Ibadah Yang Diberkati

Ibadah Yang Diberkati

“Jagalah langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah! Menghampiri untuk mendengar adalah lebih baik dari pada mempersembahkan korban yang dilakukan oleh orang-orang bodoh, karena mereka tidak tahu, bahwa mereka berbuat jahat”

(Pengkhotbah 4 : 17)

 

Kalau kita mau jujur, maka kadang-kadang ibadah yang kita lakukan sama sekali tidak berarti, apalagi bila ibadah kita hanya sekedar keharusan dan rutinitas saja.  Sehingga yang terjadi adalah: kita seperti ‘dipaksa’ untuk beribadah, bukan lagi didasari dengan hati yang sungguh dan kerinduan kepada Tuhan.  Ketika kita masih mempersoalkan dan mengeluh karena singers tidak menyanyi dengan baik, atau karena pola ibadah tradisional yang tidak berkenan dihati, atau karena pendeta tidak memakai stelan jas yang seharusnya dipakainya, ataupun hal yang lain yang bersifat lahiriah, maka kita tidak sedang beribadah, bahkan kita sebenarnya belum mengerti ibadah yang sesungguhnya.

“Jagalah langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah!”  Ketika Pengkhotbah menuliskan ayat ini, pastilah yang ada dalam pikirannya adalah Bait Suci yang dibangun Salomo.  Dia memikirkan ribuan orang mendatangi Bait Suci itu untuk mempersembahkan korban dan beribadah.  Bait Suci itu merupakan bangunan yang indah dan besar, merupakan salah satu pemandangan yang menakjubkan dunia kuno, dihiasi dengan mewah dan membangkitkan rasa hormat. Namun, untuk sekarang ini, bentuk bangunan Bait Suci yang besar dan megah tidak lagi mendominasi bangunan gereja-gereja masa kini.  Hal itu bukanlah masalah!  Karena Rumah Allah tidaklah harus suatu bangunan yang mengesankan.  Tidak peduli gereja itu sebuah katedral besar atau sebuah gubuk seng, yang terpenting adalah hadirat Allah ada disitu.  “Rumah Allah” adalah tempat dimana Allah berdiam, dimana kita bisa menjumpai dan berkomunikasi dengan Allah.

Ibadah berarti juga komunikasi kita dengan Dia, sang Pencipta. Tidak peduli bangunan gereja-Nya seperti apa, tetapi yang terpenting adalah sikap hati kita, ketika kita masuk dalam hadirat-Nya dalam ibadah kita.  Mungkin saja kita mempersiapkan penampilan luar kita dengan memilih pakaian yang bagus dan rapih, atau dengan menyisir rambut kita, ataupun dengan mempersiapkan uang yang akan dipersembahkan sebagai kolekte.  Tetapi bagaimana dengan persiapan hati dan diri kita?  Ingatlah bahwa ibadah yang diberkati adalah dengan mempersembahkan tubuh kita kepada Tuhan (Roma 12:1) sehingga hidup kita ini mengalami lawatan dan sentuhan Allah yang menyegarkan jiwa kita.

 

Ibadah adalah persekutuan kita dengan Allah sehingga disitu kita mengalami serta merasakan kehadiran-Nya dalam hidup kita

Artikel oleh: May 18, 2015   Kategori : Biblical Devotion (Renungan Alkitabiah), Biblical Devotion from Ecclesiastes (Renungan Alkitabiah dari Kitab Pengkhotbah)  Sebarkan 

Tulis Komentar Anda