dapat mengetahui keadaan hati Saudara, jika Saudara memeriksanya sendiri denga cara menguji apa yang keluar dari hati Saudara,

Ayat 22 dari bacaan kita mengatakan, bahwa Firman Tuhanlah yang  menjadi kehidupan bagi mereka yang mendapatkannya dan kesembuhan bagi seluruh tubuh mereka.

Jika kita memeriksa tubuh kita dan menemukan bahwa kondisi tubuh kita tidak sehat dan ternyata kerohanian kita lemah, maka kita tahu bahwa ada sesuatu yang salah dengan hati kita.

Itulah yang kita lihat pada ayat 24-27. Penulis Kitab Amsal menggunakan beberapa bagian dari tubuh kita, yaitu mulut, mata dan kaki.

(24) Buanglah mulut serong dari padamu dan jauhkanlah bibir yang dolak-dalik dari padamu. (25) Biarlah matamu memandang terus ke depan dan tatapan matamu tetap ke muka. (26) Tempuhlah jalan yang rata dan hendaklah tetap segala jalanmu. (27) Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan.

Inilah gambaran dari tubuh yang sehat dengan kerohanian yang kuat: mulut dan bibir  yang berkata tentang kebajikan, tatapan mata yang tertuju kepada Tuhan serta kaki yang tidak membuat kita tersesat. Semua itu adalah ekspresi dari keadaan hati.

Jika saya menyadari, bahwa mulut  saya sering mengatakan tentang hal-hal yang buruk dan tidak berguna, misalnya tentang hal-hal yang menyakiti hati orang lain, mengagungkan diri sendiri, melawan orang lain, atau ucapan-ucapan kotor, maka saya tahu dimana letak persoalannya. Bukan mulut saya yang bermasalah, tetapi hati saya yang bermasalah.

Yesus berkata dalam Matius 12: 34-35: (34) ……………….. Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. (35) Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat.

Demikian juga, jika saya mempunyai mata yang jelalatan, mata yang tergoda pada hal-hal yang berkilau yang dinilai berharga oleh dunia, mata yang melihat dengan nafsu, mata yang tidak mau tertuju pada Yesus, maka saya tahu dimana masalahnya. Masalahnya bukan terletak pada mata saya, tetapi masalahnya terletak pada hati saya.

Lagi pula, jika saya menyadari bahwa kaki saya membawa saya ke tempat-tempat yang salah atau melewati jalan-jalan hidup yang salah, maka masalahnya bukan pada kaki, tetapi masalahnya adalah pada hati.

Dengarkan lagi Yesus yang berkata  pada Markus 7: 21-23: (21) sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, (22) perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. (23) Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.”

Kapankah terakhir kalinya Saudara memeriksa hidup Saudara? Kapankah Saudara terakhir kalinya menguji apa yang mengalir keluar dari hati Saudara? Apa yang Saudara pikir akan Saudara temukan jika saudara melakukannya hari ini?

Dan apa yang dapat kita lakukan, jika hati kita gagal melewati ujian ini? Apa yang dapat kita lakukan jika kita temukan ternyata hati kita memompa polusi ke luar dari tubuh kita? Apa yang dapat kita lakukan jika ternyata sumber air kita telah menjadi sumber air yang busuk? Apa yang dapat kita lakukan?

Saudara kita sudah membahas siklus air itu seluruhnya. Kita sudah tahu, tidak ada gunanya untuk memperbaiki saluran airnya. Satu-satunya cara untuk memiliki sumber yang murni adalah dengan memiliki sumber yang murni. Ketika kita mendiagnosa adanya polusi di dalam hati kita, yang dapat kita lakukan adalah memasukkan lagi salib Kristus ke dalam hati kita.

Kita perlu datang kepada Yesus, dan berkata, Tuhan ampuni aku. Hatiku buruk, dan aku minta ampun. Aku ingin agar hatiku menjadi baik, tetapi aku tidak dapat berbuat apa-apa, aku memerlukan Engkau. Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! (Mazmur 51:10)

Penutup

Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. Ini adalah ayat yang paling penting dalam Kitab Amsal. Kita harus menjadikan ayat ini sebagai prioritas utama dalam hidup ini.

Apakah saudara sudah memiliki sumber air yang murni? Hanya ada satu sumber air yang murni – hanya Yesus yang dapat memberikan air untuk minum kepadamu, karena Yoh 4:14 mengatakan: Barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.”

Apakah saudara menjaga aliran apa yang masuk ke dalam hatimu? Kemanakah Saudara mengarahkan perhatianmu, mengarahkan matamu, dan mengarahkan telingamu sepanjang minggu lalu?

Apakah saudara menguji apa yang keluar dari hatimu? Apakah kualitasnya baik? Jika tidak, maka kembalilah ke langkah yang pertama. Setiap hari kita perlu membuat hati kita menjadi murni dengan salib Yesus.

Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan!

 

 

 

Artikel oleh: March 7, 2016   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Proverbs (Renungan Alkitabiah dari Kitab Amsal), Umum  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda